Kamis, 29 Maret 2007

WHO Akhirnya Dukung Khitan

Kamis, 29 Maret 2007
WHO akhirnya mendukung khitan pada pria. Katanya, sel di ujung kelamin pria diduga rentan infeksi HIV. Padahal Islam sudah ratuhan tahun mempraktekkan
Hidayatullah.com--Organisasi kesehatan Dunia, WHO, dan program Aids PBB mengumumkan, mereka kini mengakui khitan bagi kaum pria secara signifikan bisa melindungi kaum pria heteroseks dari bahaya HIV.
Kedua lembaga ini mengatakan program pengkhitanan bisa menyelamatkan tiga juta jiwa dalam waktu 20 tahun ke depan.
Sebagaimana dikutip BBC, pengkhitanan mulai akan menjadi bagian penting dari sejumlah langkah yang dipromosikan oleh PBB dalam memerangi HIV.
Berbagai uji coba baru-baru ini meyakinkan para pakar bahwa seorang pria yang dikhitan, bisa mengurangi resiko HIV lewat penularan seksual heteroseks, sebesar 60 persen.
Jadi di negara-negara yang tingkat HIV-nya tinggi dan kaum laki-lakinya tidak disunat, program baru ini bisa bermanfaat sekali.
Para pakar kesehatan ingin menegaskan bahwa pesan mereka adalah, pengkhitanan bisa mengurangi risiko HIV, tetapi bukan mengilangkan risiko.
Masalah budaya
Kepala urusan HIV-AIDS WHO, Kevin de Cock, mengatakan, meski sudah dikhitan, kaum laki-laki harus tetap melindungi diri dengan cara lain seperti memakai kondom dan menghindari perilaku berisiko.
"Khitan laki-laki jangan dilihat sebagai satu-satunya tindakan. Sunat merupakan strategi pencegahan tambahan," katanya.
"Kaum laki-laki harus sadar bahwa sunat hanyalah perlindungan parsial. Tindakan preventif lain diperlukan, dan kita harus berjaga-jaga agar tindakan preventif lain tidak ditinggalkan," tambah Kevin de Cock.
Langkah berikutnya adalah bagi masing-masing negara untuk memutuskan bagaimana mereka akan mengkampanyekan sunat, karena masalah ini merupakan masalah budaya yang sensitif.
Kebijakan ini mungkin ditolak oleh kelompok masyarakat tertentu. PBB juga ingin mengadakan penelitian lebih lanjut.
Penyakit Menular
Sunat atau khitan dalam bahasa Arab berarti memotong ujung kulit kemaluan atau qulfah. Kulit yang menutupi kepala zakar. Dalam Islam, amalan khitan dimulai zaman Nabi Ibrahim. Artinya, sebelum Barat menemukan manfaatnya, Islam telah ratusan tahun mengamalkannya.
Tahun 2006 lalu, sebuah penelitian menunjukkan, pria yang dikhitan terbukti jarang tertular infeksi melalui hubungan seksual dibanding yang tidak khitan. Penelitian sebelumnya, khitan mencegah HIV.
Penelitian yang dimuat dalam jurnal Pediatrics terbitan November 2006 itu menunjukkan, khitan ternyata bisa mengurangi resiko tertular dan menyebarkan infeksi sampai sekitar 50 persen, yang menyarankan manfaat besar mengenai sunat bagi bayi yang baru lahir.
Penelitian yang sama tentang khitan dan hubungan dengan penyakit AIDS juga pernah dipaparkan dalam konferensi internasional ke-25 tentang AIDS di Bangkok. Hasilnya sama, khitan bisa mengurangi tingkat HIV (virus penyebab AIDS), sipilis, dan borok pada alat kelamin. [bbc/hid/cha]


Rabu, 28 Maret 2007

Umat Kristiani di Selandia Baru Kecam Konferensi Anti-Islam

Oleh : Redaksi 28 Mar 2007 - 2:27 pm

imageimagePara pemuka agama Kristen Anglican dan gereja Katolik di Selandia Baru menyatakan tidak mau terlibat dalam konferensi anti-Islam, karena menurut mereka, Islam bukan agama yang membahayakan masyarakat.

Pendeta David Coles dari Keuskupan Anglican Gereja Kristus pada surat kabar The Press Daily edisi Selasa (27/3) mengungkapkan, ia sudah menerima konfirmasi dari para pimpinan gereja Anglican dan Katolik di seluruh New Zealand. "Mereka semua menyatakan bahwa konferensi itu sangat tidak menyenangkan, dan kami harus menentukan sikap, " ujarnya. Konferensi yang dimaksud Coles adalah konferensi The July Mosque and Miracles, yang diselenggarakan oleh Middle East Christian Outreach (MECO).

MECO adalah organisasi yang didirikan pada tahun 1976, gabungan tiga organisasi yaitu Arabic Literature Mission, Libanon Evangelical Mission dan Middle East General Mission. Dalam situsnya MECO menulis, "Hanya cinta dan ampunan dari Tuhan yang ada dalam diri Kristus, yang mampu mengubah jiwa dan membawa perdamaian nyata" di Timur Tengah.

Konferensi itu akan menghadirkan pemibicara antara lain Daniel Scot, yang pernah diadili pada tahun 2004 berdasarkan undang-undang negara Australia tentang penghinaan agama dan Daniel Sheyesteh, tokoh keturunan Iran yang murtad ke agama Kristen serta tiga pastur lainnya. Para pembicara akan membahas tentang bahaya agama Islam terhadap masyarakat Barat.

"Konferensi itu sangat provokatif dan kadang dikacaukan dengan isu-isu imigrasi, " tukas Coles.

Pernyataan serupa disampaikan Presiden Gereja Methodis, John Salmon. Ia menyatakan gerejanya tidak akan hadir dalam konferensi itu, karena mereka tidak melihat Islam sebagai ancaman.

Para pemuka gereja di Selandia Baru mengingatkan bahwa konferensi semacam itu bisa merusak perdamaian dengan warga minoritas Muslim yang jumlahnya mencapai 17 ribu orang atau sekitar satu persen dari total jumlah penduduk negeri itu.

imageMenurut Pendeta Coles, memunculkan stereotipe terhadap warga Muslim sangat berbahaya. Sementara Pastur senior Murray Robertson dari gereja Baptis Spreydon - yang menjadi tuan rumah konferensi tersebut- mengaku "ngeri" dengan komentar-komentar yang dilontarkan penyelenggara konferensi itu, . Meski demikian, ia menyatakan tetap bertanggung jawab sebagai tuan rumah.

Jika warga non-Muslim saja tidak setuju dengan konferensi anti-Islam itu, apalagi warga Muslim yang sudah hidup di Selandia Baru selama berabad-abad.

Presiden Federasi Asosiasi Islam, Javed Khan pada The Press Daily menilai konferensi itu sebagai bentuk Islamofobia. "Penyelenggaranya sudah berprasangka buruk dan bias, " ujarnya.

Khan menegaskan, warga minoritas Muslim tidak pernah menimbulkan bahaya bagi masyarakat Selandia Baru.

Pemuka Islam lainnya mengkritik penyelenggara, karena mereka tidak dilibatkan dalam konferensi itu untuk melakukan pembelaan terhadap agama Islam.

"Jika mereka mau mengkritik Islam, mereka harus mengundang kami untuk datang ke konferensi dan berdiskusi dengan mereka, " kata Muhammad Alayan, seorang imam di kota Christchurch.

Ia menyambung, "Apa maksud semua ini, kalau bukan kebencian buta?" (ln/iol/eramuslim)


Selasa, 27 Maret 2007

Ketakutan terhadap “Atlas Penciptaan” di Perancis

Sabtu, 24 Maret 2007
Penelitian  Turkish Economic and Social Studies Foundation, TESEV),  menunjukkan, 87.4 % percaya "Tuhan menciptakan manusia". Dan Eropa pun goncang!
Hidayatullah.com--Para pemikir Perancis telah mengemukakan pemikiran-pemikiran paling menyimpang terhadap hal-hal suci dan nilai-nilai ajaran agama, yang berujung pada gerakan pemberontakan dan perlawanan atas nama kebebasan. Para cendekiawan Perancis yang sangat berpengaruh seperti Voltaire, Rousseau, Diderot, Helvetius, Holbach, Auguste Comte, Jean-Paul Sartre dan Albert Camus telah memainkan peran utama dalam pergeseran Eropa ke arah materialisme dan penyebaran ateisme.
Perancis masih merupakan salah satu dari negara-negara yang memperlihatkan permusuhan paling nyata terhadap keimanan kepada Tuhan. Sebagian besar masyarakat Perancis berada dalam kendali penuh paham sosialis, dan telah bersatu melawan nilai-nilai ajaran agama akibat salah informasi dan kurangnya pendidikan. Perancis juga memberikan dukungan terbuka kepada terorisme komunis separatis yang tidak berkesudahan di Turki. Perancis terkenal akan sikap permusuhannya terkait dengan pembantaian ras Armenia yang diduga ada itu. Selain itu, sangatlah penting bahwa pusat Freemasonry dunia harus berada di Perancis.
Masyarakat Perancis sangat bangga dengan pujian terhadap para filsuf mereka, pemikiran-pemikiran menyimpang yang mereka tanamkan ke seluruh dunia, dan budayanya, yang sesungguhnya tidak mengandung apa pun selain tipuan kosong. Namun hari ini, mereka mengalami pukulan keras. Buku berjudul L'ATLAS DE LA CREATION (The Atlas of Creation, atau Atlas Penciptaan) telah mengundang perhatian para tokoh penting, dan seluruh pusat pendidikan di Perancis telah membunyikan tanda bahaya tingkat paling tinggi
Hingga kini, Perancis telah menolak seluruh pandangan yang menentang filsafat-filsafat menyimpang mereka sendiri dan tidak menganggapnya sebagai sebuah ancaman. Akan tetapi, mereka telah dikagetkan oleh buku Atlas Penciptaan dan benar-benar mengalami keadaan gegar budaya (culture shock). Menteri Pendidikan Perancis melontarkan pernyataan pribadi, meminta buku tersebut dijauhkan dari para siswa. Ia tidak menyesal dengan menyatakan bahwa ia menganggap buku itu tidak dapat diterima masyarakat Perancis.
Permasalahan tersebut diulas dengan bahasa yang kasar di koran-koran dan majalah-majalah utama Perancis. Judul utama dengan kata-kata yang mengisyaratkan bencana dan ketakutan, seperti "gempa bumi," "serangan" and "pemboman " muncul di media cetak seperti Le Figaro, L'Express, Le Monde dan La Croix.
Semua tanggapan ini menyingkap dampak yang ditimbulkan buku tersebut di Perancis, sebab buku tersebut merupakan penghancuran tak terbantahkan terhadap Darwinisme, tanpa menyisakan keraguan sedikit pun.
Namun sesungguhnya, apa yang dipermasalahkan adalah sebuah buku dan pemikiran-pemikiran serta bukti-bukti yang dimuatnya. Jika bantahan hendak diberikan, maka haruslah pula didukung oleh bukti-bukti, dan pada tataran intelektual. Tapi Perancis, ketika dihadapkan langsung dengan fakta Penciptaan yang jelas dan tak terbantahkan untuk kali pertama, tiba-tiba menanggalkan budaya kebebasan berbicara yang dianutnya selama ratusan tahun—yang kesemuanya untuk tujuan mengingkari keberadaan Tuhan dan melindungi filsafat materialis dari keruntuhan. Kini bangsa Perancis mengambil kebijakan pengekangan dan pelarangan yang diwariskan Jerman Nazi. Perancis diperkirakan menempuh "jalan terakhir" berupa pembakaran massal ala Nazi buku penting tersebut, yang oleh menteri pendidikan telah dilarang di sekolah-sekolah!
Keadaan ini, yang memperlihatkan ketidakberdayaan mereka yang tidak mampu membantah secara intelektual, sesungguhnya mengumumkan keruntuhan materialisme. Dengan kehendak Tuhan, abad ke-21 akan menjadi zaman keemasan bagi umat manusia ketika kaum beriman secara intelektual menghapuskan seluruh gerakan yang menentang nilai-nilai ajaran agama.
Menurut penelitian Yayasan Pengkajian Ekonomi dan Sosial Turki (Turkish Economic and Social Studies Foundation, TESEV), jumlah orang di Turki yang mengatakan bahwa"Tuhan menciptakan manusia" mencapai 87.4%. Ini memicu reaksi besar di Eropa, yang berada dalam pengaruh kuat materialis. Penolakan bangsa Turki dalam jumlah mayoritas terhadap teori evolusi telah menjadi bahan keterkejutan dan kekhawatiran yang besar. Kita berharap bahwa bangsa Turki akan membantu masyarakat Eropa menyaksikan kebenaran dan berpaling kepada nilai-nilai ajaran agama.
Keruntuhan Darwinisme Tidak Dapat Ditutup-Tutupi!
Teori evolusi adalah pernyataan tidak ilmiah yang berusaha dipertahankan oleh para penganutnya dengan menggunakan tengkorak-tengkorak tipuan, fosil-fosil "bentuk peralihan" palsu dan praduga yang tiada habisnya—yang kini telah kehilangan nilai kebenarannya.
Dua penemuan mendasar sejak masa Charles Darwin membantah teorinya. Dua hal ini adalah:
Pertama,  Catatan Fosil Membuktikan Kekeliruan Evolusi
Dalam bukunya The Origin of Species, Darwin secara terbuka mengakui bahwa fosil-fosil tidak mendukung teorinya! Sebagaimana ia berkata,
"Mengapa, jika spesies memang berasal dari spesies lain melalui perubahan sedikit demi sedikit yang tak teramati, kita tidak melihat bentuk peralihan yang tak terhitung di mana-mana? Mengapa semua makhluk hidup tidaklah dalam keadaan membingungkan, tetapi justru berwujud spesies, sebagaimana yang kita lihat, terpisahkan secara jelas?...Tetapi, jika menurut teori ini bentuk-bentuk peralihan yang tak terhitung jumlahnya seharusnya ada, mengapa kita tidak menemukannya terkubur dalam jumlah tak terhitung di dalam kerak bumi?... Lalu mengapa setiap bentukan geologis dan setiap lapisan tidak dipenuhi bentuk-bentuk mata rantai pertengahan seperti itu? Geologi nyata-nyata tidak menyingkap rantai makhluk hidup semacam itu;dan ini, mungkin, adalah sanggahan paling nyata dan berat yang dapat dilontarkan terhadap teori saya." (Charles Darwin, The Origin of Species, edisi 1., hal. 172.)
Lebih dari seratus lima puluh tahun telah berlalu sejak masa Darwin, namun tak satu pun fosil yang membuktikan teori evolusi telah ditemukan sejauh ini. Sebaliknya, setiap fosil yang ditemukan diketahui sebagai sisa-sisa dari sejumlah spesies sempurna dan berbentuk lengkap.
Fosil-fosil seperti "Lucy's Daughter," "Gogonasus" dan "Tiktaalik Roseae," yang telah diberitakan di media massa beberapa bulan silam tidaklah memperlihatkan ciri-ciri peralihan. Serupa dengan hal itu, fosil yang ditemukan di Sivas, Turki, dan digambarkan sebagai "kuda berkuku-tiga," bukanlah pula sisa-sisa bentuk peralihan apa pun, tapi binatang berkaki empat biasa yang kini punah. Seluruh fosil berasal dari hewan dan tumbuhan berbentuk lengkap dan sempurna—sebuah fakta terbukti yang sangat diketahui para pakar fosil.
Kaum evolusionis belum menemukan satu fosil pun bentuk peralihan yang dapat mereka kemukakan sebagai bukti. Berulang kali kami telah meminta para evolusionis Turki untuk memamerkan dua atau tiga fosil peralihan, jika mereka punya, dalam kantor atau kantor pusat surat kabar mereka. Tapi tak satu pun bersedia. Satu-satunya alasan tidak adanya tanggapan dari mereka terhadap tantangan terbuka ini adalah ketiadaan fosil-fosil bentuk peralihan apa pun.
Dan kebisuan mendalam ini tidaklah terbatas pada para evolusionis Turki saja; tidak ada evolusionis di mana pun di dunia ini yang memiliki fosil-fosil bentuk peralihan. Sekitar 100 juta fosil telah tergali hingga kini. Banyak yang telah disimpan di dalam arsip dan lainnya dipajang untuk umum. Akan tetapi dari keseluruhan fosil berjumlah besar ini, tidak terdapat satu pun bentuk pertengahan. Fosil-fosil itu berasal dari spesies masih hidup yang kita kenal saat ini—yang umumnya disebut sebagai "fosil-fosil hidup"—atau berasal dari bentuk-bentuk makhluk hidup punah seperti dinosaurus dan gajah purba. Fosil-fosil adalah bukti bagi Fakta Penciptaan, dan bukan bukti bagi pernyataan kaum evolusionis.
Para peneliti sukarelawan telah menyelenggarakan pameran-pameran fosil di banyak kota di Turki. "Fosil-fosil hidup" dalam pameran ini, yang menyediakan bukti nyata bahwa makhluk hidup terus bertahan hidup tanpa mengalami perubahan selama jutaan tahun, telah menimbulkan kegelisahan mendalam dan bahkan kemarahan di kalangan kaum materialis. Semakin banyak fosil membatu dari makhluk hidup punah diperlihatkan kepada mereka, semakin geramlah kelompok ini dan semakin terluapkan kemarahannya.
Kalangan evolusionis Turki, di sisi lain, secara diam-diam mengakui kekalahan mereka dalam kelesuan dan keputusasaan sama sekali. Sebagian evolusionis dengan pengetahuan terbatas yang sekedar baru belajar tentang nilai teramat penting fosil-fosil peralihan, akhirnya memahami kesulitan tak terpecahkan yang mereka hadapi, dan memilih bersikap diam membisu.
Kedua, Protein—Bahan Dasar Pembentuk Makhluk Hidup —Tidak Dapat Membentuk Dirinya Sendiri dari Benda Tak Hidup
Protein adalah molekul teramat rumit yang merupakan batu bata pembangun sel hidup dan juga melakukan peran-peran penting di dalamnya. Peluang sebuah protein membentuk dirinya sendiri secara kebetulan adalah 1 per 10950. (Dalam istilah sebenarnya, kemungkinan ini adalah nol.) Mengatakan bahwa jutaan spesies hidup muncul menjadi ada secara kebetulan, padahal tak satu protein pun yang dapat melakukan hal tersebut, adalah khayalan murni materialis-evolusionis.
Akankah Perancis Yang-Terguncang dan Para Evolusionis di Negeri Itu Melakukan Pembakaran Buku Masal ala Nazi?
Upacara pembakaran buku massal, yang didalangi para pemimpin Jerman Nazi, adalah cara primitif untuk mengekang pemikiran dan melarangnya dari masyarakat. Upacara pembakaran buku pertama oleh Nazi terjadi pada tanggal 10 Mei 1933, ketika ribuan lembar buku yang tidak sejalan dengan ideologi Nazi dibakar dengan diiringi lagu mars dan pemberian hormat khas Nazi.
Mereka yang tidak mampu membantah pemikiran dengan memaksakan pemikiran mereka sendiri selalu mengambil tindakan pelarangan buku, pemaksaan terhadap pembacanya dan bahkan mengambil tindakan hingga membakar buku tersebut. Kini Perancis, yang tidak memiliki bantahan intelektual, sedang bingung apa yang harus dilakukan terhadap buku Atlas Penciptaan dan, persis seperti para evolusionis di negeri itu, mereka tengah mencari sebuah cara untuk menghilangkan buku tersebut dari pandangan umum.
Akankah Perancis mengambil tindakan terakhir dengan membakar buku-buku Atlas Penciptaan di depan Menara Eiffel atau Les Invalides. . . ?
Karya Besar Yang Telah Mengguncang Perancis
Jilid pertama dari tujuh jilid buku Atlas Penciptaan yang direncanakan, keseluruhannya terdiri dari 5.600 halaman dan sekitar 11.000 gambar, telah mengejutkan warga Perancis.
Karya besar dengan 764 halaman ini, satu-satunya di dunia dengan ukuran 28 x 38 sentimeter dan dicetak dengan kualitas teknis prima, menampilkan ratusan fosil, masing-masing membantah teori evolusi dan berisi informasi paling meyakinkan tentang keruntuhan Darwinisme. Dengan gambar hologram asli pada sampulnya, sekitar 1.500 gambar dan foto berwarna pada kertas mengkilat, buku tersebut luar biasa dalam penampakan fisiknya. Selain itu, karya penting ini dilengkapi dengan VCD dokumenter Fossils Have Discredited Evolution (Fosil Membantah Evolusi). . . Anda dapat membeli buku ini langsung dari Global Publishing, atau membacanya secara gratis melalui Internet.
Untuk menyaksikan betapa sesungguhnya teori Evolusi adalah sebuah kebohongan, Anda harus membaca buku-buku karya Harun Yahya (Adnan Oktar).
Dengan nama pena Harun Yahya, Adnan Oktar telah menulis sekitar 250 buku, yang keseluruhannya mencapai 46.000 halaman, dan memuat sekitar 31.500 gambar. Sekitar 7.000 dari keseluruhan halaman ini—dan 6.000 dari keseluruhan gambar tersebut—mengulas tentang keruntuhan Teori Evolusi.
Beberapa  buku yang banyak mengulas tentang itu, antara lain; Keruntuhan Teori Evolusi *, Kebohongan Sejarah: Zaman Batu . . . Darwinisme Terbantahkan* ,  Suatu Ketika Di Masa Lalu Terdapat Darwinisme,  Keruntuhan Teori Evolusi Dalam 20 Pertanyaan*, Bencana Kemanusiaan Akibat Darwinisme*,  Sel dalam 40 Topik,  Mantra Hitam Darwinisme, Keruntuhan Teori Evolusi dalam 50 Topik, Desain Sempurna di Alam Semesta Bukanlah Karena Kebetulan, Senjata Sosial Darwinisme, Mengapa Darwinisme Bertentangan dengan Al Qur'an*, Kekeliruan Akademi Nasional Ilmu Pengetahuan Amerika, Keajaiban Ciptaan Allah*, Fasisme: Ideologi Berdarah Darwinisme,  Menyibak Tabir Teori Evolusi*, Jawaban Pasti terhadap Propaganda Evolusionis, Agama Darwinisme, Bagaimana Fosil-Fosil Membantah Evolusi, Atlas Penciptaan.  (* Tersedia dalam bahasa Indonesia.)
Anda dapat membaca buku-buku karya Adnan Oktar (yang menulis dengan nama pena Harun Yahya) secara gratis di situs internet berikut: www.harunyahya.com/indo (bahasa Indonesia), www.harunyahya.com dan www.harunyahya.net Atau selain itu Anda dapat memesannya dalam bentuk cetak di www.bookglobal.net. [cr/cha]


TV dinner still cooling?
Check out "Tonight's Picks" on Yahoo! TV.

Senin, 26 Maret 2007

Islam di Papua, Sejarah yang Terlupakan

Selasa, 27 Maret 2007
Islam masuk lebih awal sebelum agama lainnya di Papua. Namun, banyak upaya pengaburan, seolah-olah, Papua adalah pulau Kristen. Bagaimana sejarahnya?
Upaya-upaya pengkaburan dan penghapusan sejarah dakwah Islam berlangsung dengan cara sistematis di seantero negeri ini. Setelah Sumetera Utara, Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara,  dan Maluku diklaim sebagai kawasan Kristen, dengan berbagai potensi menariknya, Papua merupakan jualan terlaris saat ini. Papua diklaim milik Kristen!
Ironis, karena hal itu mengaburkan fakta dan data sebenarnya di mana Islam telah hadir berperan nyata jauh sebelum kedatangan mereka (agama Kristen Missionaris). Berikut catatan Ali Atwa, wartawan Majalah Suara Hidayatullah dan juga penulis buku "Islam Atau Kristen Agama Orang Irian (Papua)"  tentang Islam di Bumi Cenderawasih bagian pertama:
***
Menurut HJ. de Graaf, seorang ahli sejarah asal Belanda, Islam hadir di Asia Tenggara melalui tiga cara: Pertama, melalui dakwah oleh para pedagang Muslim dalam alur perdagangan yang damai; kedua, melalui dakwah para dai dan orang-orang suci yang datang dari India atau Arab yang sengaja ingin mengislamkan orang-orang kafir; dan ketiga, melalui kekuasan atau peperangan dengan negara-negara penyembah berhala.
Dari catatan-catatan yang ada menunjukkan bahwa kedatangan Islam di tanah Papua, sesungguhnya sudah sanggat lama. Islam datang ke sana melalui jalur-jalur perdagangan sebagaimana di kawasan lain di nusantara.
Sayangnya hingga saat ini belum ditentukan secara persis kapan hal itu terjadi. Sejumlah seminar yang pernah digelar seperti di Aceh pada tahun 1994, termasuk yang dilangsungkan di ibukota provinsi Kabupaten Fakfak dan di Jayapura pada tahun 1997, belum menemukan kesepakatan itu. Namun yang pasti, jauh sebelum para misionaris menginjakkan kakinya di kawasan ini, berdasarkan data otentik yang diketemukan saat ini menunjukkan bahwa muballigh-muballigh Islam telah lebih dahulu berada di sana.
Aktivitas dakwah Islam di Papua merupakan bagian dari rangkaian panjang syiar Islam di Nusantara. Menurut kesimpulan yang ditarik di dalam sebuah seminar  tentang masuknya Islam ke Indonesia, Medan 1963, Islam masuk ke Indonesia sudah sejak abad ke-7 dan ke-8 Masehi. Di mana daerah pertama yang didatangi oleh Islam adalah pesisir Utara Sumatera, dan setelah berkembangnya para pemeluk Islam, maka kerajaan Islam yang pertama di Indonesia ialah Kerajaaan Perlak, tahun 840.
Perkembangan agama Islam bertambah pesar pada masa Kerajaan Samudera Pasai, sehingga menjadi pusat kajian Agama Islam di Asia Tenggara. Saat itu dalam pengembangan pendidikan Islam mendapatkan dukungan dari pimpinan kerajaan, sultan, uleebalang, panglima sagi dan lain-lain. Setelah kerajaan Perlak, berturut-turut muncul Kerajaan Islam Samudera Pasai(1042), Kerajaan Islam Aceh(1025), Kerajaan Islam Benua Tamiah(1184), Kerajaan Islam Darussalam(1511).
Sebagian ahli sejarah berpendapat bahwa sebelum tahun 1416 Islam sudah masuk di Pulau Jawa. Penyiaran Islam pertama di tanah jawa dilakukan oleh Wali Songo (Wali Sembilan). Yang terkenal sebagai orang yang mula-mula memasukkan Islam ke Jawa ialah Maulana Malik Ibrahim yang meninggal tahun 1419. Ketika Portugis mendaratkan kakinya di pelabuhan Sunda Kelapa tahun 1526, Islam sudah berpengaruh di sini yang dipimpin oleh Falatehan. Putera Falatehan, Hasanuddin, pada tahun 1552 oleh ayahnya diserahi memimpin banten.
Di bawah pemerintahannya agama Islam terus berkembang. Dari Banten menjalar ke Sumatera Selatan, Lampung dan Bengkulu. Juka di pula Madura agama Islam berkembang.
Pada pertengahan abad ke-16 penduduk Minangkabau memeluk Islam begitu juga di Gayo Sumatera Utara. Ketika Sultan Malaka terakhir diusir oleh Portugis, ia menetap di Pulau Bintan, yang kala itu sudah menjadi negeri Islam(1511).
Pada tahun 1514, sebagian penduduk Brunai di Kalimantan sudah memeluk agama Islam. Bahkan pada tahun 1541, raja Brunai sendiri masuk Islam. Di Kalimantan Barat, Sambar, yang menjadi bawahan negeri johor, penduduknya sudah masuk Islam pada pertengahan abad ke-16. Di bagian selatan Kalimantan yang tadinya merupakan wilayah kekuasaan Kejaraan Majapahit, setelah Majapahit ditaklukan oleh Kerajaan Islam Demak. Masuknya  Islam di Banjarmasin sekitar tahun 1550, dan pada tahun 1620 di Kotawaringin telah terdapat seorang raja yang memeluk agama Islam.
Pada tahun 1600 Kerajaan Pasir dan Kutai telah menjadi daerah Islam.  Seabad kemudian menyusul Kerajaan Berau dan Bulungan. Di Sulawesi raja Goa tahun 1603 masuk Islam. Selanjutnya raja Goa mengislamkan daerah-daerah di sekitarnya seperti Bone[1606], Soppeng[1609], Bima(1626), Sumbawa(1626) juga Luwu, Palopo, mandar, Majene menjadi daerah Islam.
Di wilayah Sulawesi Utara mulai dari Mandar sampai Manado pada pertengahan abad ke -16 menjadi bawahan Kerajaan Ternate yang rajanya adalah seorang Muslim. Atas ajakan raja Ternate, raja Bolaang Mongondow memeluk Islam. Terus ke timur di kepulauan Maluku pada mula abad ke-16 telah memiliki kerajaan Islam yakni kerajaan Bacan. Muballigh dari kerajaan Ini terus mendakwahkan Islam ke kawasan tetangganya di Papua melalui jalur perdagangan.
Sejak  Zaman Kerajaan Majapahit
Seorang Guru Besar Bidang Arkeologi Fakultas Sastra  Universitas Negeri Malang, Dr. Moehammad Habib Mustofo, yang sekaligus Ketua Asosiasi Ahli Epigrafi Indonesia (AAEI) Jawa Timur menjelaskan bahwa dakwah Islam sudah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit. Apalagi dengan diketemukanya data artefakt yang waktunya terentang antara 1368-1611M yang membuktikan adanya komunitas Muslim di sikitar Pusat Keraton Majapahit, di Troloyo, yakni sebuah daerah bagian selatan Pusat Keraton  Majapahit yang waktu itu terdapat di Trowulan. 
Situs Islam di Troloyo sudah dikenal sejak abad XIX, namun para ilmuwan meragukan kepentingan nisan-nisan itu sebagai salah satu sumber primer yang penting berkaitan dengan islamisasi di Jawa. L.W.C. van den Berg, pada laporannya tertanggal 1 Februari 1887 tentang data epigrafi Arab di Situs Troloyo meragukan keasliannya, karena tulisan Arabnya yang kasar dan banyak salah tulis. Selanjutnya ia berpendapat bahwa inskripsi Arabnya dengaja ditambahkan kemudian pada artefak yang berisi tahun saka itu (Damais, 1957:365).
Pendapat lain  dikemukakan oleh Veth, yang memperkirakan bahwa nisan-nisan tersebut berasal dari bagu candi. N.J. Krom menyatakan sittus Troloyo tidak mempunyai nilai arkeologis(Krom, 1923:184).
Sikap para sarjana terhadap temuan di Troloyo tersebut mulai berubah sejak tahun 1942. W.F. Stuterheim yang menjabat sebagai kepala Oudheidkundig Diens, menjelang
penduddukan Jepang di Indonesia mengajak L.C. Damais ke Situs Troloyo. Stuterhem mengharapkan temuan Damais, yang seorang antropolog berkebangsaan Perancis itu akan menambah pengetahuan baru dalam arkeologi Islam. Hasil penelitian Damais itu baru dipublikasikan pada tahun 1957.
Dari hasil penelitian Damais didapat pandangan yang menarik karena di sana didapati suatu interaksi antara komunitas Muslim saat itu dengan para penganut Hindu-Budha di bawah pemerintahan Majapahit.
Kesimpulan tersebut didasarkan atas studi huruf Jawa kuno dalam konteks makam Islam di daerah Troloyo tertulis tahun 1368-1611M. Kajian tentang huruf yang terdapat pada nisan Islam di Troloyo tersebut dapat disimpulkan bahwa bentuk angka Jawa kuno dipengaruhi oleh bentuk tulisan Arab yang serba tebal dan besar.
Kajian leh L.C. Damais dan de Casparis dari sudut paleografi membuktikan bahwa telah terjadi saling pengaruh antara dua kebudayaan yang berbeda (yakni antara Hindu-Budha-Islam) pada awal perkembangan Islam di Jawa Timur. Melalui data-data tersebut, Habib ingin menjelaskan bahwa sesungguhnya dakwah Islam sudah terjadi terjadi jauh sebelum keruntuhan total kerajaan Majapahit yakni tahun 1527M. Dengan kata lain, ketika kerajaan Majapahit berada di puncak kejayaannya, syiar Islam juga terus menggeliat melalui jalur-jalur perdagangan di daerah-daerah yang menjadi kekuasaan Majapahit di delapan mandala (meliputi seluruh nusantara) hingga malaysia, Brunei Darussalam, hingga di seluruh kepulauan Papua. 
Masa antara abad XIV-XV memiliki arti penting dalam sejarah kebudayaan Nusantara, di mana pada saat itu ditandai hegemoni Majapahit sebagai  Kerajaan Hindu-Budha mulai pudar.  Se-zaman dengan itu, muncul jaman baru yang ditandai penyebaran Islam melalui jalar perdagangan Nusantara.
Melalui jalur damai perdagangan itulah, Islam kemudian semakin dikenal di tengah masyarakat Papua. Kala itu penyebaran Islam masih relatif terbatas di kota-kota pelabuhan. Para pedagang dan ulama menjadi guru-guru yang sangat besar pengaruhnya di tempat-tempat baru.
Sebagai kerajaan tangguh masa itu, kekuasaan Kerajaan Majapahit meliputi seluruh wilayah Nusantara, termasuk Papua. Beberapa daerah di kawasan tersebut bahkan disebut-sebut dalam kitab Negarakertagama, sebagai wilayah Yurisdiksinya. Keterangan mengenai hal itu antara disebutkan sebagai berikut:
"Muwah tang i Gurun sanusanusa mangaram ri Lombok Mirah lawan tikang i Saksakadi nikalun kahaiyan kabeh nuwati tanah i bantayan pramuka Bantayan len luwuk teken Udamakatrayadhi nikang sanusapupul".
"Ikang sakasanusasanusa Makasar Butun Banggawai Kuni Ggaliyao mwang i [ng] Salaya Sumba Solot Muar muwah tigang i Wandan Ambwan Athawa maloko Ewanin ri Sran ini Timur ning angeka nusatutur".
Dari keterangan yang diperoleh dalam kitab klasik itu, menurut sejumlah ahli bahasa yang dimaksud "Ewanin" adalah nama lain untuk daerah " Onin" dan "Sran" adalah nama lain untuk "Kowiai". Semua tempat itu berada di Kaimana, Fak-Fak.  Dari data tersebut menjelaskan bahwa pada zaman Kerajaan Majapahit sejumlah daerah di Papua sudah termasuk wilayah kekuasaan Majapahit. 
Menurut Thomas W. Arnold : "The Preaching of Islam", setelah kerajaan Majapahit runtuh, dikalahkan oleh kerajaan Islam Demak, pemegang kekuasan berukutnya adalah Demak Islam.  Dapat dikatakan sejak zaman baru itu, pengaruh kerajaan Islam Demak juga menyebar ke Papua, baik langsung maupun tidak.
Dari sumber-sumber Barat diperoleh catatan bahwa pada abad ke XVI sejumlah daerah di Papua bagian barat, yakni wilayah-wilayah Waigeo, Missool, Waigama, dan Salawati, tunduk kepada kekuasaan Sultan Bacan di Maluku.  
Catatan serupa tertuang dalam sebuah buku yang dikeluarkan oleh Periplus Edition, di buku "Irian Jaya", hal 20 sebuah wadah sosial milik misionaris menyebutkan tentang daerah yang terpengaruh Islam. Dalam kitab Negarakertagama, di abad ke 14 di sana ditulis tentang kekuasaan kerajaan Majapahit di Jawa Timur, di mana di sana disebutkan dua wilayah di Irian yakni Onin dan Seran
Bahkan lebih lanjut dijelaskan: Namun demikian armada-armada perdagangan yang berdatangan dari Maluku dan barangkali dari pulau Jawa di sebelah barat kawasan ini, telah memiliki pengaruh jauh sebelumnya.
....Pengaruh ras austronesia dapat dilihat dari kepemimpinan raja di antara keempat suku, yang boleh jadi diadaptasi dari Kesultanan Ternate, Tidore dan Jailolo. Dengan politik kontrol yang ketat di bidang perdagangan pengaruh kekuasaan Kesultanan Ternate di temukan di raja Ampat di Sorong dan di seputar Fakfak dan diwilayah Kaimana
Sumber cerita rakyat mengisahkan bahwa daerah Biak Numfor telah menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Sultan Tidore.
Sejak abad ke-XV. Sejumlah tokoh lokal, bahkan diangkat oleh Sultan Tidore menjadi pemimpin-pemimpin di Biak. Mereka diberi berbagai macam gelar, yang merupakan jabatan suatu daerah. Sejumlah nama jabatan itu sekarang ini dapat ditemui dalam bentuk marga/fam penduduk Biak Numfor.
Kedatangan Orang Islam Pertama
Berdasarkan keterangan di atas jelaslah bahwa, masuknya Islam ke Papua, tidak bisa dilepaskan dengan jalur dan hubungan daerah ini dengan daerah lain di Indonesia. Selain faktor pengaruh kekuasaan Kerajaan Majapahit,  masuknya Islam ke kawasan ini adalah lewat Maluku, di mana pada masa itu terdapat kerajaan Islam berpengaruh di kawasan Indonesia Timur, yakni kerajaan Bacan.
Bahkan keberadaan Islam Bacan di Maluku sejak tahun 1520 M dan telah menguasai beberapa daerah di Papua pada abad XVI telah tercatat dalam sejarah. Sejumlah daerah seperti Waigeo, Misool, Waigama dan Salawati pada abad XVI telah mendapat pengaruh dari ajaran Islam. Melalui pengaruh Sultan Bacan inilah maka sejumlah pemuka masyarakat di pulau-pulau tadi memeluk agama Islam, khususnya yang di wilayah pesisir. Sementara yang dipedalaman masih tetap menganut faham animisme.
Thomas Arnold yang seorang orientalis berkebangsaan Inggris memberi catatan kaki dalam kaitannya dengan wilayah Islam tersebut:  "…beberapa suku Papua di pulau Gebi antara Waigyu dan Halmahera telah diislamkan oleh kaum pendatang dari Maluku"
Tentang masuk dan berkembangnya syi'ar Islam di daerah Papua, lebih lanjut Arnold menjelaskan: "Di Irian sendiri, hanya sedikit penduduk yang memeluk Islam. Agama ini pertama kali dibawa masuk ke pesisir barat [mungkin semenanjung Onin] oleh para pedagang Muslim yang berusaha sambil berdakwah di kalangan penduduk, dan itu terjadi sejak tahun 1606. Tetapi nampaknya kemajuannya berjalan sangat lambat selama berabad-abad kemudian..."
Bila ditinjau dari laporan Arnold tersebut, maka berarti masuknya Islam ke daerah Papua terjadi pada awal abad ke XVII, atau dua abad lebih awal dari masuknya agama Kristen Protestan yang masuk pertama kali di daerah Manokwari pada tahun 1855, yaitu ketika dua orang missionaris Jerman bernama C.W. Ottow dan G.J. Geissler mendarat dan kemudian menjadi pelopor kegiatan missionaris di sana. (Ali Atwa, penulis buku "Islam Atau Kristen Agama Orang Irian (Papua)."


Be a PS3 game guru.
Get your game face on with the latest PS3 news and previews at Yahoo! Games.

Minggu, 25 Maret 2007

Missionaris saksi Yehova Beraksi

Oleh : Fakta 25 Mar, 07 - 2:00 am

imageDi siang bolong, dengan membawa sebuah mobil, sekelompok bule berhidung mancung mebagi-bagikan buku dan brosur Kristen di daerah Pasar Sindang, Kecamatan Koja, Jakarta Utara. Tak memandang apapun agama orang yang lewat, siapapun diberi buku dan brosur itu. Orang-orang berwajah luar negeri itu juga masuk ke gang-gang kecil, mengetuk pintu rumah-rumah warga lalu membag-bagikan brosur Kristen itu. Misi yang sama juga terjadi di daerah Stasiun Jatinegara Jakarta Timur, Bekasi, Bandung, dan lainnya.

"Buku ini tidak ada bahayanya bagi kami. Tapi kami merasa risih dan tidak nyaman dengan hal ini," ujar Dina, warga Rawabadak, Jakarta Utara, dalam selembar surat yang ditujukkan kepada Tim FAKTA.

Brosur yang dimaksud adalah selebaran full colour berjudul Akhir Agama Palsu Sudah Dekat.

Lembaran itu diterbitkan oleh Saksi Yehova, sebuah sekte Kristen yang dibentuk oleh Charles Tase Russel, tokoh mantan jemaat gereja Seventh Day Adventist (Advent Hari Ketujuh) pada tahun 1879 di Amerika Serikat. Di Indonesia, sekte ini pernah dilarang selama seperempat abad sejak awal Desember 1976 berdasarkan Surat Keputusan Jaksa Agung RI. Pada masa Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), larangan ini dicabut sehingga salah satu aliran dalam Kristen ini bebas merajalela.

Sedangkan buku yang disebarkan oleh missionaris bule itu berjudul Yesus Juru Selamatmu terbitan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI). Cover depan buku itu bergambar sebuah lukisan seorang pria sedang berusaha menyelamatkan seekor kambing yang hendak terjatuh ke dalam jurang. Sedangkan cover belakang menampilkan lukisan Yesus yang sedang berdiri terpentang di tiang Salib setinggi kurang lebih empat meter.

Mendapat buku yang sampulnya berbau pornografi ini, Dina menyatakan dalam suratnya, "Mungkin buku ini tidak ada bahayanya bagi umat Islam," Ini bisa dimaklumi, karena ajaran Islam sangat bertolak belakang dengan tradisi Kristen. Dalam Islam, melukiskan seorang Nabi saja dilarang, apalagi menggambarkan seorang nabi dalam rupa yang menderita dan tak berbusana wajar sehingga kelihatan auratnya.

Buku setebal 93 halaman yang disusun oleh Tim Penyiapan Naskah LAI ini sepenuhnya menjajakan doktrin Kristen bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat penebus dosa manusia. Profil, karya, ajaran, mukjizat dan filosofi Yesus yang diungkap dalam buku ini dikutip dari ayat-ayat Injil ditambah dengan doktrin tulisan Paulus dalam surat-suratnya. Beberapa mukjizat Yesus yang ditampilkan dalam buku ini, antara lain menyembuhkan orang yang berpenyakit kusta, orang lumpuh, orang buta, dan memberi makan lima ribu orang dengan lima ketul roti.

Terhadap mukjizat tersebut, umat Islam tidak merasa aneh lantas menaikan derajat Nabi Isa sebagai tuhan. Bahkan dalam al-Qur'an masih banyak mukjizat nabi Isa yang tidak dilukiskan dalam Injil, antara lain menyembuhkan orang yang berpenyakit sopak, menghidupkan orang mati, menciptakan burung hidup dari tanah liat, dan lain sebagainya. Semua ini bukan kemampuan Nabi Isa, tapi karena izin Allah (bi idznillah). Ini bisa dibaca dalam surat Ali Imran 49.

Injil Yohanes 5:30 juga menyatakan bahwa Yesus tidak bisa berbuat apapun dari dirinya sendiri, karena semuanya terjadi atas kehendak Tuhan yang mengutusnya. Jadi, segala mukjizat Yesus itu bukan bukti atas ketuhanan dirinya, tapi bukti kekuasaan Allah yang mengutus Yesus sebagai seorang Nabi.

Tentang ajaran kemanusiaan Yesus, dalam buku ini dijelaskan syariat Yesus tentang perzinaan (hlm 33-34). Dalam selebaran itu, dikutip Injil Yohanes 8:1-11 yang megisahkan bahwa suatu hari orang-orang ahli taurat menangkap basah seorang perempuan yang sedang berzina. Mereka meminta fatwa kepada Yesus tentang hukuman yang harus diterapkan kepada pezina itu, karena dalam Taurat Musa disebutkan bahwa pezina itu harus dirajam. Yesus mengabulkan permintaan mereka dengan syariat baru, "Barangsiapa di antara kami tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." Karena tidak ada dari mereka yang tak memiliki dosa, maka mereka tidak berani menghukum sepasang pezina tersebut. Maka bebaslah kedua pezina itu setelah dinasihati Yesus dengan sepatah kalimat, "Jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."

Selain bertentangan dengan hukum Taurat tentang hukum rajam (Ukangan 22:22-24), syariat Yesus tentang perzinaan ini jelas sulit diterapkan di masyarakat. Sulit dibayangkan apa yang terjadi di masyarakat, jika orang yang terbukti dan tertangkap basah berzina itu tidak diberi hukuman apapun, kecuali hanya dinasihati dengan kalimat, "Jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."

Ketika menjelaskan misi Yesus yang disampaikan kepada ke-12 muridnya, penulis dari LAI mengutip Injil Markus 3:13-19. Ayat ini hanya menjelaskan bahwa Yesus memilih 12 orang sebagai murid untuk pendamping dalam menyebarkan kabar baik dari Tuhan. Sedangkan dalam Injil Matius 10:1-6 tidak dikutip. Ayat-ayat ini juga menceritakan pemilihan Yesus kepada 12 orang murid yang dilengkapi dengan wasiat berisi undang- undang penyiaran agar misinya hanya disampaikan kepada orang Israil yang hilang.

Secara tegas, Yesus mewanti-wanti kepada ke-12 muridnya, "Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel" (Matius 10:5-6)

Jika para penginjil bule itu menaati wasiat Yesus ini, maka persoalan mereka dengan umat Islam sudah selesai. Mereka tidak perlu jauh-jauh meninggalkan tanah airnya mengkristenkan umat Islam di Nusantara dengan segala cara. Menyebarkan Kristen kepada bangsa Indonesia yang notabene bukan orang Israel adalah tindakan yang melanggar wasiat Yesus yang mereka anggap sebagai Tuhan itu. Yesus tidak akan menyukai tindakan yang menyalahi ajarannya. (sabili/al-islahonline)

Sabtu, 10 Maret 2007

Muslim Amerika, Berkembang tapi “Tertindas

Jumat, 09 Maret 2007

Di Negeri Kampiun demokrasi bernama Amerika, hak-hak kaum Muslim masih jauh dari layak. Meski demikian, gerakan “kembali kepangkuan Islam” terus tak terbendung-Hidayatullah.com—

Masjid tertua di pegunungan Rocky bagian barat, komplek South Parker Road adalah daerah simbol Islam yang terlihat jelas menaranya, dengan bulan sabit di puncak atap bundarnya dan area parkir yang padat waktu shalat Jum'at.

Mohammad Noorzai mempunyai tugas yang cukup sulit yaitu mengurusi jamaah immigran dan mua'alaf, tua dan muda, progresif dan konservatif. Reformasi yang dilakukannya mencakup pembenahan ke dalam atau pun ke luar.

Ia menghadiri pertemuan dari organisasi lain dan memberikan nomer HPnya. Sebuah open house yang dihadiri oleh 150 non Muslim. Para pemuda mengambili sampah sepanjang Parker Road dan membersihkan jalan setapak tetangga kanan kiri.

“Sudah cukup lama, karena kita minoritas di sini, Muslim memikirkan komunitasnya sendiri saja,” kata Noorzai yang diangkat bulan Agustus. “Kita perlu untuk melihat keluar dari kotak itu.” Mohammad Noorzai adalah presiden pertama yang diangkat dan dibayar oleh komunitas Muslim Colorado.

Masjid ini telah mengalami banyak hal menyakitkan. Empat tahun lalu, empat orang dari MILA menang dalam syuro'. Satu orang dipindahkan, satu berhenti karena sakit, satunya lagi berhenti karena mengikuti kegiatan politik, dan yang terakhir pun mengikuti jejak yang sama, kata Noorzai. MILA (Muslims Intent on Learning and Activism), sebuah komunitas Muslim setempat. Kegiatan MILA yang lain adalah klinik kesehatan dan perlindungan bagi perempuan.

Minggu ini, konstitusi masjid secara resmi dapat dibicarakan pada pertemuan tahunan anggota. Peran perempuan juga bisa didiskusikan dalam forum ini.

Noorzai mengatakan bahwa ia membutuhkan masukan dari konstitusi masjid terkait dengan pengaktifan lagi komite perempuan.

“Saya ingin memberdayakan perempuan, bukan hanya sekedar symbol, tetapi perempuan yang diberi jabatan dan bertanggung jawab terhadap banyak hal. Itulah bentuk kepedulian kita terhadap perempuan,” katanya.

Pada hari raya Idul Fitri, Noorzai berencana untuk memakai ruang serbaguna di lantai dasar untuk sholat jama'ah laki-laki. Tetapi bila ada perempuan yang protes, maka ia akan menyediakan tempat juga bagi mereka.

“Perempuan adalah leher dan laki-laki adalah kepalanya,” kata Aminah Washington, pimpinan komite perempuan. “Tanpa leher, kepala akan menggelinding ke jalan.”

Ammar Amonette, imam masjid, mengkritik Islam di Amerika. Ia adalah Muslim Amerika berkulit putih yang menjadi mualaf dan belajar Islam di Arab Saudi, di mana pemahaman keislaman yang lurus berkembang.

Dia menyatakan bahwa sejak peristiwa 11 September, Muslim yang sebelumnya merasa nyaman dengan budaya Amerika yang “tidak begitu serius dengan agamanya” akhirnya ketakutan dan memutuskan bahwa Islam “tidak cukup progresif dengan kenyataan yang ada.” Kesalahpahaman ini diakibatkan kurangnya pendidikan dan pemahaman keislaman yang benar.

“Jika tiap orang ingin mendefinisikan Islam sesuai kemauannya sendiri, kita tak akan pernah punya Islam,” kata Ammonete. “Kita akan mempunyai milyaran agama yang berbeda.”

Pandangan ini diikuti oleh banyak Muslim lainnya termasuk mereka yang baru saja masuk islam dengan penuh semangat. Sebut saja Mike Czeponis, 27, yang menemukan kesalehan dan keuniversalan dalam Islam.

Masuk Islam sejak 2005, Czeponis memakai kain di kepala dan memanjangkan jenggot. Jubah hitamnya yang selalu ia jaga agar tidak menyapu lantai, menujukkan kesederhanaannya. Meskipun di balik jubah itu terdapat banyak tato dari masa lalunya ketika ia masih memeluk agama magis dan spiritual. Tato itu berbentuk kepala setan dan sayapnya di lengan sebelah kanan. Sebuah symbol Wiccan antara ibu jari dan jari telunjuk, sebuah pentagram.

Saat ini ia mengajari anak laki-lakinya, 8 tahun, membaca Al-Qur'an sebelum diperbolehkan main video games.

“Beberapa akhwat Muslimah --sisters, begitu orang sering menyeebut-- memakai rok mini,” katanya. “Rambutnya pun tidak ditutup dengan kerudung. Ada sesuatu yang nggak beres ketika kita berkumpul bersama tapi tidak menunjukkan sikap yang islami.”

Beberapa mualaf dan anak-anak kelahiran Amerika dari orang tua Imigran menentang kebijakan konvensional. Generasi muda ini mendesak reformasi progresif, kata Asra Nomani, yang juga pengarang buku “Standing Alone: One Woman's Struggle for the Soul of Islam.”

“Dalam mengupayakan hak-hak perempuan, saya terkejut ketika mengetahui yang menjadi musuh saya adalah Muslim yang lahir di Amerika. Mereka merasa perlu untuk membuktikan kepada anak cucunya bahwa 'ini loh kami nggak kehilangan keyakinan',” katanya. “Kita jadi terbelakang karena kita akhirnya terjatuh pada interpretasi Islam yang itu-itu saja.”

Berkembang

Tak sedikit organisasi-organisasi keislaman di Amerika. Selain MILA, ada juga ISNA (the Islamic Society of North America), Anshar, CAIR (Council on American-Islamic Relation), The Islamic Affair Council, di New York ada Majelis As-Shura (Imams Council).

Bahkan menurut catatan, dari New York hingga California, telah ada sekitar 4.000 masjid telah didirikan. Menurut laporan harian The New York Times, Muslim telah memenuhi kampus-kampus dan sejumlah organisasi keagamaan pun tumbuh.

Salah satu organisasi terbesar di Amerika adalah ISNA. Mereka terus lahir dan berkembang mengikuti kebutuhan kaum Muslim.

Banyak orang terperanjat, Islam tiba-tiba menjadi salah satu agama yang paling diminati di samping Kristen dan Yahudi. Dalam beberapa tahun terakhir –khususnya pasca peledakan WTC-- agama Islam melaju begitu cepat dan menjadi fenomena paling menarik di Amerika.

Menurut Jane I. Smith, dalam bukunya “Islam di Amerika”, tercatat, sudah ratusan kajian dari berbagai tinjauan di beberapa universitas di Amerika yang menjadikan Islam dan umat Islam sebagai tema utama. Menurut Smith, Islam perkiraan akan menjadi agama terbesar kedua setelah Kristen di negeri Uncle Sam, akan menjadi kenyataan.

Ustad Muhammad Syamsi Ali, seorang imam masjid Indonesia di New York mengatakan, meski kasus WTC sempat memperburuk kondisi umat Islam di Amerika, sebagian berkahnya, banyak warga AS yang tadinya anti dan tak begitu mengenal Islam tiba-tiba semakin tertarik –dan bahkan—berbondong-bondong memeluk Islam.

Sebelum 9/11 mereka acuh tak acuh terhadap agama, jangankan terhadap Islam, terhadap agama kelahiran mereka saja mereka acuhkan. Gereja-gereja kosong, agama tidak lebih perayaan-perayaan sosial semata seperti Natal, dan lain-lain. Sebaliknya, anak-anak muda mereka semakin anti agama, yang dianggap kuno dan menjadi faktor keterbelakangan dan kebodohan.

Padahal, sebelum 9/11, Islam tidaklah terlalu menjadi sorotan. Bahkan umumnya, mayoritas masyarakat AS tidak tahu-menahu apa itu “Islam”. Termasuk media-media Barat tidak terlalu banyak menyebut Islam. Kecuali tulisan-tulisan yang bersifat negatifnya saja.

“Setelah 9/11, semua ini berubah. Keinginan untuk tahu Islam menjadi sangat menonjol dan bahkan referensi Islam menjadi jualan paling laris di seantero Amerika Utara”, ujarnya dikutip Republika.

Luar biasa. Berbagai kalangan di Amerika tiba-tiba berminat dan ingin tahu banyak hal tentang Islam. Tak hanya tempat-tempat diskusi. Gereja-gereja, sinagog, perkantoran-perkantoran swasta bahkan pemerintahan semua ingin tahu, apa itu “Islam”.

Menurut Syamsi, kesempatan itulah yang dipergunakan secara baik oleh para imam dan para dai untuk mengenalkan Islam sesungguhnya pada warga Amerika.

Dampaknya sangat luar biasa. Semakin berkembang secara pesat warga Amerika yang memeluk Islam. Terutama di kalangan African-American. Bagi, mereka, Islam adalah jalan keluar seteleh beratus-ratus tahun mereka ‘terbelenggu’ ras dan warna kulit.

Black Americans (warga Amerika kulit hitam) begitu mereka biasa dipanggil, menemukan kenyamanan dalam Islam. Bersama Islam, mereka tak menemukan perbedaan ras dan warna kulit. Sebelumnya, di Amerika, mereka justru dianggap sebagai warga kelas dua.

Enam tahun lalu, khususnya pasca runtuhnya Menara Kembar WTC, harian The New York Times (22/10/2001) melaporkan, sekitar 25 ribu orang Amerika telah beralih memeluk Islam . Columbia News Service menulis ada sekitar 15 ribu orang keturunan Amerika Latin beralih dari Katolik dan memeluk Islam di AS. Mereka menyebar di berbagai kota meliputi Newark, Miami, Los Angeles dan New York.

Direktur Jamaica Muslim Center dan Ketua Masyarakat Muslim Indonesia, ustad Syamsi Ali mengatakan kepada www.hidayatullah.com, bisa dikatakan, sekitar 2-3 orang perminggu yang memeluk Islam di Amerika.

“Rata-rata sekitar sekitar 2-3 orang perminggu. Tidak jarang secara berombongan seetelah shalat Jum'at”, ujarnya. Bahkan, ia pernah mengislamkan 8 orang sekaligus dalam sebuah acara Jum'atan di Islamic Center.

Islam kini telah masuk ke ‘jantung hati” Paman Sam, bagaimanakah agama ini bisa dirasakan warga Amerika? Jawabnya seperti dikatakan ShemsAdeen Ben-Masaud (25), seorang akuntan manager Sprint.

“Setelah peristiwa 9 September dan beberapa peristiwa yang menyertainya, kita dihadapkan pada pertanyaan, apakah yang menjadi prioritas utama kita, menjadi seorang Amerika atau seorang Muslim,” katanya.

“Bagi saya, tidak ada keraguan lagi. Menjadi seorang Muslim adalah prioritas. Karena pada kenyataannya kehidupan saya semuanya berdasarkan apa yang telah digariskan oleh Islam, bukan dalam kapasitas saya sebagai orang Amerika,” ujarnya dikutip The Denver Post. [Ria, cha, berbagai sumber)