Kamis, 26 April 2007

Bocah 14 Tahun Memeluk Islam

Rabu, 25 April 2007
Lahir beragama Kristen, Justin Hudson tak pernah merasa terikat dengan Kristen. Ia pun bersyahadat dan mengganti namanya 'Nasir Abdul Basit Abdul Muhyi Islam'
Oleh: M. Syamsi Ali *)
Pagi itu, Senin 19 Maret, seperti biasa saya hadir di Islamic Center of New York sekitar pukul 11:00 pagi. Suasana Islamic Center masih sepih dan hanya terlihat beberapa orang sedang shalat sunnah di ruang bawah. Penjaga (security) menyapa dan menyampaikan bahwa saya sudah ditunggu oleh dua remaja di ruang receptionist. Saya pun bersegera masuk dan sebelum sempat menyampaikan salam, salah seorang dari remaja putra tersebut mengucapkan salam.
Setelah menjawab salamnya, saya berlalu, tapi kemudian dipanggil oleh receptionis bahwa ada yang ingin masuk Islam. Saya sepertinya tidak percaya karena yang ada di tempat tersebut hanya dua anak remaja, dan keduanya nampak seperti anak-anak Muslim. Bahkan dari wajahnya, salah satu dari mereka adalah keturunan Asia Selatan (Pakistan, Bangladesh). Saya meminta waktu untuk ke kantor saya dan meletakkan beberapa buku yang saya bawa.
Setelah istirahat beberapa saat, saya menelpon receptionis agar kedua remaja itu dipersilahkan masuk ke kantor. Tap berapa lama, masuklah kedua remaja itu ke kantor dengan wajah ceriah tapi sedikit nampak khawatir. Untuk menjadikan suasana lebih bersahabat, saya ulurkan tangan dan mengucapkan salam kepada keduanya. Ternyata anak yang berwajah Asia Selatan itu adalah anggota jama'ah Jamaica Muslim Center, di mana saya diamanahi sebagai Direktur.
"I've seen you many times, but you don't know me" sapanya. Saya Tanya "where did you see me?" "At JMC" jawabnya singkat.
Lalu saya berbalik tanya "why you are here?" kedua remaja itu saling memandang, lalu menjelaskan bahwa keduanya adalah anak SMA Hunter (Hunter High School) di kota New York. High School ini adalah sekolah SMA Special (Special High School) dan hanya mereka yang lolos test atau memiliki nilai di atas rata-rata yang bisa diterima. Menurutnya, sejak awal mereka diterima disekolah itu, mereka sudah bersahabat.
Saya kemudian bertanya lebih lanjut "what then brings you here?". Tiba-tiba saja, yang satunya lagi menyelah "I wanted to be a Muslim?". Saya kemudian baru yakin bahwa memang pagi itu ada seseorang yang ingin masuk Islam. Saya lalu tanyakan nama dan agama yang dianutnya.
"I am Justin Hudson". Kemudian dia terdiam. Saya kemudian tanya lagi "what it you current belief?". Dia seperti ragu menjawab, lalu secara diplomatis dia mengatakan "I was born a Christian but never felt attached with my Christianity". Lebih dia menjelaskan bahwa dia memang yakin akan adanya Tuhan, tapi secara formal dia belum pernah merasa terikat dengan agama Kristen. "Since I studied Islam I feel really connected with it" tambahnya.
Remaja keturunan African American ini nampak lugu, walaupun terdengar kata-kata cerdas dari ucapannya. Segera saya memulai menjelaskan bahwa sebenarnya secara informal dia sudah Muslim karena sudah meyakini bahwa Islam ini adalah agama yang benar (true religion). "Your personal faith is the real thing that turns you to this religion. What you need right now is formalizing your faith by declaring it in front of some witnesses".
Oleh karena Justin memang sudah menghapal 5 rukun Islam, saya cuma menjelaskan rukun Iman yang harus diyakini. Tentunya dengan sedikit penjelasan lebih jauh mengenai pergaulan remaja dalam konteks masyarakat Amerika. Justin nampak memperhatikan dengan seksama dan sekali-sekali menganggukkan kepala. "Do you have any further question?" tanya saya. Dia cuma menggelengkan kepala pertanda bahwa dia tidak ada pertanyaan mengenai Islam saat itu.
Saya kemudian segera menuntun dia untuk mengucapkan syahadah, tapi dia segera menyelah "can I tell you my Islamic name?". Saya pun segera menjawab "of course! Do you have your Islamic name even before your shahadah? What's your name?". Dia menyebut namanya dengan cepat dan hampir saja saya tidak mengerti. "It's too long" kata saya setelah mendengar nama tersebut.
Karena tidak jelas penyebutan itu, saya sekali lagi, "can you tell me your name once again?". Kali ini dengan pelan tapi seolah sangat familiar dengan penyebutan nama tersebut. "Nasir Abdul Basit Abdul Muhyi Islam", jawabnya mantap. Saya katakana sama dia, biasanya nama panjang itu cukup dengan tiga kata. Tapi nama dia ini sedemikian panjang, itupun belum dengan last name-nya "Hudson". Tapi nampaknya dia sudah mantap dengan penamaan itu. Bahkan sudah paham betul dengan makna nama tersebut.
Lalu saya ingatkan bahwa syahadah ini adalah awal langkah memasuki Islam. Tentu ketika memasuki sesuatu, sudah seharusnya dilakukan dengan hati yang mantap. Hati yang mantap yang saya maksudkan adalah "be sincere, because this is your pledge to your Lord the Creator". Si Justin sedikit dan mangangguk.
Disaksikan oleh temannya, Ali, dan seorang jama'ah, pagi itu dengan mantap mendeklarasikan imannya: "Ash-hadu an laa ilaa illa Allah-wa ash-hadu anna Muhammadan Rasul Allah". Lalu dilanjutkan dengan ucapan selamat dan pekikan takbir oleh dua orang yang menyaksikan.
Sebelum meninggalkan Islamic Center untuk kembali ke sekolahnya, saya wasiatkan Nasir Islam, demikian ia menyingkat namanya, untuk selalu menambah ilmu keislaman. Sayang ingatkan bahwa betapa ni'mat Allah ini yang telah memberikan kesempatan kepadanya mendapatkan hidayah pada saat masih belia.
"You have a wide opportunity to a better Muslim than many of us", kata saya. Juga tak lupa saya nasehatkan untuk tetap berprilaku baik kepada kedua orang tua, bahkan lebih baik lagi. Tentunya tidak lupa saya ingatkan bahwa iman ini adalah amanah untuk juga disampaikan kepada teman-teman yang lain. Nampak Nasir serius mendengarkan nasehat-nasehat itu.
Pada akhirnya dia meninggalkan Islamic Center dengan doa, semoga Nasir selalu dijaga di jalanNya. Amin! [www.hidayatullah.com]

*) Penulis adalah imam Masjid Islamic Cultural Center of New York. Syamsi adalah penulis rubrik "Kabar Dari New York" di www.hidayatullah.com

Muslim Belanda: Hidup Kami Lebih Baik Tanpa Hirsi Ali

Oleh : Redaksi 26 Apr 2007 - 4:30 pm

imageAnda ingin cepat tenar dan dipuja Barat? Caranya gampang. Hujatlah Islam dan Anda akan mendapat berbagai pujian dan undangan, khususnya dari Negara-negara Barat!

Cara-cara seperti ini sudah sering dilakukan oleh para orientalis dan kalangan islamophobia itu tapi lebih dri itu cara cara mutakhir belakangan ini justru dilakukan oleh yang mengaku sebagai orang Islam, sebut saja Saja Salman Rushdie, Irshad Manji, Ayaan Hirsi Ali. Di Indonesia sendiri cara cara seperti itu dilakukan oleh kalangan "Sepilis" (Sekularisme - Pluralisme - Liberalisme).


Nama Ayaan Hirsi Ali ( ayaanhirsiali.web-log.nl ), masih lekat dalam ingatan warga Muslim Belanda. Namun bukan karena kebaikan yang dilakukannya, tapi karena pernyataan-pernyataan kontroversial Hirsi Ali tentang Islam. :video

Setahun sudah Hirsi Ali, yang pernah menjadi anggota parlemen Belanda, meninggalkan negeri Kincir Angin, karena kebohongannya terungkap. Warga Muslim Belanda menyatakan kehidupan mereka kini lebih baik tanpa kehadiran Hirsi Ali.

"Saya senang Hirsi Ali sudah pergi, " kata Nermin Altintas, warga Muslim yang mengelola pusat pendidikan bagi kaum perempuan imigran.

"Sekarang, suasananya lebih tenang, tidak terlalu ekstrim dan ketegangan sudah mereda, " sambungnya.

Banyak Muslimah di Belanda yang mengecam pandangan-pandangan Hirsi Ali tentang perempuan dalam Islam. Muslimah kelahiran Somalia itu mengatakan bahwa Islam menindas kaum perempuan.

Famile Arslan-muslimah kelahiran Turki-menyatakan tidak sepakat dengan pandangan Hirsi Ali. "Saya memang dibatasi oleh budaya laki-laki dan latar belakang saya sebagai migran, tapi Anda tidak bisa menggunakan Islam sebagai alasan. Saya mengalami hal-hal yang sangat positif tentang Islam, " ujarnya.

Suzan Yucel, mahasiswi di Eidhoven sependapat dengan Arslan. Ia menilai Hirsi Ali sudah mencampuradukkan antara budaya dengan agama. "Islam diinterpretasikan oleh banyak orang dan di Turki interpretasi tentang Islam sangat berbeda dengan di Somalia, " tukas Yucel.

Altintas menyatakan tidak setuju dengan pernyataan Hirsi Ali bahwa Islam menutup-nutupi kekerasan terhadap perempuan. "Pernyataannya tentang Islam sangat buruk. Saya punya banyak pengalaman yang sangat berbeda, sebagai orang yang berasal dari latar belakang budaya Turki, " imbuhnya.

Bagi sebagian besar Muslim Belanda, pernyataan-pernyataan Hirsi Ali sudah menyebabkan hubungan antara Muslim dan non-Muslim di negeri itu menjadi terganggu, satu hal yang jarang terjadi sebelumnya.

"Kami bekerja selama 10, 15, 20 tahun untuk emansipasi bagi kaum perempuan, dan dia (Hirsi) telah mencuri kehormatan yang seharusnya kami dapatkan sebagai gerakan akar rumput yang sedang berupaya melakukan perubahan, " ujar Arslan.

"Jika dia ingin berkampanye menentang kekerasan terhadap perempuan, seharusnya dia tidak menulis ayat-ayat al-quran di badan, karena tindakan itu justru dianggap buruk bagi kaum perempuan yang religius, kaum yang diklaim Hirsi sedang ia bela, " tambah Altintas.

Hirsi Ali kini tinggal di AS. Ia meninggalkan Belanda setelah mengakui bahwa dia telah berbohong tentang nama aslinya dan statusnya sebagai pengungsi ketika tiba di Belanda pada tahun 1992. Hirsi berbohong demi mendapatkan suaka dari Negeri Kincir Angin itu.

Di Belanda, Hirsi berhasil menjadi anggota parlemen dan namanya menjadi populer karena pernyataan-pernyataannya yang menyerang Islam. Ia juga mengaku kabur dari keluarganya di Somalia untuk menghindari pelecehan dan kawin paksa.

Hirsi membuat dua film dokumenter yang menuai kecaman dari warga Muslim. Salah satu filmnya yang kontroversial berjudul "Submission" Hirsi menggambarkan Islam yang menindas perempuan dalam film tersebut. Film ini jugalah yang memicu kemarahan hampir satu juta warga Muslim Belanda, dan mengakibatkan pembunuhan terhadap Theo Van Gogh, sutradara film tersebut.

Film dokumenter itu menampilkan adegan aktris perempuan, dengan tubuh telanjang dan hanya ditutupi dengan kain tipis sedang berdoa pada Tuhan karena kekerasan yang dialaminya. Dalam adegan lain bahkan diperlihatkan sejumlah perempuan tanpa busana dan di tubuhnya dituliskan ayat-ayat Al-Quran. Warga Muslim Belanda menuding film itu telah "sangat melecehkan Islam." (ln/iol/eramuslim)

image image
Irshad Manji Tenar Setelah Menghujat Islam


Ayaan Hirsi Ali Menjadi sangat Tenar
setelah Memperoduksi film "SUBMISSION"



WARNING - ADULT MATERIAL
Karena Alasan Etika Publikasi - Redaksi Tidak men streaming film tsb
Silahkan cek di :
http://youtube.com/watch?v=bvaG1cK4w88

Maryam Ahmed : Terbimbing Menuju Islam

Journey to Islam Oleh : Redaksi 25 Apr 2007 - 11:00 pm
imageWarga muslim kini menghiasi kota-kota metropolitan dunia. Sebut saja New York, Chicago, Los Angeles, London, Paris, Munchen, Sidney, dan Melbourne. Seperti seorang saudari kita, Maryam Ahmed, mereka terbimbing menuju Islam karena haus spiritual mereka menemukan padanan yang cocok dengan hati mereka. Berikut penuturan Maryam Ahmed tentang perjalanannya menuju Islam.

Awal Mulanya ...

Semula aku tidak mencari agama. Aku juga tentu saja tidak tahu apapun tentang Islam. Aku punya piliran yang samar tentang apa itu Muslim, tetapi aku juga tidak tertarik untuk mengetahuinya. Di tempat kerja aku berhubungan dengan beberapa orang Islam. Setelah kami saling mengenal, aku pergi ke perpustakaan lokal untuk mencari buku-buku yang menjelaskan Islam.

Dengan demikian aku dapat memahami kawan-kawanku sedikit lebih baik. Aku pun mulai membaca sejarah Islam. Semakin banyak aku membaca, semakin penasaran hingga aku selesai membaca banyak buku yang berkaitan dengan Islam dalam waktu yang singkat. Aku mulai meminjam beberapa buku dan kubawa ke rumah dan setiap ada waktu luang kuberikan diriku untuk membaca buku-buku itu. Saking banyaknya buku yang kubawa dan kubaca, pernah aku kehilangan buku perpustakaan yang kupinjam buku itu diambil orang dan kuberharap orang itu pun menikmatinya.

Sejalan dengan berlalunya waktu, aku semakin sering bergaul dengan orang-orang Islam dan muali bertanya tentang Islam ketika menghadiri sebuah pertemuan di Pusat Wanita Muslim di Lakemba. Secara bertahap aku juga bergaul dengan para mualaf baru Australia yang menikah dengan orang-orang Muslim sejak lahir.

Aku pun berkenalan dengan banyak orang dan mereka semua ramah-ramah dan menyenangkan. Cara hidup Islam membuatku nyaman. Aku mulai belajar shalat, menulis dan berbicara bahasa Arab. Aku merasa Islam adalah kebenaran, karena begitu aku menerima Firman Allah dalam Al-Qur'an, maka aku melangkah tanpa ragu-ragu. Proses keislamanku membutuhkan waktu enam tahun.

Pada mulanya teman-teman mulai tersinggung dan bingung. Namun perlahan-lahan keluargaku pun mengerti. Anak-anakku juga tertarik mempelajari Islam. Satu dari putriku dan keluarganya menerima Islam sebagai agama mereka yang baru. alhamdulillah.

Makin Tabah dengan Islam
imageDi tempat kerja aku hampir terisolasi karena 'berbeda' dan tidak bergaul dengan kawan-kawanku seperti dulu yang pernah kulakukan. Aku juga lebih terasing lagi karena aku sekarang memakai jilbab dan pakaian longgar. Bahasa dan perilaku mereka juga berbeda dari bahasa dan perilakuku karena kami punya sistem moral dan nilai yang berbeda pula. Sekarang aku orang asing di negeri kelahiranku sendiri.

Dalam bulan Ramadhan kaum Muslim akan lebih mencolok lagi karena kami tidak ikut makan pada waktu istirahat. Juga, maski kami dapat menghadiri pesta-pesta kantor, kami tidak makan. Itulah saatnya untuk menjelaskan keyakinan kami dalam rangka mengatasi ketakutan mereka dan ketidakpercayaan mereka kepada kaum muslim. Kami juga tidak makan babi lagi, apalagi ikut 'minum' dengan teman-teman kami. Dengan Islam kami benar-benar menjaga diri dan hidup teratur.

Sejalan dengan bertambahnya apresiasiku terhadap Islam dan kaum Muslim, aku berusaha untuk berhenti menyalahkan Tuhan atas kemalangan dan kekhawatiran yang kualami. Inilah titik-titik terbesar dalam hidupku. Godaan memang tak henti-hentinya menghempas, akan tetapi Islam membuatku semakin tabah menghadapinya. Tawakal serta ikhtiar aku jalankan dengan taat karena aku percaya Allah SWT tidak akan menguji umatnya dengan ujian yang tidak mampu kujalani. Ketika aku memahami ini, aku melalui segala cobaan dengan pemahaman akan kehendak Ilahi.

Lantas, apa yang kuperoleh? Tentu saja lebih banyak rasa tentram, baik jiwa, rohani, dan secara spiritual. Aku lebih berani lagi meniti jalan yang benar dan bersahabat dengan orang-orang Islam. Aku punya ikatan dan pengertian dengan mereka karena kami menyusuri jalan spiritual yang sama dan menghadapi hal-hal yang serupa. Aku pun lebih bisa menghormati agama lain daripada dulu, karena Islam benar-benar mengajarkan kerukunan beragama dengan menyuruh umatnya untuk tidak memaksakan kehendak beragama. Aku sama sekali tidak masuk Islam untuk disuruh menjadi misionaris dalam Islam, karena hal semacam itu tidak ada dalam Islam. Semua berkiblat pada lakum dinukum waliyadiin.

Alhamdulillah, aku juga telah menemukan seorang suami yang saleh dan seiman dan membantuku memahami pesan Allah SWT kepada Muhammad Rasulullah SAW, dan kepada seluruh umat manusia, yaitu Al-Qur'an.

Pesanku kepada pemeluk baru: berjalanlah perlahan, bacalah Al-Qur'an jika dapat, dan baca pula terjemahannya. Berpakaianlah dengan pakaian yang terasa nyaman, longgar, namun jangan memaksakan diri untuk langsung tampil beda. Jika sudah saatnya nanti, anda akan siap memakai jilbab. Berdoalah selalu agar Allah SWT selalu membimbing kita. Hubungilah para pemeluk baru Islam lainnya untuk bersahabat dan saling menolong dalam kesulitan. [na/fosmil]

- http://www.mwa.org.au/CAMP.html


Muslim Jepang Rindu Bimbingan Agama

Dunia Islam Oleh : Redaksi 26 Apr 2007 - 1:50 am
imageUmat Muslim di Jepang menghadapi masalah besar; hilangnya tausiyah keagamaan dari para ulama serta berkurangnya imam masjid. Informasi ini disampaikan Dr Zakariya Ziyad, ketua Ikatan Pelajar Muslim di Jepang seperti dilansir majalah mingguan berbahasa Arab al-Alam al Islamy terbitan Muharram 1428 Hijriyah.

Kegundahan tak hanya dirasakan umat Muslim asli Jepang melainkan juga oleh mereka yang pendatang di negeri Sakura tersebut. Sebelumnya, sambung Zakariya, Muslim di Jepang banyak menerima siraman agama dan nasehat-nasehat keagamaan yang disampaikan para ulama dari berbagai lembaga Islam terkemuka seperti dari Al Azhar Mesir dan Rabithah 'Alam Islami (Ikatan Islam se-Dunia) serta sejumlah perguruan tinggi Islam. Tak hanya itu, lembaga Islam terkemuka tersebut sempat mendidik sejumlah muslim di Jepang untuk mendalami agama.

Sayangnya, kata Zakariya menjelaskan, belakangan ini para ulama dari berbagai lembaga Islam terkemuka tersebut meninggalkan Jepang dan banyak melakukan kegiatan dakwah di negara-negara Barat. ''Para ulama dari lembaga Islam terkemuka tersebut belakangan lebih banyak memperhatikan perkembangan Islam di Barat dan meninggalkan kawasan Timur Asia khususnya Jepang. Padahal, kawasan Timur Asia terutama Jepang masih sangat membutuhkan banyak bimbingan dan nasehat keagamaan yang disampaikan oleh para ulama,'' jelasnya.

imageSelain hilangnya bimbingan agama dari para ulama yang selama ini rajin memberikan pencerahan muslim Jepang, Zakariya lebih lanjut mengungkapkan umat muslim Jepang juga dihadapkan persoalan yang tak kalah peliknya yakni mulai berkurangnya imam masjid. ''Terus terang ada hal yang sangat mengkhawatirkan, masjid-masjid di Jepang kebanyakan tidak memiliki imam maupun dai yang mumpuni tentang Islam. Kalau ada imam, pengetahuan tentang Islam masih sangat minim,'' tambah Zakariya.

Karena itulah, sambung Zakariya, sejumlah lembaga Islam terkemuka di dunia diminta untuk memperhatikan kondisi yang ada dan dirasakan umat Muslim Jepang. Menurut dia, Jepang sangat potensial untuk pengembangan dakwah Islam. Masyarakat Jepang sesuai tabiatnya sangat terbuka untuk menerima kehadiran Islam dan umat Islam. "Selama ini sikap Jepang terhadap kehadiran Islam sangat baik, tidak seperti yang terjadi di sejumlah negara Barat.''

Zakariya mengakui, kegiatan dakwah Islam di Jepang belum mampu dimenej secara baik. Ini, kata dia, tak lepas dari minimnya orang yang memiliki ilmu mendalam tentang agama Islam di negeri yang masih perawan ini.

imageKendala lainnya yang dihadapi umat Islam di Jepang, kata Zakariya, adalah masih terbatasnya jumlah masjid yang ada di Jepang. ''Secara keseluruhan, di Jepang jumlah masjid yang ada tidak lebih dari 50 buah. Sedangkan yang lain hanya berupa mushala-mushala kecil yang dikontrak umat Islam untuk digunakan tempat shalat semata. Jumlah ini tentu saja sangat kecil jika dibanding dengan jumlah umat Islam di Jepang yang kebanyakan dari mereka tidak mampu untuk membangun sebuah masjid, karena mahalnya biaya yang diperlukan untuk membangun dan merawat sebuah masjid,'' ujarnya menambahkan.

Sekadar contoh, papar Dr Zakariya, biaya untuk sebuah masjid saja membutuhkan dana tak kurang dari 200 ribu dolar AS atau sekiar Rp 180 juta. Kondisi inilah yang membuat sulit umat muslim di Jepang untuk mendirikan sebuah masjid yang besar yang mampu menampung jamaah cukup besar. Akhirnya, kebanyakan umat Islam di Jepang hanya mengontrak sebuah bangunan atau rumah yang cukup digunakan untuk shalat, tanpa ada bimbingan agama dan dakwah.

imageSulitnya lagi, sambung Zakariya, di Jepang tak ada satu pun seorang mufti yang bisa memberikan fatwa-fatwa untuk kehidupan umat muslim di Jepang. ''Tidak ada satu pun seorang mufti yang tinggal di Jepang yang bisa memberikan penerangan dan dakwah Islamiyah. Karena itu kebanyakan kita mengakses fatwa-fatwa dari ulama luar yakni melalui jaringan internet.''

Padahal, kata Zakariyah menerangkan, jumlah umat muslim di Jepang cukup banyak yakni mencapai 150 ribu jiwa. ''Aneh rasanya, jumlah umat Islam cukup besar di Jepang tapi tak ada seorang mufti pun yang tinggal di Jepang untuk memberikan bimbingan dan nasehat agama yang benar. Sedangkan lima orang imam yang ada di Jepang selama ini pengetahuan agamanya jauh dari kesempurnaan.'' (dam/RioL)

Bermimpi Mempunyai Sekolah Islam
Islamic Center Jepang mengawali sebuah projek besar akhir tahun lalu: membangun sekolah Islam. Kebutuhan ini, menurut situs resmi mereka, www.islamcenter.or.jp sudah sangat mendesak. "Untuk menjaga anak-anak Jepang yang Muslim dan anak-anak pendatang Muslim di Jepang agar tercukupi kebutuhan rohaninya dengan belajar agama," ujar mereka.

imageSampai saat ini, tak ada sekolah khusus Muslim di Negeri Matahari Terbit itu. Anak-anak Muslim belajar agama hanya di Islamic Center atau masjid-masjid besar saja. Seiring dengan meningkatnya jumlah Muslim, kapasitas ruang belajar makin menjadi sempit.

Menurut mereka, keinginan mendirikan sekolah Islam sudah lama ada. Seiring meningkatnya jumlah mualaf, mereka mengidamkan adanya tempat pembelajaran Islam dengan pengantar bahasa ibu (bahasa Jepang). Namun faktor pendanaan masih menjadi kendala utama. Maklum saja, harga tanah dan biaya pendirian bangunan di ibu kota Tokyo sangat mahal.

Namun usaha sungguh-sungguh mereka mulai membuahkan hasil. Tepatnya, akhir tahun lalu islamic Center Jepang berhasil membeli sebidang tanah yang berlokasi di samping Masjid Tokyo. Di lahan itulah sekolah Islam direncanakan berdiri.

Namun, mereka mungkin harus menyimpan dulu mimpi itu. Begitu tanah terbeli, kas Islamic Center langsung kosong. "Kita sedang menabung lagi untuk mendirikan bangunannya," tulis situs itu. Maka tak ada kata penutup lain dalam surat itu selain, "Kami mengimbau saudara-saudara Muslim di seluruh dunia untuk mendukung kami... (tri/RioL)


1-16-11, Ohara, Setagaya-Ku,Tokyo 156-0041
Tel: 03-3460-6169, Fax: 03-3460-6105
E-mail islamcjp@islamcenter.or.jp
URL : http://islamcenter.or.jp


Tokyo Mosque

LINK :
- http://www.kobemosque.org/index.htm
- http://www.isuramu.net/index.html
- http://www.tsumra.org/
- http://www.geocities.com/Athens/Acropolis/2663/
- http://islam3.hp.infoseek.co.jp/benri/nagoya.htm
- http://islam3.hp.infoseek.co.jp/benri/masjidtk.htm


Senin, 23 April 2007

Gereja itu Akhirnya Beralih Menjadi Masjid

Dunia Islam Oleh : Redaksi 20 Apr 2007 - 7:25 pm
imageDi tengah dinginnya malam musim dingin tahun ini, sebuah kota kecil yang sangat terpencil di pedalaman Inggris sepakat untuk mengizinkan beralih fungsinya sebuah bekas gereja Kristen menjadi sebuah masjid.

Pemungutan suara terbatas, yang diadakan oleh pemerintah daerah setempat ini, menandai akhir perjuangan sengit komunitas kecil umat Islam untuk mendapatkan tempat ibadah. Dengan mengubah sebuah gereja Metodis menjadi sebuah masjid. Gereja ini sebelumnya sudah beralih fungsi menjadi pabrik, sejak ditinggal kabur jemaahnya 40 tahun lalu.

Pertarungan ini menandai kegelisahan warga Inggris terhadap minoritas Islam, khususnya mengenai akan masuknya kelompok teroris. Ketaatan umat Islam pada agama telah memicu meningkatnya sikap sekuler orang Inggris.

Inggris boleh saja terus mengaku sebagai negara Kristen. Tapi kenyataannya, jumlah umat Islam yang taat beragama mengungguli jumlah umat kristen yang sudi datang ke gereja. Demikian survei yang dilakukan Chirstian Research, lembaga yang khusus mendokumentasikan umat Kristiani di Inggris.

Jumlah umat Islam di Inggris sekitar 1.6 juta jiwa, atau sekitar 2.7 persen dari jumlah total penduduk. Sedang populasi di Clitheroe 14.500 jiwa.

Di Clitheroe, kota kecil di utara Manchester, pergulatan ini melibatkan para profesional muda keturunan Pakistan yang penuh gairah berhadapan tradisi ketat warga setempat. Di kota ini istana Norman dan gereja Anglikan sudah berdiri sejak 1122.

"Kami sudah 30 tahun berusaha untuk mendapatkan tempat ibadah," kata Sheraz Arshad (31), pemimpin komunitas Muslim setempat. Arshad adalah warga keturunan Pakistan. Ayahnya bernama Muhammad Arshad, imigran dari Rawalpndi yang datang pada 1965 untuk bekerja di pabrik semen di pinggir kota. Arshad sendiri bekerja sebagai manejer proyek di British Aerospace.

Masyarakat di sini menganggap diri mereka sebagai penghalang terakhir berdirinya masjid yang menjadi fenomena tersendiri di kota industri ini. Tekad kuat Arshad untuk membangun masjid di Clitheroe jelas tidak mulus.

Ayahnya yang wafat pada 2000 lalu, mewarisi perjuangan untuk mendirikan masjid bagi sekitar 300 warga muslim di sana, dan Arshad siap melanjutkan perjuangan.

"Saya pikir, kenapa saya diperlakukan tidak adil. Seperempat gaji saya untuk membayar pajak. Dari sini saya tergerak untuk berjuang mendirikan masjid," kata Arshad.

Hingga kini, Arshad dan ayahnya telah delapan kali mengajukan permohonan pendirian masjid, bahkan pernah berencana membeli sebuah rumah di pinggir kota untuk dijadikan masjid. Bahkan katanya dia pernah berusaha membeli tanah dari dewan kota, tapi ditolak mentah-mentah.

Arshad sering mendapati cemoohan pada pertemuan dengan dewan kota. "Pulang kau, Paki!," kenang Arshad sedih.

Pemda setempat beralasan, pendirian masjid ini dikhawatirkan akan menarik para pendatang - khususnya muslim - untuk pindah ke Clitheroe. Sebuah surat pembaca di suratkabar lokal, The Clitheroe Advertiser dan Times mengatakan, meningkatnya populasi umat Islam di dua kota tetangga Blackburn dan Preston juga akan terjadi di Clitheroe.

Menanggapi hal ini, Arshad tergerak untuk membuktikan dirinya seorang muslim moderat, yang bersedia ambil bagian di setiap kegiatan kota tersebut. Dia membentuk kelompok pramuka antaragama, bernama Beaver Scouts, yang menghargai berbagai acara keagamaan termasuk acara agama Tao dan tahun baru Yahudi.

Arshad juga mendirikan Pusat Pendidikan Islam Madina, sebuah kelompok antaragama bagi orang dewasa.

Dia juga melakukan persuasi kepada Pemda setempat untuk mendirikan sebuah komite, dan mengadakan sejumlah kuliah berseri tentang konflik global yang menarik para tokoh akademisi penting.

Pada malam pemungutan suara 21 Desember lalu, gedung dewan disesaki 150 orang. Polisi siap siaga di luar gedung. Suara untuk Masjid unggul 7 banding 5, dan tidak ada aksi kekerasan.

"Saya berpikir akan mengundurkan diri, jika faktanya kita akan kalah," kata Arshad. "Tapi hasil akhirnya sangat mengharukan".

Menurut rencana tata kota, gereja hanya boleh difungsikan sebagai tempat ibadah. Itulah sebabnya dewan kota menginzinkan untuk mengalihkan fungsi gereja tua tersebut menjadi masjid. Demikian dikatakan Geoffrey Jackson, Ketua Eksekutif LSM Trinity Parnership, seorang Metodis yang turut mendukung perjuangan Arshad.

Jackson juga memuji sikap/kelakuan Arshad. "Dia seorang pria yang unggul, punya aksen Lancashire (logat Inggris pedalaman yang kental-red), lahir dan besar di sini, dan mengenyam pendidikan di Clitheroe," ungkap Jackson.

Tapi perjuangan belum berakhir. Di balik kesepakatan tadi, masih tersimpan dendam di antara mereka yang kontra. Buktinya adanya hal itu, adalah perusakan beberapa kaca jendela gereja (masjid) tersebut.

Di jalan utama Clitheroe, meskipun Pemda setempat mengizinkan berdirinya masjid, pengaruh perkembangan Islam masih dikhawatirkan warga setempat.

"Terdapat begitu banyak perlawanan," kata Robert Kay, seorang sopir bayaran. Tapi Kay mengatakan, orang-orang yang berjuang atas masjid adalah orang yang gigih, yang tidak menyerah begitu saja.

Pada 1960an Gereja Metodis Gunung Zion berubah fungsi menjadi pabrik (ukiran/kerajinan kayu) yang diekspor ke timur tengah. Masa mulai menurunnya jumlah umat kristiani yang pergi ke gereja.
imageSaat ini, Kristen Metodis Inggris yang taat beragama kurang dari 500,000 orang. Sedang umat Kristen, hanya sekitar 6 persen saja yang masih rutin datang ke gereja. Demikian diungkapkan Peter Brierly, Direktur Eksekutif Christian Research. Meski belum didapat angka pasti, banyak kalangan sepakat, bahwa umat Islam Inggris lebih sering datang ke masjid dibanding umat Krisrten yang datang ke gereja.

Gangguan simbolik terhadap Islam di puncak kekuasaan Inggris sudah selesai. Di universitas Oxford, warga kota baru-baru ini, menentang pembangunan Pusat Studi Islam, tapi aksi mereka tidak sukses. Sebelumnya umat Islam tidak mempunyai wakil di Majelis Pewakilan Tinggi, tapi sekarang ada 7 orang wakil umat Islam di sana. Ini terjadi sejak satu dekade berkuasanya Partai Buruh di Inggris.

Di deaerah pemukiman buruh, kesenjanga terlihat jelas antara pribumi kulit putih dengan imigran muslim Asia, dari bekas negara jajahan Inggris, Pakistan dan Banglades pada 1970an. Warga kulit putih tidak begitu suka menikah, anak-anak yang lahir lebih banyak dari hasil hubungan luar nikah. Berbeda dengan umat Islam, hal demikian jelas bertentangan.

Tingginya konsumsi alkolhol oleh warga kulit putih memperlebar jarak kedua komunitas ini. Di Blackburn dan Preston meningkatnya jumlah umat Islam membuatnya jadi eksklusif. Berkembangnya pengaruh sekolah Islam "Wahhabi" jelas terlihat pada wanita-wanita pakaian hitam lebar yang menutupi seluruh tubuh mereka kecuali mata saja.

Di Blackburn terdapat sekitar 30,000 muslim dari 80,000 total populasi. Terdapat sekitar 40 masjid yang berdiri berdampingan dengan gereja kuno. Hal inilah yang ditakutkan para oposisi pembangunan masjid di Clitheroe.

Arshad kini berencana untuk merenovasi gereja tersebut, di sisi lain umat Kristen Clitheroe kekurangan pengunjung gereja. Di gereja Maria Magdalena yang didirikan pada abad 12, jemaah yang hadir turun drastis jadi sekitar 90 orang saja pada tiap Minggu.

"Para pengunjungnya rata-rata berusia 75 tahun"kata Pederi (pendeta wakil paus) Anglikan, Philip Dearden. Kata Philip, upacara pembabtisan atau pemberian nama sudah jarang dilakukan. Bahkan Philip hanya mencatat 7 pernikahan tahun ini.

"Lancashire adalah tempat terakhir untuk melihat sekularisasi di Inggris," cetus Dearden, pria berusia 64 tahun.

"Sangat drastis kita melihatnya. Orang-orang tidak peduli lagi dengan agama, mereka tidak datang lagi."

Di Kendal, kota kecil tetangga Clitheroe, seorang paderi Anglikan bernama Alan Billings menulis sebuah buku berjudul, "Secular Lives, Sacred Hearts: The Role of the Church in a Time of No Religion" (Kehidupan Sekuler, Hati yang Suci: Peran Gereja di Saat Tidak Adanya Agama).

Katanya meningkatnya aksi oposisi terhadap masjid di antara warga kulit putih adalah refleksi kegelisahan warga Inggris yang semakin menjadi-jadi sejak aksi bom bunuh diri pada Juli 2005 lalu.

"Sering kali diekspresikan dalam penolakan yang samar seperti, akan bertambahnya mobil, bertambahnya penduduk," jelas Billings yang juga kontributor tetap program keagamaan di BBC ini. "Tapi itu benar-benar kegelisahan mendalam terhadap apa yang terjadi di masyarakat. Rasa takut tentang apa yang akan terjadi terhadap kebudayaan dan rasa kecintaan terhadap Inggris.

Pada pertemuan tiap hari Sabtu, hanya terkumpul sekitar 50 jemaah saja, hampir semuanya beruban (usia senja). Billings menegaskan bahwa gereja sedang dalam tekanan. Islam sekarang telah menjadi alternatif selain Kristen.

Pada Minggu belakangan ini, hanya ada satu anak saja yang hadir sekolah minggu. Buku cerita, kertas, dan pensil tergeletak begitu saja, hanya ada seorang guru dengan seorang murid usia 6 tahun. Ruangan lainnya kosong melompong.

Kontras sekali dengan Shamim Ahmad Miah (26) ustad keturunan Pakistan di Accrington, kota sebelah Clitheroe. Di sini Miah mengajar bahasa Arab dan al-Qur'an pada 30 orang murid, usia 5-15 tahun, tiga kali sehari.

Di sini Miah mengajar 10 murid sekolah dasar, duduk di kursi dengan meja terang gedung pertemuan setempat, dia mengajar baca tulis Arab. Dia membagikan sejumlah kertas pada setiap murid untuk menulis beberapa huruf. "Pelan-pelan, ini adalah sebuah seni,"kata Miah.

Arshad berencana untuk mengundang Miah menjadi imam di Clitheroe. "Dia seorang progresif," puji Arshad.

Tidak akan ada perombakan besar-besaran terhadap bangunan gereja, sekedar menurunkan salib yang masih terpampang di atas.

Para wanita dibolehkan untuk shalat di ruang utama, "tidak di pojokan," kata Arshad.

"Kita tidak memasang kubah. Itu (kubah) akan terlihat cantik di Mesir dan Turki, tapi di Inggris malah akan terlihat seperti bawang raksasa. Adzan juga tidak akan keraskan ke luar masjid. Yang terpenting adalah apa yang kita lakukan di dalam," katanya. [nytimes.com/Surya/cha/hidayatullah]


image image
image

BACA:
Inggris adalah Tempatnya Muslim


Gadis Rusia mendapat Hidayah

Gadis Rusia Dapat Hidayah

Rabu, 04 April 2007
"For me, Islam does make more sense," ujar Alina. Dan akhirnya, gadis keturunan Rusia yang telah menetap di California ini mengikrarkan diri masuk Islam
Oleh: M. Syamsi Ali *)
Sekitar tiga bulan lalu, the Islamic Forum kedatangan seorang peserta baru. Seorang gadis berkulit putih dan tinggi semampai memasuki ruang kelas itu dengan pakaian muslimah yang sangat rapih. Pada awalnya memang saya mengira bahwa dia adalah seorang Muslimah keturunan Albania . Bahkan sangkaan saya ini berminggu-minggu, hingga suatu ketika saya tanyakan "when did you convert?". Dengan sedikit tersipu dia menjawab: "I am still learning. I really want to know more before taking any decision".
Saya tentunya terkejut dengan jawaban itu. Sebab selama ini dia menampilkan diri di kelas persis seperti Muslim. Kata-kata "insya Allah", "masya Allah", dll., keluar dari mulutnya persis seorang Muslimah. Bahkan dalam beberapa kasus, dia terkadang menyelah penjelasan saya dengan tambahan, atau beberapa kali mengoreksi poin yang dianggapnya kurang tepat. Setiap waktu pun shalat pasti ikut melakukan shalat dengan jama'ah lainnya.
Ketika seorang non Muslim menanyakan tentang gambar dalam Islam, apakah boleh atau tidak? Saya menjelaskan bahwa itu tergantung gambar apa dan bagaimana serta untuk tujuan apa. Dia kemudian seolah mengoreksi bahwa "pictures of living creatures are not allowed. I read about this in the hadith Imam", selahnya. Dalam beberapa kesempatan terpaksa saya harus jelaskan bahwa menyampaikan Islam itu mutlak memakai "pendekatan" yang tidak sekaligus.
Alina, demikian dia memanggil namanya. Gadis ini berasal Rusia, tapi telah lama menetap di Amerika. Menurutnya, sejak kelas 3 SD dia sudah tinggal di California hingga tamat SMA bersama orang tuanya yang merupakan imigran dari Rusia. Setamat SD , Alina melanjutkan sekolahnya di New York City University dengan spesialisasi accounting. Sejak tamat dari universitas, Alina diterima bekerja pada sebuah Accounting firm yang cukup besar di kota New York .
Di saat menjadi mahasiswa itulah Alina mulai mengenal Islam lewat teman kuliahnya. Pergaulan dengan teman itulah yang membuatnya semakin tertarik untuk mendalami Islam. Hingga suatu ketika, menurutnya, dia sangat meyakini, "for me, Islam does make more sense". Tapi menurutnya lagi, yang paling menarik perhatiannya adalah kenyataan bahwa mayoritas umat Islam "committed with the teachings". Sementara dia sendiri beragama Yahudi tidak lebih dari sebuah "cultural inheritance" (warisan budaya). "In fact, we don't really believe in God", kenangnya.
Sekitar dua bulan Alina , mengikuti "Islamic Forum" di Islamic Center New York . Saya tidak melihat ada satu hal mendasar yang dia tidak ketahui atau ragukan di agama ini. Tapi nampaknya juga masih bersikap "dingin" untuk masuk ke agama ini. Biasanya saya tidak pernah mengajak langsung atau menanyakan "kapan seseorang akan pindah agama" walaupun orang tersebut suah menampakkan simpatik yang besar terhadap Islam. Tujuan saya adalah menjaga "image" the Forum bahwa itu ditujukan untuk "convert" orang ke agama Islam.
Membela Rasulullah SAW
Hingga sekitar sebulan lalu, Alina berkunjung ke Pasadena , salah satu bagian dari California , untuk menemui kedua orang tuanya. Menurutnya, suatu ketika di saat dia berjalan di kota tersebut, tiba-tiba ada seseorang yang berteriak-teriak dengan microphone mencaci Rasulullah, Muhammad SAW. Tidak tahan melihat perlakuan orang tersebut, Alina mendatanginya dan berdebat dengannya mengenai Muhammad SAW. Tapi karena orang tersebut memakai pembesar suara, orang-orang di sekitar itu tidak mendengarkan pembelaan Alina terhadap Rasulullah. "I was so sad and crying" katanya.
Sejak kejadian itu, Alina nampak semakin kalem. Dalam beberapa saat ketika kelas dimulai Alina datang terlambat. Hingga suatu ketika saya tanyakan, "Why you always come late lately?". Saya terkejut ketika dia menjawab: "I do my istikharah". Saya tanyakan "Istikharah untuk apa?". Saya justru menyangka, mungkin istikharah karena ada calon suami, dll. Ternyata menurutnya, "I do my istikharah to ask God, if the time has already come for me to be a Muslim". Saya sempat tidak bisa menahan geli dan menjawab: "What you do itself (istkharah) is the best indication that Goad wants you to be a Muslim right away".
Alhamdulillah, dua Minggu lalu Alina menelpon dan menyampaikan keinginan untuk bersyahadah. Saya sempat bercanda, "Are you going to take shahadah with me or with some one else". Dia menjawab, "I will do take my shahadah only with you". Saya tanyakan kapan dia ingin bersyahadah? Diapun menyebutkan hari Sabtu.
Sabtu kemarin, 31 Maret 2007, secara formal Alina menyatakan menerima Islam sebagai petunjuk hidupnya. Disaksikan oleh peserta "Islamic Forum" dan dengan mata yang berlinang, Alina menyaksikan, "Tiada tuhan selain Allah dan Muhammad SAW adalah peseruh Allah". Allahu Akbar!
Semoga Allah menjagamu Alina, dan menjadikanmu pejuang di jalanNya! [www.hidayatullah.com]
New York , 2 April 2007
*) Penulis adalah imam Masjid Islamic Cultural Center of New York. Syamsi adalah penulis rubrik "Kabar Dari New York" di www.hidayatullah.com


20 Tahun "Rencana Islam “Menghijaukan” Amerika"

Senin, 23 April 2007
Evangelis Amerika, Dr. Anis Shorrosh melakukan analisa terhadap kemungkinan Islam akan 'merebut' Amerika 20 tahun ke depan. Khawatir Islam menguasai AS!
[Catatan ketakutan seorang evangelis Amerika terhadap Islam]
Hidayatullah.com—Dr. Anis Sorrosh, seorang pendeta asal Arab-Palestina yang kini hidup di Amerika adalah seorang evangelis cukup terkenal. Ia pernah beberapa kali berdebat dengan almarhum Ahmad Deedat, seorang Kristolog terkemuka dunia. Sorrosh juga pernah menulis "The True Furqan". Buku ini secara sengaja diterbitkan untuk mengaburkan bacaan kaum Muslimin terhadap Kitab Suci, Al-Quran. Di antaranya, ia mengganti arti "Bismillah" dengan "Bismil Abi, Wal Ibni, Waruu hil Quds" (dengan nama Tuhan Bapak, Anak dan roh kudus). Seolah-olah Al-Quran itu meyakini ketuhanan Yesus. Namun usaha pemalsuan Al-Qur'an ini tak ada efek berarti di kalangan Muslim. Sebab, kebanyakan kaum Muslim hafal ayat-ayat suci sehingga cepat ketahuan mana yang asli dan mana yang palsu.
Baru-baru ini, ia menulis sebuah artikel berjudul, "Twenty-Year Plan: Islam Targets America", Shorrosh memaparkan kemungkinan Islam dalam 20 tahun ke depan di Amerika Serikat. Menurutnya, ada 20 kemungkinan kaum Muslim 'menghijaukan' AS.
Karena sebagian di antara analisanya itu bisa dikategorikan fitnah dan provokasi, www.hidayatullah.com menurunkan dan merubah judulnya menjadi, "20 Tahun "Rencana Islam "Menghijaukan" Amerika": [Catatan ketakutan seorang evangelis Amerika terhadap Islam]."
Analisa Sorrosh ini menunjukkan rasa kekhawatiran seorang evangelis yang tinggi bila selama dua puluh tahun ke dapan, tepatnya tahun 2020, Islam akan mampu 'merebut' Amerika Serikat. Di bawah ini kutipannya.
20 poin analisis Islam 'mengambil alih' Amerika pada Tahun 2020
  • Menggantikan kebebasan berpendapat orang Amerika dengan sikap kebencian di seluruh dunia.
  • Berperang dengan kata-kata yang berasal dari pemimpin berkulit hitam, bahwa Islam di Amerika adalah agama asli di sana. Anehnya tidak ada satupun fakta yang menyebutkan bahwa orang-orang Arab menangkap dan menjual mereka sebagai budak. Yang ada adalah penyebutan untuk orang kulit hitam dan budak adalah sama yaitu "Abed."
  • Perlawanan terhadap publik Amerika akan kebaikan Islam.
  • Mencalonkan simpatisan Muslim ke meja politik.
  • Mengambil alih media dan internet dengan membeli perusahannya atau pemegang saham.
  • Mendorong ketakutan terhadap terbatasnya/habisnya persediaan minyak di Timur Tengah.
  • Memprotes setiap saat akan kritik terhadap Islam atau analisis tentang Al-Quran di area publik.
  • Menempati posisi pemerintahan, mendapat keanggotaan dalam panggung sekolah lokal, memberikan pelatihan kepada orang-orang Muslim sebagai doktor-doktor untuk mendominasi bidang kesehatan, penelitian, dan perusahan farmasi. Belum pernah diketahui keberadan jumlah doktor-doktor Muslim di Amerika.
  • Mempercepat pertumbuhan Islam melalui:
a. Perpindahan besar-besaran (100.000 tiap tahun sejak 1961)
b. Menikahi orang-orang Amerika dan mengislamkan mereka (10.000 pertahun)
c. Mengubah kemarahan, menjadikan orang-orang kulit hitam sebagai Islam militan (2000 tahanan telah bergabung dengan Al-Qaidah)
  • Masjid-masjid dan pusat pendidikan harus mengajarkan kebencian terhadap Yahudi, evangelis Kristen dan demokrasi. Ratusan sekolah Muslim harus lebih loyal kepada Al-Quran bukan pada hukum Amerika.
  • Memberikan bantuan kepada perguruan tinggi dan universitas di Amerika untuk pengembangan "pusat studi Islam".
  • Memberitahukan bahwa kata-kata teroris telah 'membajak Islam', padahal sebenarnya tidak, dan bahwa Islam-lah yang 'membajak teroris'.
  • Menyeru kepada orang-orang Amerika untuk bersimpati terhadap orang-orang Muslim yang ada di Amerika dengan menggambarkan sebagai imigran terbesar yang negaranya tertindas.
  • Meruntuhkan pengertian Amerika dari keamanan dengan kesalahfahaman bahwa akan ada penyerangan terhadap, jembatan, terowongan, persediaan air, bandara, gedung apartemen dan mal-mal.
  • Menghasut narapidana dengan permintaan akan hukum Islam, bukan hukum Amerika.
  • Menaikan dana/amal melalui dolar tapi digunakan untuk mendanai aksi keislaman/teror Islam.
  • Menumbuhkan kecintaan terhadap Islam di kampus dan universitas dengan meminta kepada mahasiswa baru untuk mengambil mata kuliah atau kursus keislaman. Meyakinkan pada orang amerika, orang-orang Kristen, dan para sarjana bahwa Al-Quran dapat menangani kekerasan melalui cinta damai, spiritual dan aspek keagamaan
  • Berkonsolidasi dengan orang-orang Muslim, masjid, pusat studi Islam dan media melalui internet dan menangani acara tahunan untuk menyusun rencana penyebaran dakwah.
  • Menyebarkan pesan ketakutan kepada orang yang berusaha mengkritik terhadap Islam dan mencarinya untuk dimusnahkan dengan cara apapun.
  • Menghargai orang-orang Muslim yang loyal terhadap Amerika, dengan menyorotinya sebagai pemberi suara terbesar dari minoritas dan etnik di Amerika. [by Didin/ www.hidayatullah.com]