Selasa, 25 Oktober 2011

Setelah Membaca Alquran Dua Kali dan Lakukan Pencarian, Glyn Memutuskan Bersyahadat

Screenshot YouTube/Republika.co.id
Setelah Membaca Alquran Dua Kali dan Lakukan Pencarian, Glyn Memutuskan Bersyahadat
Glyn Maclean

Senin, 24 Oktober 2011 08:46 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, Glyn Maclean menjadi muslim dengan jalan yang berbeda dari mualaf lain. Ketika itu tahun 1970, sedang era musim perang dingin. Kehancuran massal seperti tinggal menunggu waktu akibat ancaman bom nuklir. Isu komunisme juga menjadi bahasan. Hal ini hampir melanda di seluruh dunia termasuk Selandia Baru.

Di tahun 1990an, saat isu komunisme sedikit mereda, ia mendapatkan informasi mengenai Islam sebagai penyeimbang. "Di sekolah, dulu kami mempelajari revolusi Cina. Kita bisa mengakses Marx, Linen, tapi tak ada informasi tentang Islam yang bisa diakses," ujarnya. Ia hanya mendapatkan Islam hanya sebagai sebuah informasi tapi tak  bisa mempelajarinya. Cukup sulit untuk mendapatkan informasi mengenai Islam saat itu.

Ia mengambul keputusan untuk mempelajari Islam langsung dari sumbernya. Ia kemudian mulai membaca Alquran. Sayang, ia belum berhasil mendapatkan terjemahannya.

Tak ada satu pun perpusatakaaan atau toko buku yang bisa menyediakan terjemahan Alquran untuknya. Ia sempat mengingat di salah satu tempat di Jalan Daniel, New Town terdapat Pusat Studi Islam Wellington. Ia yakin orang disana pasti bisa meminjamkannya.

Tapi ia merasa ragu untuk mendatangi tempat itu. "Aku tak tahu bagaimana harus bersikap. Aku tahu bagaiamana bersikap ketika berada di gereja atau pemakaman. Tapi aku sama sekali tak tahu bagaimana bersikap dengan komunitas muslim," katanya. Ia mengurungkan niat itu, lalu memesan terjemahan Alquran melalui amazon.net.

Ia benar-benar terkejut ketika membaca Alquran. Baginya, seperti membaca semua cerita yang dulu pernah diceritakan ketika masih anak-anak. Ada Adam, Ibrahim, Hud, Isa dan Maria. "Semua hal yang menjadi nilai-nilai pendidikan agama ketika aku masih kecil," ujarnya.

Alquran seperti menjawab semua kekhawatirannya tentang semua yang pernah saya ia pelajari di gereja dan sekolah Minggu. Ia menemukan fakta bahwa Yesus (Isa ) adalah manusia biasa. Namun ia seorang nabi yang luar biasa, dan sama sekali berbeda dengan konsep trinitas yang selama ini ia pahami.

Campur aduk perasaan Glyn ketika membaca Alquran. Ia merasa terkejut sekaligus malu. Ia malu karena ketidaktahuannya. "Kenyataan bahwa kami ternyata berbicara pada Tuhan yang sama. Saya terus membaca sampai pada akhirnya saya menyadari bahwa apa yang saya baca adalah kebenaran," ungkapnya. Ia tak bisa menjelaskan dengan kata-kata apa yang ia rasakan. "Saya merasakan kebenaran dalam arti yang paling dalam," begitu
komentarnya.

Ia mengulang membaca Alquran. Setelah membaca yang kedua kalinya, ia memutuskan untuk melakukan cukup banyak penelitian melalui internet bagaimana menjadi seorang muslim. Apa yang harus dilakukan dan bagaimana perilaku umum umat muslim.

Ia mulai mencari tahu bagaimana Islam. Sempat ia menamukan artikel dalam bahasa Arab yang sama sekali tak ie ketahui artinya. Tapi apa pun itu ia berkeyakinan tak perlu terburu-buru untuk memutuskan masuk Islam.

"Masuk Islam harus benar-benar sesuai dengan keyakinan dan kemantapan hati," ujarnya. Akhirnya, setelah mendapatkan banyak informasi dan juga kemantapan tersebut, Glyn memutuskan masuk Islam pada Oktober 2000.

Redaktur: Ajeng Ritzki Pitakasari

STMIK AMIKOM

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/11/10/24/ltjrlv-setelah-membaca-alquran-dua-kali-dan-lakukan-pencarian-glyn-memutuskan-bersyahadat

Senin, 24 Oktober 2011

Keislamannya Dihormati Keluarga, Glyn Menerima Kado Natal Jilbab

Screenshot/YouTube/Republika.co.id
Keislamannya Dihormati Keluarga, Glyn Menerima Kado Natal Jilbab
Glyn Maclean

Senin, 24 Oktober 2011 03:07 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, Glyn Maclean memiliki darah Skotlandia dengan sedikit campuran darah Irlandia dan Belgia. Ayahnya tiba di  Selandia Baru pada tahun 1957 kemudian mereka tinggal di Wellington. Ia memiliki empat saudara, tiga laki-laki dan satu perempuan.

Ayah dan ibunya bertemu di sebuah gereja di Wellington. Mereka sekeluarga berpindah-pindah sepanjang tinggal di Selandia baru. "Aku hampir 12 kali pindah sekolah," katanya.

Ia masih ingat ketika masih kecil ia sekeluarga selalu berdoa memanjatkan syukur sebelum makan. Orang tuanya rajin pergi ke gereja dan ia pun rutin ke sekolah Minggu.

Saat berumur delapan atau sembilan tahun, orang tuanya berhenti pergi ke gereja. Ia juga tak lagi melanjutkan sekolah Minggu. "Aku tak tahu mengapa begitu dan akupun
tak pernah menanyakannya," ujarnya.

Sejak saat itu ia mendapatkan pendidikan sekuler, walaupun ia cenderung tertarik pada teman-teman yang notabene mereka beriman terhadap Kristen. Ia selalu mengatakan "Aku menghargai iman kalian, tapi tolong jangan pernah mencoba untuk mengubah saya," dan mereka semua sepakat tentang hal itu.

Hingga akhirnya ia datang ke Wellington pada tahun 1980-an setelah tamat dari bangku kuliah. Ia melihat betapa pentingnya gereja bagi orang tuanya. "Ya, dulu mereka bertemu di gereja," ujarnya. Ia bergabung dengan  kelompok drama yang nomor kontaknya ia dapatkan dari salah satu buku telepon di gereja. Ia baru tahu,ternyata dua orang pamannya menjadi pendiri gereja itu juga.

Seorang perempuan bertanya pada Glyn "Gereja mana yang kamu ikuti?",Glyn menjawab "Tidak ada". Si perempuan bertanya lagi, "Mengapa begitu?", Glyn menjawab "Aku sama sekali tidak ragu Tuhan itu ada,tapi aku hanya tidak merwasa nyaman dengan ajaran yang ada. Jadi aku tidak pergi ke gereja," katanya. Perempuan itu hanya tersenyum d sambil berkata "Tuhan akan membawamu kepadaNya saat Ia siap dengan caranya sendiri."

Glyn menganggap ucapan itu sebagai kalimat yang sangat mempesona.

Kado Jilbab di Hari Natal

Keluarga dekat Glyn, hanya sedikit yang tinggal di Selandia Baru. Kebanyakan dari mereka mameiliki paspor ganda, hanya ada dua orang yang menetap disana.

Ketika Glyn memutuskan memeluk Islam keluarga sangat mendukung. Sang ibu bahkan membantu Glyn mencarikan jilbba untuknya. "Ibu mengajakku pergi ke Melbourne. Di Wellington tak ada yang menjual jilbab," katanya.

Ia masih mengingat betapa sumringahnya menemukan banyak baju muslim di mall. Setelah enam bulan memeluk Islam, memang baru kali itu ia mendapatkan keempatan untuk berbelanja baju muslim. Tak menyia-nyiakan kesempatan, disana ia memilih banyak pakaian yang dibutuhkan untuk menutup auratnya.

Sikap keluarga yang menghormati agama barunya bahkan juga tercermin ketika mereka merayakan natal. Salah seorang anggota keluarga yang cukup konservatif dari Hamilton bahkan memberi hadiah jilbab untuk kado natal. "Ia tidak berkomentar apa-apa soal keimanan saya," kata Glyn.

Menurutnya hadiah natal itu sebuah hal yang bagus untuk menunjukkan saling pengertian. "Saya menghormati keimanan mereka, mereka juga memberikan hadiah yang sesuai untuk orang yang mereka cintai," katanya. Walaupun memang, Glyn mengakui ketika itu, keluarga masih ada juga yang memberi barang haram seperti anggur.

Keputusannya untuk mengenakan dilakukan karena pentingnya kesederhanaan dan sikap kerendahan hati dalam Islam. Ia merasakan jilbab sebagai cara yang pas untuk berperilaku.

Ia menyadari ketika sudah terlibat di masyarakat nantinya ia akan mendapatkan banyak
reaksi negatif. "Saya beruntung memiliki kulit putih dan mata bitu," katanya. Ia merasa anugrah Allah berupa mata biru itu mengejutkan orang-orang yang ia temui di jalan. "Biasanya saya berjalan merunduk. Mereka akan melihat kepada saya. Tapi ketika saya mulai memperlihatkan wajah saya dan tersenyum, mereka terkejut melihat perempun bermata biru dan kulit putih memakai jilbab," ujarnya.

Setelah kejadian 11 September, semuanya menjadi sangat sulit di Wellington, termasuk bagi perempuan untuk menggunakan jilbab. Namun, ia selalu berusaha untuk tetap keluar rumah dan tersemnyum kepada siapa pun yang ia temui. "saya selalu mengucapkan salam kepada setiap wanita yang berjilbab. Tak peduli kenal atau tidak," katanya.

Ia hanya akan tersenyum jika melihat ada orang yang tampak ketakutan atau memandang negatif melihat wanita berjilbab. "Jika ada yang memandang agresif terhadapku, aku hanya akan tersenyum dan ini bener-benar membuatku merasakan perbedaan," ujarnya.

Jilbab baginya adalah simbol kebebasan. Glyn mengalami cacat sejak umur 20 tahun dan memakai tongkat di usia 24. Sebelum mengenakan jilbab, orang-orang sibuk menanyakan riwayat medis yang ia alami hingga memakai tongkat. Setelah mengenakan jilbab, orang lain jutru ingin mengetahui bagaimana seorang gadis yang memakai tongkat memutuskan untuk berislam dan menggunakan jilbab.

Ia hanya merasakan perlakuan yang aneh ketika pergi ke salon untuk mencukur rambut. Kebetulan, seorang kenalannya memiliki penata rambut sang bekerja khusus untuk wanita. Ia dan kenalannya kemudian mendatangi penata rambut untuk menanyakan apakah ia bisa menata rambut Glyn.

Penata rambut heran melihat wanita berjilbab berniat memotong rambutnya. "Saya hanya berjilbab di tempat umum. Saya tetap ingin merapikan rambut ketika berada di rumah," katanya. Penata rambut itu menolak dan membuat kenalannya terheran-heran.

Ia sering mendengar orang menjadi sangat marah ketika membahas jilbab. Berbagai media di Selandia Baru mengatakan jilbab sebagai perilaku agresif. "Tapi yang saya tahu, tempat saya dilahirkan dan dibesarkan membebaskan warganya untuk memakai apapun asal sesuai dengan standard kesopanan,"katanya.

Kisah berislamnya Glyn bisa dibaca di sini


Redaktur:
Ajeng Ritzki Pitakasari

Reporter:
Dwi Murdianingsih/YouTube

STMIK AMIKOM

Jumat, 14 Oktober 2011

Kesaksian dari India

Saya seorang tamatan universitas yang berumur 23 tahun yang dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga saleh dan sudah lama mempraktikkan agama. Dua tahun yang lalu saya baru mengerti siapakah sebenarnya Isa, Al-Nabi. Walau saya mengerti Bahasa Arab saya tidak sempat menggali arti yang mendalam dari setiap ayat Al-Quran yang dikaji. Sesudah penyelidikan yang saksama saya menemu semua kebenaran berikut ini tentang pribadi Isa Al-Masih:

Taj MahalMenurut penyelidikan saya, Isa adalah Rasulallah (Al-Quran 4:171, 157), Kalimatullah (Quran 4:171), Ruhu-Min-Allah, (Roh dari Allah, Al-Quran 4:171), dan Rahmatu-Min-Allah, (Rahmat dari Allah, Al-Quran 19:21). Isa dilahirkan secara ajaib oleh perawan Maryam yang suci yaitu perawan yang dipilih oleh Allah di atas semua perempuan dalam dunia (Al-Quran 3:42) dan hal ini diramalkan kepadanya sebelumnya terjadi (Al-Quran 3:45). Isalah zakiyyu dalam permulaanNya (Al-Quran 19:19) yaitu murni, tanpa noda. Menurut Baidhawi, seorang penafsir Al-Quran yang terkenal, Isa tidak pernah berbuat dosa. Mulai ketika masih bayi, Ia sudah dapat berbicara, malah telah menguasai ayat-ayat Kitab Suci (Al-Quran 3:46; 5:110; 19:29,30).

Allah menguatkanNya dengan Roh Suci dan menganugerahi bukti-bukti yang terang kepadaNya" (Al-Quran 2:87, 253). Ia mengerjakan beraneka mukjizat (Al-Quran 3:49; 5:110) yang tidak dapat dikerjakan oleh orang lain. Ia melayani rakyat dan berkat Allah dicurahkan padaNya di mana Ia berada (Al-Quran 19:31). Allah menjadikanNya ayat (satu tanda) untuk umat manusia (Al-Quran 19:21; 23:50). Memang, seperti Ia mengaku, damai berada padaNya pada saat kelahiranNya yang ajaib, pada waktu kematianNya yang ajaib dan pada waktu kebangkitanNya yang ajaib (Al-Quran 19:33). Demikian Ia dihormati dalam dunia ini atau dunia akhirat dan sekarang ini Ia menikmati dekatNya Allah Taala (Al-Quran 3:45). Pada akhir zaman Ia akan kembali lagi, karena, sebagai Ibnu Maryam, Al-Nabi Isa adalah tanda Hari Akhirat (Al-Quran 43:61).

Saya heran dan kagum apabila merenungkan siapakah Isa Al-Masih menurut keterangan di atas. Bagaimanakah saya dapat menahan diri dari bersukaria karena penjelasan semacam ini tentang Dia terdapat dalam Al-Quran? Kawan-kawan saya yang dengan khusyuk mengikuti agamanya juga heran melihat semua kenyataan ini tentang Nabi Isa dalam Al-Quran. Saya sungguh berterima kasih atas semua pertolongan yang saya menerima sehingga saya dapat menemukan kebenaran-kebenaran di atas dan dengan demikian bertumbuh secara rohani.

(Kesaksian M.F. dari India, termuat dalam majalah Noor Ul Haq, Jilid 5, No. 1, hal. 10)

Sumber: ISA dan ISLAM

Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silahkan menghubungi kami dengan cara klik link ini.

Sabtu, 08 Oktober 2011

Kesaksian dari Balikpapan

BalikpapanSaya dibesarkan oleh Kakek dan Nenek yang berpindah-pindah dari Jawa ke Sumatera dan akhirnya tinggal di Balikpapan, Kalimantan Timur. Saya masuk SD di sana dan diberi pelajaran agama Islam sampai semester akhir kelas VI.

Setiap hari sesudah pulang dan habis makan saya selalu pergi ke Mesjid untuk mempelajari agama Islam. Juga pada sore hari sebab saya ingin sekali keselamatan itu baik dalam hidup ini terlebih setelah meninggal dunia. Karena saya begitu rajin maka seringkali di sekolah saya menjadi contoh membaca doa dan cara sembahyang untuk teman-teman sekelas. Saya juga selalu pergi ke Mesjid belajar agama dan melakukan sembahyang lima waktu jum'atan tetapi dalam diri saya tidak pernah tumbuh belas kasihan terhadap sesama bahkan saya dibenci oleh tetangga karena menjadi biang-keladi anak-anak nakal.

Kerinduan mempelajari Injil

Saya mulai sangat benci terhadap orang-orang Kristen, bahkan di Mesjid saya berjanji (sumpah) demi Nama Allah, Nabi Muhammad, dan isi alam semesta, saya tidak akan meninggalkan ajaran Islam. Saya mulai membenci gambar Isa [Yesus]. Dalam puncak kebencian inilah setiap saya menemukan gambar Isa saya cungkil matanya sehingga gambar Isa itu menjadi buta.

Pada suatu sore saya tidak pergi ke Mesjid, dan saat-saat termenung saya mendengar nyanyian-nyanyian orang Kristen dari tetangga yang satu-satunya orang Kristen di tempat itu. Karena puji-pujian itu, timbul dalam hati saya suatu kerinduan untuk mempelajari Injil. Ternyata dalam Injil itu juga menawarkan keselamatan baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang. Tanpa malu-malu saya datang pada tetangga untuk meminjam buku-buku Kristen dan juga Alkitab. Saya makin dipengaruhi oleh isi Alkitab sehingga selama dua tahun saya berusaha mengikuti baik agama Islam maupun agama Kristen. Akhirnya, sesudah lama mempertimbangkan kedua-duanya, saya mengambil keputusan untuk menjadi pengikut Isa Al-Masih.

"Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu; jangan ada orang yang memegahkan diri." (Injil, Surat Efesus 2:8-9)

Sumber: ISA dan ISLAM

Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silahkan menghubungi kami dengan cara klik link ini.

Minggu, 02 Oktober 2011

Kedamaian Setelah Menerima Isa Al-Masih

Tangan

Saya dibesarkan oleh keluarga yang begitu taat dalam menjalankan ibadah. Orang tua saya selalu menekankan untuk menunaikan sholat lima waktu dan membaca Al-Quran. Namun rasa damai yang sesungguhnya hanya saya rasakan sesaat saja. Sehingga saya terus mencarinya. Membandingkan Al-Quran dan Alkitab serta berdakwah kepada orang Kristen adalah hal yang sering saya lakukan. Semakin banyak saya memojokkan orang Kristen, semakin saya sombong. Hingga satu hari saya merasa jenuh dan semakin tidak ada damai di hati.

Kematian Yang Menakutkan

Kejenuhan saya timbul disebabkan oleh beberapa ayat dalam Al-Quran yang menjelaskan tentang kiamat dan kematian. Berawal saat saya mengikuti pemakaman seorang teman dekat. Ada rasa takut yang menghinggapi saya saat jasadnya dimasukkan ke liang lahat. Dalam hati saya bertanya “kemanakah dia pergi?” “Bagaimana bila nanti saya meninggal?” Pertanyaan ini terus menghinggapi saya. Tiap selesai sholat saya selalu memohon kepada Allah untuk menjauhkan saya dari api neraka. Soalnya, saya sadar mempunyai banyak dosa. Saya berusaha menciptakan rasa tenang dan damai dalam hati, walaupun hasilnya hanya sementara dan tetap ada rasa takut akan neraka.

Pembawa Syafaat Yang Membingungkan

Kebingungan saya rasakan ketika saya membandingkan pembawa syafaat (Nabi Muhammad SWT dan Isa Al-Masih). Mengapa Isa Al-Masih yang memiliki syafaat dalam Al-Quran, bukan Muhammad. Mengetahui akan hal ini mengakibatkan kebimbangan dan rasa takut menghantui saya. Hingga akhirnya saya bertemu dengan seorang Kristen yang dulunya adalah Muslim. Dia menjelaskan tentang ayat-ayat yang membingungkan saya selama ini. Namun saya tetap saja tidak bisa menerima penjelasannya. Setelah beberapa bulan dari kejadian itu, saya benar-benar mengalami kehampaan. Timbul dalam pikiran saya bahwa Al-Quran dan Alkitab telah membodohi saya. Kurang lebih satu bulan saya tidak mau beragama dan beribadah. Lambat laun saya semakin hampa dan kacau dalam hidup. Saya tidak mengerti ke arah mana tujuan Al-Quran dan saya juga tidak mengerti apa yang Alkitab arahkan. Tapi saya yakin bahwa Tuhan itu ada.

Bertemu Dengan Isa Al-Masih

Setelah sekian lama mencari, akhirnya saya dapat memahami tentang Tri-Tunggal, dosa warisan, penyaliban dan keselamatan. Walaupun saya telah memahami hal tersebut, namun pikiran saya menolaknya. Hati mengakui namun pikiran tidak. Malam harinya saya bermimpi bertemu dengan utusan Isa Al-Masih. Dia berkata sambil menyalami saya, “Selamat, Tuhan Yesus telah memilihmu dan menyertaimu selamanya.” Saat terbangun saya berkata, “Mengapa bukan Yesus sendiri yang datang kepada saya”? Dua hari kemudian secara berturut-turut saya bermimpi lagi melihat Tuhan Yesus. Yang pertama samar-samar. Yang kedua saya melihat kedua tanganNya mengarah kepada saya seperti orang tua yang ingin menggendong / memanggil anaknya.

Menerima Sang Juruselamat Dan Mendapat Damai

Sejak saat itu saya putuskan untuk mengikutiNya sepenuhnya. Saya menerima Isa Al-Masih sebagai Tuhan dan Juruselamat saya pribadi. Saya merasa sangat damai sekali dan tidak ada rasa takut lagi dengan kehidupan nanti.

(Pengikut Isa Al-Masih)

Sumber: ISA dan ISLAM

Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silahkan menghubungi kami dengan cara klik link ini.