Sabtu, 28 November 2009

Lampiran 1 Muhammad Sebagai Manusia Biasa

Bagian I

Muhammad Sebagai Manusia Biasa

Hadis menunjukkan banyak hal mengenai Muhammad sebagai manusia biasa yang semuanya tidak tercatat dalam Alquran. Hal ini penting karena umat Muslim menghendaki kita untuk percaya bahwa Muhammad adalah rasul Allah.

Jadi karakter Muhammad sebagai manusia sangat penting. Apakah Muhammad merupakan type manusia yang harus kita ikuti? Hadis menyajikan informasi yang sangat penting mengenai kepribadian dan karakter Muhammad yang kita perlukan agar kita dapat mengambil keputusan secara cermat dan tepat.

Seorang Kulit Putih

Pertama, mengenai ras Muhammad, Hadis menyatakan dengan jelas bahwa Muhammad adalah ras orang kulit putih. Hal tersebut diungkapkan berkali-kali dalam berbagai cara sehingga dapat disimpulkan bahwa penulis Hadis sungguh-sungguh memberikan penekanan dalam pernyataannya dengan maksud agar tidak ada seorang pun berpikir bahwa Muhammad adalah orang kulit hitam. Yang ditekankan adalah bahwa Muhammad berkulit putih.

Pernyataan tersebut sungguh-sungguh merupakan pukulan yang berat bagi “Umat Muslim Hitam” yang telah meyakini bahwa “Islam adalah agama orang-orang kulit hitam”, sebab menurut mereka Muhammad adalah orang berkulit hitam. (lihat Hadis di halaman berikut).

Kesimpulannnya, karena Muhamamad berkulit putih, “Bangsa Islam” (maksudnya Muslim Hitam) adalah penganut “agama orang kulit putih”.

Muhammad, Suatu Setan Berkulit Putih?



Dalam berbagai debat radio dengan kaum Muslim Hitam, mereka menyatakan rasa herannya ketika mengetahui bahwa Hadis dengan jelas menyatakan bahwa Muhammad adalah orang berkulit putih. Namun walaupun semula mereka hanya berpura-pura saja mengakui inspirasi Hadis, akhirnya, mereka harus menyerah terhadap kebenaran Hadis tersebut.

Sesungguhnya, jikalau “semua orang kulit putih adalah setan-setan” seperti yang dikatakan Elijah Muhammad dan Louis Farrakhan, maka pastilah Muhammad dan Wallace Fard adalah setan-setan berkulit putih juga.

Yesus, Suatu Setan Berkulit Putih

Hadis bahkan berani menyatakan bahwa Muhammad melihat Yesus dalam mimpi dan bahwa Yesus adalah orang berkulit putih dengan rambut lurus (Hadis, IX/242).

Dalam hal ini orang Muslim berkulit hitam juga tidak senang dengan pernyataan Hadis tersebut karena hal tersebut berarti pula bahwa Yesus (Isa Almasih) juga setan berkulit putih.

Bukti Menurut Hadis

Dalam Hadis I/63, kami membaca sebagai berikut: Selagi kami sedang duduk bersama nabi di Mesjid, seseorang datang dengan menunggang seekor unta. Dia menyuruh untanya berlutut di mesjid, mengikat kaki unta tersebut kemudian berkata, ”Siapa di antara anda bernama Muhammad?” Pada waktu itu nabi sedang duduk di antara kami (para pengikutnya) sambil bersandar dengan tangan di belakang kepalanya. Kami menjawab, “Itu dia orang berkulit putih yang sedang bersandar dengan tangan di belakang kepalanya”. Orang tersebut kemudian menyapa Muhammad, “Hai anak dari Abdul Muttalib”.

Hadis, II/122, merujuk Muhammad sebagai “orang berkulit putih”. Dan Dalam Hadis II/141, kita diberitahu bahwa ketika Muhammad mengangkat tangannya, “ketiaknya yang putih tersebut terlihat jelas.”

Bila teks tersebut di atas kurang jelas, kita diberitahu dengan lebih jelas lagi dalam Hadis I/367 bahwa Anas “melihat kemaluan Muhammad yang berwarna putih”.

Orang Hitam-Kepala Kismis (Anggur Kering)

Mengenai sikap Muhammad terhadap orang-orang hitam, dia menyatakan bahwa mereka adalah “kepala-kepala kismis” (Hadis I/662 dan IX/256).

Dalam seluruh Hadis, orang-orang hitam dirujuk sebagai budak-budak. Hal ini sungguh menyakiti hati orang-orang kulit hitam, lebih parah lagi Muhammad menyatakan bahwa bila seseorang bermimpi mengenai wanita kulit hitam, perempuan tersebut dianggap sebagai pertanda buruk mengenai akan datangnya penyakit endemik (Hadis IX/162, 163)

Muhammad, Seorang Pemilik Budak-Budak

Dalam Hadis VI/435, ketika Umar bin Al-Khattab berkunjung ke rumah Muhammad, dia melihat bahwa, Seorang budak rasul Allah yang berkulit hitam sedang duduk pada anak tangga pertama.

Dari referensi ini dan referensi-referensi Hadis lainnya, jelas terungkap bahwa Muhammad adalah majikan dan pemilik para budak. Pada kenyataannya, praktis dalam semua contoh dimana orang-orang hitam disebutkan dalam Hadis, mereka adalah budak-budak Muhammad.

Ini sungguh kontras dengan Yesus dari Nazareth yang tidak mempunyai budak satu pun. Bahkan Yesus datang untuk membebaskan orang dari perbudakan.

Lekas Marah

Kedua, berkaitan dengan kepribadian Muhammad, dia adalah orang yang lekas marah, dan mudah naik pitam. Ketika Muhammad mendengar mengenai seseorang yang memimpin dalam doa-doa yang sangat panjang, Hadis mencatat kemarahannya:

Saya tidak pernah melihat nabi begitu marahnya (furious) dalam memberikan nasehat seperti dalam peristiwa hari itu (Hadis I/90)

Hal lain, karena Muhammad menyatakan dirinya sebagai “nabi”, seseorang lalu bertanya (kepada Muhammad) dimana ia dapat menemukan ontanya yang hilang. Hadis I/91 mencatat bahwa:

Nabi sangat marah dan pipinya atau wajahnya menjadi merah padam. (dalam Quran, Nabi mengakui bahwa ia tidak tahu hal-hal yang gaib, surat 6:50, 7:199).

Muhammad Tidak Suka Pertanyaan-Pertanyaan

Muhammad sesungguhnya tidak suka seseorang menanyakan padanya mengenai kenabiannya dan wahyu yang diterimanya. Muhammad bahkan menyatakan pada orang yang bertanya tersebut,

Allah membencimu….karena kamu banyak bertanya (Hadis II/555; Hadis III/591).

Lebih lanjut Hadis mencatat, Nabi ditanya sesuatu yang dia tidak suka dan ketika penanya mendesaknya, nabi jadi marah (Hadis (/92).

Ketika para penanya “melihat tanda-tanda kemarahan pada wajah nabi, mereka selalu menarik kembali pertanyaannya (Hadis I/92).

Namun hal itu pun juga tidak menyenangkan hati Muhammad. Sebab orang-orang mengeluh dengan menyatakan bahwa nabi maunya agar orang hanya menerima saja apa yang dikatakannya tanpa membolehkan orang untuk bertanya apa pun. Maka: Nabi mengulang berkat (dalam marahnya) mempersilahkan kepada mereka untuk sesukanya bertanya apa yang mereka mau (Hadis I/30). Namun orang-orang sudah tahu apa wataknya nabi dan mereka tidak bertanya lagi.

Rasa Benci dan Dendam

Ketiga, Muhammad adalah orang pembenci dan pendendam yang telah membunuh banyak orang ketika orang-orang tersebut mengungkit-ungkit kejelekannya. Muhammad memerintahkan orang untuk tidak membunuh pada saat berada di Mekkah, terutama, tidak membunuh orang di Kaabah. Namun ketika Muhammad mendengar bahwa Ibn Khatal mencari perlindungan di Kaabah, Muhammad memerintahkan, “Bunuh Ibn Khatal”. Ibn Khatal kemudian diseret keluar dan dicincang (Hadis III/72).

Contoh mengerikan mengenai nafsu membunuh yang diidap oleh Muhammad dapat ditemukan dalam Hadis III/687 sebagai berikut:

Nabi Allah mengatakan, “Apa yang akan membunuh Ka’b bin Al-Ashraf karena ia telah melakukan kesalahan terhadap Allah dan nabinya? “Muhammad bin Maslama (bangkit) dan berkata, “Saya akan membunuhnya” Mereka (Muhammad bin Maslama dan sahabat-sahabatnya) datang menemui Ka’b bin Al-Ashraf seperti yang dijanjikannya dan membunuhnya. Kemudian mereka pergi menghadap nabi dan menceritakan kejadiannya.

Konflik Kesukuan dan Desas Desus Kotor

Perintah Muhammad agar seseorang membunuh demi Muhammad kadang-kadang menimbulkan masalah antar suku.

Pada suatu peristiwa, Aisha yang ketika itu baru berusia 15 tahun, dituduh berzinah.

Menurut cerita Aisha sebagaimana yang dicatat dalam Hadis III/829, Aisha secara tidak sengaja meninggalkan kalungnya di belakang ketika dia buang hajat. Setelah mencarinya, dan kembali ke para kafilah rombongannya, ternyata mereka sudah berangkat tanpa Aisha. Mereka tidak sadar bahwa Aisha tidak ada bersama mereka.

Tak lama kemudian ada seorang Muslim yang bernama Safwan bib Mu’attal As-Sulami Adh-Dhakwani menemukan Aisha, lalu Aisha dinaikkan ke atas ontanya untuk diantar ke para kafilah rombongan Aisha.

Hal tersebut menimbulkan desas-desus kotor yang menyatakan bahwa Aisha berselingkuh dengan Safwan. Seluruh komunitas Muslim menjadi heboh dengan adanya desas-desus tersebut.

Menurut Aisha, yang menjadi pimpinan dari orang-orang yang menuduhnya adalah Abdullah bin Ubai bin Salul. Para pengikutnya menyebarkan tuduhan bohong mengenai perjinahan Aisha.

Aisha kembali ke orang tuanya sementara Muhammad menemui “Ali bin Abu Tahib dan Usama bin Zaid….untuk berkonsultasi mengenai rencananya menceraikan istrinya tersebut (maksudnya Aisha).

Mereka berdua menyarankan agar Muhammad tidak menceraikan Aisha hanya karena desas-desus yang tidak benar, tetapi sebaliknya Muhammad menanyakan pembantu perempuan Aisha yang bernama Buraira apakah dia pernah melihat sesuatu yang mencurigakan mengenai Aisha.

Buraira menjawab, “Tidak, demi Allah yang telah mengutus anda dengan kebenarannya, saya tidak pernah melihat perbuatan tercela yang dilakukan oleh Aisha.

Yang saya tahu hanyalah bahwa Aisha masih kanak-kanak yang belum akil balik, yang kadang-kadang tidur dan meninggalkan adonan kuenya untuk makanan kambing.”

Catatan kaki dalam Hadis menunjukkan bahwa Aisha baru berusia 15 tahun pada waktu itu. Menurut Hadis, Aisha baru berusia 6 tahun ketika Muhammad menikahinya. Muhammad baru berseranjang dengan Aisha ketika Aisha berusia 8 tahun.

Permintaan Untuk Membunuh

Dengan pernyataan Buraira bahwa Aisha tidak bersalah maka, Nabi Allah kemudian naik ke atas mimbar kotbah dan minta seseorang untuk membantunya menghukum Abdullah bin Salul.

Nabi Allah Berkata, “Siapa yang akan membantu saya menghukum orang tersebut yang telah menyakiti saya dengan memfitnah reputasi keluarga saya?” Sa’d bin Mu’adh bangkit dan berkata, “Hai nabi Allah! Demi Allah, saya akan membantu anda membereskannya. Kalau orang tersebut dari suku Anus, saya akan memenggal kepalanya dan kalau dia dari saudara kami, suku Khazraj, perintahkan kami, dan kami akan memenuhi permintaanmu.”

Pimpinan suku Khazraj, Sa’d bib ‘Ubada, melompat, untuk membela sukunya dengan berkata, “Anda tidak boleh membunuhnya”. Akibatnya, Sa’d bin Mu’adh menimpalinya, “Demi Allah, kami akan membunuhnya”.

Keadaan menjadi kacau (tak terkendali) dan suku Anus serta suku Khazraj sudah berhadap-hadapan siap untuk saling membunuh akibat desas-desus tersebut. Muhammad membutuhkan beberapa waktu untuk menenangkan suasana.

Caranya? Muhammad mengambil jalan pintas dengan menyatakan bahwa dia menerima wahyu khusus dari Allah yang menyatakan bahwa Aisha tidak bersalah. Jadi kekacauan di antara sesama Muslim tersebut dapat diatasi karena Allah telah berbicara. Orang-orang tidak beriman yang berani menanyai nabi Allah mengenai hal ini akan mengalami nasib seperti seperti orang-orang kafir lainnya.

Klaim Tentang Muhammad Tidak Berdosa

Keempat, menurut Hadis, Muhammad adalah orang berdosa yang membutuhkan pengampunan. Dia bukanlah orang tidak berdosa sebagaimana yang diklaim Islam jaman sekarang.

Ketika Muhammad ditanya oleh Abu Hurain sebagai berikut: Apa yang anda katakan dalam masa jedah antara Takbir dan pengajian? Muhammad menjawab, saya berkata: “Ya Allah, jauhkanlah saya dari dosa-dosa saya sejauh Timur dari Barat dan sucikan saya dari dosa-dosa saya seperti pakaian putih yang dicuci bersih. Ya Allah! Cucilah dosa-dosa saya dengan air, salju, dan hujan es.” (Hadis I/711)

Dalam Hadis VIII/319, Abu Huraira berkata: Saya mendengar rasul Allah berkata, “Demi Allah! Saya mohon pengampunan dari Allah dan mengajukan pertobatan lebih dari 70 kali sehari.”

Aisha, isteri Muhammad, mencatat bahwa umat Muslim mula-mula tidak menganggap Muhammad sebagai orang tidak berdosa.

Mereka berkata, “Ya nabi Allah! Kami tidak seperti anda. Allah telah mengampuni dosa-dosa masa lalu dan masa depan anda.” (Hadis I/19)

Hadis dengan jelas menyatakan bahwa murid-murid Muhammad memuliakan dia karena dosa-dosanya diampuni dan bukan karena dia tidak punya dosa yang perlu diampuni. Hadis I/78 menyatakan lebih lanjut: Nabi dalam kekhusyukan penyembahan kepada Allah seringkali berseru, “Ya Allah! Tuhan kami! Segala puji syukur kupanjatkan kehadiratMu! Ya Allah! Ampuni saya.”

Dalam Hadis nomor 375, orang-orang Quraish berkata berulang-ulang: Allah mengampuni nabiNya.

Jelas di sini, bahwa orang-orang tersebut tidak memandang Muhammad sebagai orang tidak berdosa! (dan Muhammad tidak menyanggahnya). Pernyataan yang sama dikatakan oleh satu kelompok yang terdiri dari 3 orang yang sedang menyatakan sebagaimana yang tertulis dalam Hadis VII/

1, sebagai berikut, “bahwa Allah telah mengampuni Muhammad atas dosa-dosanya”.

Dalam Hadis V/724, Aisha berkata bahwa dia mendengar Muhammad berdoa sebagai berikut: Ya Allah! Ampuni saya dan limpahkan belas kasihanMu pada saya.

Menurut cerita dalam Hadis, dalam perjalanan Muhammad di malam hari melintasi 7 surga, Yesus mengatakan mengenai Muhammad sebagai berikut:

Muhammad, hamba Allah, yang dosa-dosa masa lalunya dan masa datangnya diampuni oleh Allah (Hadis I/3)

Dalam Hadis VI/494, Muhammad diperintahkan oleh Allah untuk memohon pengampunan atas dosa-dosanya.

Abu Musa mendengar Muhammad berdoa seperti ini: Ya, Tuhanku! Ampuni dosa-dosa dan kesalahanku. Ampuni dosa-dosa masa laluku serta dosa-dosa masa datangku yang kulakukan secara terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi (Hadis VIII/407).

Menurut Muhammad sebagaimana tertulis dalam Hadis IV/506, satu-satunya manusia yang pernah ada di dunia yang tidak “dijamah” oleh Setan (maksudnya tidak punya dosa) pada waktu lahirnya adalah Yesus. Jadi dapat disimpulkan bahwa Muhammad sendiri “dijamah” oleh Setan.

Dosa-dosa Muhammad termasuk menyiksa orang-orang dengan memotong tangan-tangan dan kaki-kaki mereka dan mencongkel mata mereka dengan besi panas (Hadis I/234); membiarkan mereka mati kehabisan darah setelah anggota badannya dipotong (Hadis VIII/794, 795); membiarkan orang mati kehausan (Hadis VIII/796)

Kelima. Muhammad percaya pada tahyul. Muhammad percaya adanya kekuatan “mata jahat” dan memberitahu pengikutnya untuk mengucapkan ayat-ayat Alquran untuk melawan kekuatan tersebut (Hadis VII/636). Yesus mengajarkan orang mengusir roh jahat dalam namaNya, bukan dalam membacakan ayat-ayat (Markus 16:17).

Muhammad juga percaya pada pertanda buruk maupun pertanda baik, misalnya seperti kemunculan burung-burung tertentu dan kemunculan hewan-hewan lain (Hadis IV/110, 111; VII/648, 649, 650).

Muhammad bahkan takut kalau-kalau ada roh jahat masuk ke dalam tubuhnya pada saat ia buang air kecil maupun buang air besar. Jadi dia mengucapkan doa untuk memperoleh suatu perlindungan khusus (Hadis, I/144). Muhammad juga takut pada angin kencang.

Anas menulis: Bilamana angin kencang berhembus, kecemasan nampak pada wajah nabi (dia takut kalau-kalau angin kencang tersebut merupakan pertanda dari kemurkaan Allah) (Hadis II/144).

Pada saat terjadi gerhana bulan atau gerhana matahari, Muhammad mengalami ketakutan besar akan tibanya hari penghakiman (hari kiamat).

Gerhana matahari muncul dan nabi bangun, karena takut bahwa saat hari penghakiman telah tiba. Kemudian dia berkata, “Tanda-tanda ini dikirim Allah bukan karena terjadinya kehidupan atau kematian seseorang, namun supaya para penyembah Allah takut sehingga mereka selalu ingat Allah pada saat melihat tanda-tanda itu dan mereka harus memohon dan minta pengampunanNya” (Hadis II/167).

Kepercayaan Muhammad pada tahyul terlihat dengan jelas pada saat dia menyembah batu hitam yang terdapat di Kaabah, Mekah. Hadis II/667 dengan jelas menyebutkan bahwa Muhammad memuja dan mencium batu hitam tersebut.

Muhammad percaya pula bahwa bila anda menempatkan daun palem hijau di atas kuburan seseorang, penderitaan dan rasa sakit orang yang ada di dalam kubur tersebut akan berkurang pada saat daun palem tersebut mengering (Hadis II/443).

Muhammad bahkan percaya pada tahyul mengenai angka-angka genap. Dia selalu menghindari angka-angka tersebut. Oleh karena itu dia mencantumkan dalam Hadis aturan-aturan mengenai perlunya menggunakan batu-batu dengan jumlah ganjil demi membersihkan diri sendiri setelah buang air besar.

Siapa saja yang membersihkan bagian-bagian tubuh yang vital dengan batu haruslah melakukannya dengan batu dalam jumlah bilangan ganjil (Hadis I/162).

Menurut Muhammad, manusia dapat berubah menjadi tikus-tikus, monyet-monyet dan babi-babi. Khususnya, dia katakan bahwa orang-orang Yahudi diubah menjadi tikus-tikus! (Hadis IV/524, 569, dan pasal 32).

Dalam Hadis VII/660, kita dapat mencatat bahwa:

Rasul Allah mempunyai kekuatan magis sehingga dia dapat berpikir seolah-olah dia mengadakan hubungan seksual dengan para isterinya padahal sebetulnya tidak.

Untuk membuktikan betapa dalamnya kepercayaan dan ketakutan Muhammad pada kekuatan magis, seseorang dapat membaca dalam Hadis VII/656 sampai dengan nomor 664.

Muhammad menyemir merah rambutnya

Keenam. Muhammad menyemir rambutnya dengan warna merah kejingga-jinggaan. Narasi dari ‘Ubaid Ibn Juraij: Dan mengenai penyemiran rambut dengan menggunakan daun inai; tidak diragukan lagi saya melihat nabi Allah menyemir rambutnya dengan daun inai dan itulah sebabnya saya suka menyemir (rambut saya dengan daun inai) Hadis I/ 167.

Setelah Muhammad meninggal, sebagian dari rambutnya yang berwarna merah disimpan dan diperlihatkan pada orang-orang lain (Hadis IV/747, dan VII/785)

Namun Dia Mempunyai Kutu Rambut

Sementara Muhammad menjaga agar rambutnya tidak menjadi putih dengan menyemirnya dengan warna merah, dia gagal membebaskan rambutnya dari kutu rambut (Hadis IX/130).

Nafsu Seksual Muhammad

Ketujuh. Kegiatan seksual Muhammad sungguh sangat legendaris. Dalam haremnya terdapat lebih dari 20 wanita. Hadis menyatakan bahwa Muhammad mampu berhubungan seksual dengan semua wanita di dalam haremnya itu setiap hari sebelum sembahyang. Dia diperkirakan memiliki kekuatan seksual yang sama dengan 30 orang laki-laki dewasa!

Pernyataan tersebut dibuat untuk membangkitkan rasa kagum kepada orang-orang Arab yang pada masa itu meyakini bahwa kegiatan seksual yang terus-menerus adalah surga.

Dinarasikan oleh Qatada: Anas bin Malik berkata, “Nabi biasanya menggilir semua istrinya dalam sehari dan semalam, dan jumlah mereka ada 11 orang. “Saya (Qatada) bertanya pada Anas, “Apakah nabi mempunyai kekuatan untuk itu?” Anas menjawab, “Kami berpendapat bahwa nabi diberi kekuatan yang setara dengan 30 orang laki-laki dewasa” (Hadis I/268)

Aisha berkata, “Saya memberikan wangi-wangian kepada nabi Allah dan dia kemudian menggilir (melakukan hubungan seksual) dengan semua isterinya” (Hadis I/270 dan 267).

Lihat juga Hadis VII/5, 6, dan 142 yang menyatakan hal yang sama.

Mengenai berapa banyak jumlah isteri nabi, kita diberitahu oleh Anas bin Malik bahwa jumlahnya ada 11 orang (Hadis I/268).

Namun Muhammad seringkali pula memilih beberapa wanita baru (sebagai partner seksual) yang diperolehnya dari tawanan perang (lihat Hadis I/367 sebagai contoh).

Pernyataan Anas bin Malik bahwa jumlah isteri Muhammad ada 11 orang itu ternyata bertentangan dengan apa yang tertulis dalam Hadis VII/142, dimana dinyatakan bahwa Muhammad hanya mempunyai 9 orang isteri. Para wanita pemuja Muhammad juga menawarkan diri mereka sebagai penghuni harem Muhammad.

Seorang wanita menghadap nabi Allah sambil berkata, “Wahai rasul Allah! Saya menyerahkan diri saya untukmu” (Hadis III/505 A).

Muhammad biasanya mengamati dengan seksama para wanita yang menawarkan diri menjadi pasangan seksual Muhammad. Bila mereka cukup cantik, mereka diijinkan masuk ke dalam haremnya. Namun bila mereka tidak sesuai dengan selera Muhammad, mereka akan diserahkan kepada laki-laki lain. Wanita yang diberikan kepada laki-laki lain tentunya tidak punya pilihan lain kecuali setuju. Lihat juga Hadis VII/24 dimana dinyatakan bahwa ada seorang wanita yang menawarkan dirinya untuk memuaskan Muhammad.

Sebagai tambahan disamping para isteri dan para pemuja Muhammad juga berhubungan seksual dengan para wanita budak, baik yang diperoleh sebagai hadiah maupun yang dibeli oleh Muhammad (Hadis VII/22, 23).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar