Senin, 25 Oktober 2010

WHY I AM NOT A MUSLIM

Hadis juga sama saja, dalam hadis yg menjadi dasar hukum2 islam kita pelajari peran wanita adalah – diam dirumah, siap dipanggil kaum pria, patuh padanya (ini kewajiban agama) dan membuat lelaki merasa tenang selalu. Ini contoh hadis2 tsb:
- Jika diberikan padaku utk memerintahkan seseorang bersujud dihadapan selain Tuhan, pastilah kuperintahkan para wanita utk bersujud dihadapan suami2 mereka. Seorang wanita tidak dapat memenuhi kewajiban2nya terhadap Tuhan tanpa lebih dulu menyempurnakan kewajiban2 mereka pada sang suami.

- Wanita yang meninggal dan padanya sang suami merasa puas akan masuk surga.

- Seorang istri tidak akan pernah menolak dirinya utk sang suami meskipun jika itu diminta diatas punggung unta.

- Api neraka ditunjukkan padaku dalam mimpi dan kulihat penghuninya kebanyakan wanita yang tidak tahu berterimakasih. “Apakah terhadap Tuhan mereka tidak tahu berterima kasihnya?” Mereka tidak menunjukkan rasa terima kasih terhadap suami mereka untuk apa yang telah mereka terima. Bahkan meski jika kau banjiri wanita dengan barang2 sepanjang hidupmu dia tetap akan menemukan sesuatu utk mencelamu suatu hari dan berkata, “Kau tidak pernah melakukan apapun untukku.”

- Pertanda buruk ada pada: rumah, wanita dan kuda.

- Tak akan pernah suatu bangsa akan berhasil jika mereka mempercayakan urusannya pada wanita.

Peradaban dan budaya islam sangatlah anti wanita, seperti yang diungkapkan perkataan kalifah, menetri, filsuf dan teolog sepanjang abad berikut ini:

Umar, Kalifah kedua (581-644), berkata: “Cegah wanita belajar menulis! Bilang tidak utk cara2 mereka yang tak bisa diduga.”

Dikesempatan lain dia berkata, “Ambil posisi yang menentang para wanita. Ada kebaikan besar dalam posisi demikian.” Dan lagi, “Paksakan para wanita utk telanjang karena pakaian bisa jadi satu alasan mereka keluar rumah, menghadiri pernikahan dan muncul dimuka umum utk upacara2 dan pesta2. Ketika seorang wanita sering keluar rumah dia berisiko ketemu lelaki lain dan melihatnya lebih menarik dari suaminya sendiri; karena dia mudah tertarik dan bosan dengan apapun yang tidak mereka miliki.”

Perkataan anti feminis dari Ali (600-661), sepupu sang nabi dan kalifah keempat, sangatlah terkenal:[13]

“Wanita keseluruhannya adalah setan dan jeleknya lagi mereka itu setan yg diperlukan!”

“Kau jangan pernah meminta nasihat pada wanita karena nasihatnya tak berharga. Sembunyikan mereka agar tidak bisa melihat lelaki lain!… Jangan menghabiskan waktu lama ditemani mereka karena mereka akan mendatangkan kejatuhanmu!”

Kaum lelaki, jangan pernah sekalipun patuhi wanitamu. Jangan pernah membiarkan mereka menasihatimu dalam segala hal tentang hidup keseharianmu. Jika kau biarkan mereka menasihatimu mereka akan menghamburkan semua milikmu dan melanggar semua perintah dan hasratmu. Ketika sendirian mereka lupa agama dan memikirkan dirinya saja; dan segera jika berurusan dengan hasrat birahi mereka mereka tidak tahu malu. Mudah sekali mendapatkan kenikmatan dari mereka tapi mereka memberimu sakit kepala yang hebat pula. Bahkan wanita paling salehpun demikian. Mereka punya tiga kualitas yang pantas bagi kafir saja: mereka mengeluh jika ditindas padahal merekalah yang menindas; mereka bersumpah padahal ketika itu juga berbohong; mereka bertingkah seakan menolak cumbuan kaum lelaki padahal mereka sangat menginginkannya. Mari kita memohon pertolongan Allah agar lepas dari sihir mereka.”

Dan terakhir pada seorang lelaki yang sedang mengajarkan wanita menulis: “jangan tambahkan kejahatan pada ketidak bahagiaan.”

Pantas sekali utk mengakhiri pendahuluan ini dengan kutipan dua pernyataan terkenal dan yg banyak dipakai dari filsuf al-Ghazali (1058-1111), yang oleh Professor Montgomery Watt jelaskan sebagai Muslim terbesar setelah Muhammad. Dalam karyanya “The Revival of the Religious Sciences,” Ghazali menjelaskan peran wanita sbb:[14]

Dia harus tinggal dirumah dan memintal, dia tidak boleh sering2 keluar rumah, dia jangan diberi banyak informasi, jangan biarkan juga dia bercakap-cakap dengan tetangganya dan kunjungi tetangga hanya jika perlu saja; dia harus mengurus suaminya dan menghormati suami baik ketika suami dirumah maupun ketika tidak ada dirumah dan berusaha memuaskan dia dalam segala hal; dia jangan curang padanya jangan juga memeras uang darinya; dia jangan keluar rumah tanpa ijinnya dan jika diberi ijin harus pergi dengan sembunyi2.

Dia harus memakai baju2 tua dan mengambil jalan atau gang2 yang sepi, hindari pasar2 dan pastikan bahwa orang asing tidak mendengar suaranya atau mengenalinya; dia tidak boleh berbicara pada teman dari suaminya bahkan jika hal itu diperlukanpun… Kekhawatiran utama dia haruslah kebaikan dia, rumahnya, juga sholat serta puasanya.

Jika seorang teman suami memanggil ketika suami tidak ada dia jangan buka pintu atau menjawab utk menjaga martabat dia dan suaminya. Dia harus menerima apa yang diberikan sang suami sebagai keperluan seks yang cukup kapan saja… dia harus bersih dan siap memuaskan keperluan seks suami kapan saja.

Teolog besar itu lalu memperingatkan semua kaum lelaki agar hati-hati terhadap wanita karena “penuh tipu muslihat dan kejahatan mereka sangat bahaya; mereka tidak bermoral dan berjiwa jahat.”

“Sudah menjadi fakta bahwa semua cobaan, kesialan dan kesengsaraan yang menimpa kaum lelaki datang dari wanita,” rintih al-Ghazali.

Dalam bukunya “Book of Counsels for Kings”, al-Ghazali menyimpulkan bahwa seorang wanita harus menderita dan memikul penderitaan karena kelakuan buruk Hawa di taman Eden:

Sedang untuk karakteristik khusus yang Tuhan timpakan pada wanita, adalah sbb: “Ketika Hawa memakan buah terlarang dari pohon dalam surga, Tuhan menghukum wanita dengan delapan belas hal:

(1) Menstruasi;
(2) Melahirkan;
(3) Terpisah dari ibu dan ayah dan menikahi orang asing;
(4) Hamil;
(5) Tidak punya kontrol atas dirinya;
(6) warisan lebih kecil;
(7) Bisa diceraikan tidak bisa menceraikan;
(Cool Lelaki boleh punya empat istri tapi wanita hanya boleh punya satu suami;
(9) Fakta bahwa dia harus tinggal dirumah;
(10) fakta bahwa dia harus menutup kepalanya meski didalam rumah;
(11) fakta bahwa kesaksian dua wanita sama dengan satu lelaki;
(12) fakta bahwa tidak tidak boleh keluar rumah tanpa ditemani kerabat;
(13) fakta bahwa kaum pria sholat jum’at dan menghadiri pemakaman, wanita tidak boleh;
(14) Tidak boleh memimpin atau jadi hakim
(15) Fakta bahwa kebaikan punya 1000 elemen, hanya satu saja yang ditujukan utk wanita, 999 ditujukan utk lelaki
(16) fakta bahwa jika berdosa dia hanya akan diberikan setengah saja keringanan dibanding komunitas lain pada hari kiamat
(17) Fakta bahwa jika suami mereka meninggal dia harus menunggu selama 4 bulan 10 hari utk menikah lagi.
(1Cool Fakta bahwa jika suami mereka menceraikan mereka harus menunggu masa idah 3 bulan atau 3 kali perioda menstruasi sebelum menikah kembali.[15]

Itu adalah beberapa pernyataan dari jaman keemasan Islam yang disangka orang begitu pro Feminisme. Katanya pengabaian dari ajaran sesungguhnya dari Islamlah yang telah berakibat pada penurunan dan keterbelakangan masyarakat muslim. Sebenarnya tidak pernah ada yang namanya islamic Utopia (negara impian Islam).

Membicarakan jaman keemasan hanyalah sebuah alasan utk memastikan dan mengabadikan pengaruh para ulama, mullah beserta dalil2 kebencian mereka yang menyangkal kemanusiaan bagi sebagian besar penghuni planet ini, dan utk lebih jauh lagi membodohi semua usaha2 membebaskan para wanita muslim.

Saya sekarang akan menelaah secara mendetail semua cara2 yang islam terapkan utk menaklukan wanita muslim.

Makhluk Lebih Rendah
Muhammad dilaporkan menyuruh kaum lelaki agar memperlakukan dengan baik makhluk yang lebih lemah, yaitu “wanita dan para budak.” Secara umum islam menganggap wanita lebih rendah dalam hal kecerdasan, moral dan fisik. Yang pertama adalah lelaki, lalu Hermaprodit (yang dalam islam punya status yang nyata), dan terakhir wanita. Para pemikir Muslim konservatif bahkan membangkitkan kembali teori anthropologis salah kaprah yg menunjukkan bahwa ‘katanya’ tengkorak kepala wanita jauh lebih kecil dari kepala lelaki. “Wanita punya akal dan iman yang lebih kecil” kata satu hadis terkenal. Seorang wanita berada dalam keadaan kotor selama menstruasi, tapi kekotoran ini tidak dibatasi hanya ketika perioda menstruasinya saja. Dilaporkan bahwa Muhammad tidak pernah menyentuh wanita yang bukan miliknya. Ketika wanita yang berjanji setia padanya mengajak jabat tangan, dia menjawab, “Aku tidak pernah menyentuh tangan wanita.” Hadis2 lain tentang ini:[16]

- Lebih baik terkena percikan air dari babi daripada bersentuhan dengan siku wanita yang bukan muhrimnya.

- Lebih baik menusukkan jarum kekepala kalian daripada menyentuh wanita yang bukan muhrimnya.

- Mereka yang menyentuh tangan wanita bukan muhrimnya akan ditempelkan bara panas pada tangannya di hari kiamat.

- Tiga hal membatalkan sholat jika liwat dihadapan mereka: anjing hitam, wanita dan keledai.

Muslim liberal mungkin mengatakan hadis2 ini tidak sahih tapi apa yang akan mereka katakan jika Quran juga menyatakan sbb:

[4.43] Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu salat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau kembali dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu.

[5.6] Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan salat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.

Para ulama mengandalkan Quran utk membuktikan maksud mereka bahwa wanita lebih rendah dari lelaki, dan dengan dalil itu mereka telah berhasil menghentikan segala diskusi, karena bagi mereka tak seorangpun akan protes terhadap perkataan Tuhan. Dg demikian mereka menemukan sangsi ilahi bagi pandangan2 pseudosains omong kosong mereka. Inilah ayat2 yang relevan tsb:

[3.36] Maka tatkala istri Imran melahirkan anaknya, dia pun berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada setan yang terkutuk.”

[43.18] Dan apakah patut (menjadi anak Allah) orang yang dibesarkan dalam keadaan berperhiasan sedang dia tidak dapat memberi alasan yang terang dalam pertengkaran

[53.21] Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan?

[4.122] Dan siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Allah?

Wanita secara alamiah lebih rendah dan disamakan dengan sebuah botol yang retak tidak bisa diperbaiki lagi. Muhammad selalu berkata: “Tangani botol2 (wanita) dengan hati-hati.”

Tidak setara dalam hal seksualitas
Bullough, Burton, Bousquet dan Bouhdiba berkeras bahwa islam positif dalam hal seks lalu mereka garis bawahi pandangan2 ‘kelelakian’ mereka. Karena dalam islam seksualitas seorang wanita atau kebutuhan seksualnya tidaklah dianggap. Bagi ulama perkawinan adalah satu dari dua cara sah seorang lelaki bisa punya hubungan intim dengan wanita (yang lain adalah meniduri budak wanita). Seperti seorang ahli hukum islam nyatakan, pernikahan bagi seorang muslim adalah “kontrak yang mengesahkan dia utk mendapatkan organ reproduksi wanita, dengan tujuan utk menikmatinya.”[17] Yang sebaliknya tentu saja tidak berlaku, organ reproduksi si lelaki tidak eksklusif milik satu wanita. Quran mengijinkan lelaki memiliki wanita lebih dari satu (Surah 4.3).

[23.1-6] Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.

Quran tahu lelaki tidak mampu bersikap adil – [4.129] “Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara istri-istri (mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian,” – tapi tetap saja mengijinkan poligami. Seperti G.H. Bousquet tegaskan dalam karya klasiknya L’Ethique Sexuelle de l’Islam, konsep muslim tentang pernikahan tidak sama dengan konsep pernikahan kristen. Di islam sama sekali tidak ada gagasan persatuan, pasangan atau jodoh antara suami istri. Kata arab utk perkawinan adalah ‘nikah’ yang juga berarti ‘bersetubuh’ dan dalam bahasa slang Perancis “niquer” artinya “to f***”. Kesimpulan Bousquet mengenai pernikahan muslim dirangkum sbb: Pernikahan muslim intinya adalah sebuah tindakan dimana seorang wanita, biasanya tanpa persetujuannya, harus menyediakan dirinya secara seksual bagi sang suami, jika perlu istri kedua, ketiga dan keempat, dan budak2/selir2 tak terbatas. Mereka harus siap utk dicerai jika sang suami sudah tidak suka dan jangan pernah mengharapkan hubungan seperti partner.[18]

Ulama berkeras bahwa keadilan yang dituntut pada sang suami bagi banyak istri adalah dalam hal nafkah atau hadiah bagi masing2 istri, bukan dalam hal cinta, kasih sayang atau hubungan seks. Sang nabi pastinya punya keistimewaan spesial dari Tuhan yang ditegaskan oleh Quran: Dia boleh punya lebih dari empat istri tanpa harus diwajibkan utk membagi sama malam2nya bagi tiap istri:

[33.50] Hai Nabi, sesungguhnya Kami telah menghalalkan bagimu istri-istrimu yang telah kamu berikan mas kawinnya dan hamba sahaya yang kamu miliki yang termasuk apa yang kamu peroleh dalam peperangan yang dikaruniakan Allah untukmu, dan (demikian pula) anak-anak perempuan dari saudara laki-laki bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara perempuan bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara laki-laki ibumu dan anak-anak perempuan dari saudara perempuan ibumu yang turut hijrah bersama kamu dan perempuan mukmin yang menyerahkan dirinya kepada Nabi kalau Nabi mau mengawininya, sebagai pengkhususan bagimu, bukan untuk semua orang mukmin. Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang Kami wajibkan kepada mereka tentang istri-istri mereka dan budak-budak yang mereka miliki supaya tidak menjadi kesempitan bagimu.

[33.51] Kamu boleh menangguhkan (menggauli) siapa yang kamu kehendaki di antara mereka (istri-istrimu) dan (boleh pula) menggauli siapa yang kamu kehendaki. Dan siapa-siapa yang kamu ingini untuk menggaulinya kembali dari perempuan yang telah kamu cerai, maka tidak ada dosa bagimu.

Aisha, sang istri bocahnya pernah menyindir, “Tuhan sangat cekatan menolongmu jika menyangkut masalah birahi.” Sang nabi menikmati pelukan kesembilan istrinya dan, menurut al-Ghazali, Muhammad mampu melakukan nafkah batin bagi sembilan istrinya dalam satu pagi saja. Yang jelas adalah bahwa wanita dipandang sebagai objek belaka: utk diambil dan disingkirkan semau lelaki. Jika satu istri saja tidak cukup, nasihat al-Ghazali, ambil lagi yg lain (maksimal empat!). Jika belum juga menemukan kedamaian, ganti mereka semua. Sederhana sekali!

Sang istri tidak dapat meminta sang suami utk memuaskannya secara seksual – dia hanya boleh menuntut diberi makan, pakaian dan rumah. Secara seksual, sang suami adalah tuan yang harus diberi kenikmatan oleh sang istri. Yang sebaliknya tidak bisa. Penolakan suami utk bersetubuh dengan sang istri dianggap sebagai kebebasan hak seksualnya.

Ulama semua sepakat bahwa jika sang suami tidak mampu melakukan persetubuhan dengan istri karena kehilangan penisnya, sang istri boleh meminta cerai segera. Tapi jika ketidakmampuannya karena sebab lain – impoten, misalnya – cerai tidak segera dikabulkan. Sang suami diberi waktu satu tahun utk memperbaikinya.

Tentu saja, sangat penting dan legal jika sang istri masih perawan ketika menuntut perceraian. Sekali pernikahan sudah dilakukan hal seksual wanita langsung lenyap. Menurut para Shafi’I, wanita bisa menuntut cerai hanya jika sang suami kehilangan penisnya – kasus lain tidak diijinkan. Menurut Penganut Malek dan Hanef, sekali pernikahan sudah dilakukan sang wanita tidak punya hak apapun; sang suami istilahnya hanya wajib melakukan persetubuhan sekali saja. Islam melindungi hak2 kaum lelaki dan lelaki saja. Kisah terkenal mengenai debat tentang sodomi menggambarkan lebih jauh sikap muslim akan seks. Ada beberapa orang dari para sahabat Muhammad yang ‘menikmati wanita dari depan dan belakang.” Beberapa wanita meminta pendapat Muhammad. Muhammad lalu dengan nyamannya menerima wahyu surga yang dicatat dalam ayat 2.223: “Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok-tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki.” Kemenduaan arti dari frase ini menjadi sumber pertengkaran sampai sekarang. Tak ada yang pernah berpikir utk berkonsultasi dengan sang wanita itu sendiri; mereka tidak diikutkan dalam debat. Teolog muslim menyimpulkan bahwa seorang lelaki boleh menyetubuhi istrinya kapan saja dan cara bagaimanapun, dari depan dari belakang, sepanjang dia ejakulasinya didalam vagina siwanita. Dengan kata lain, lelaki boleh memilih waktu dan gaya ‘bercocok-tanam diladangnya’ selama dia menabur benihnya disatu tempat dimana dia akan menuai nanti.

Sodomi dianggap sebagai dosa besar meski masih ada perselisihan tentang apakah itu dihukum mati atau tidak. Muhammad malah lebih membingungkan lagi perkataannya, karena mendua arti: “Wanita tidak boleh menolak sang suami bahkan jika itu minta dilakukan diatas sadel kuda sekalipun” (atau menurut versi lain, “diatas oven membara sekalipun”). Dikesempatan lain sang nabi mengutuk wanita yang selalu mengatakan “nanti” atau berpura-pura sedang mens utk lepas dari kewajibannya. Dalam hadis diriwayatkan: Dua doa yang tidak akan pernah mencapai surga adalah dari budak yang melarikan diri dan wanita ragu yang membuat frustasi suaminya dimalam hari.

Istri yang menolak suaminya dianggap durhaka dan sang suami punya hak utk menghukumnya secara fisik, sesuatu yang lagi-lagi ditegaskan oleh Quran (lihat surah 4.34 yg dikutip sebelumnya).

Dia juga bisa kehilangan hak nafkah hidup dan perlindungannya. Contoh dibawah hukum Mesir (artikel 67, Code du Statut Personnel): “Seorang wanita kehilangan hak utk nafkah hidupnya jika dia menolak memberikan dirinya pd sang suami tanpa alasan sah.”

Kita telah melihat bagaimana sang suami melalui pernikahan mendapatkan “organ reproduksi” sang istri tapi tidak utk kebalikannya. Malah, sang wanita tidak punya hak utk “organ dirinya sendiri.” Seperti Muhammad Qotb, penulis muslim terkenal tuliskan,[19]

Pemelihara tidak punya hak utk mengundang orang agar mencuri barang yang bukan miliknya, barang yang dijaganya. Seperti itu pula wanita hanya menjadi pemelihara yang tidak punya hak utk menggunakan ‘anunya’ juga dia tidak boleh mengundang siapapun utk melanggarnya. Karena ini bukan sekedar kasus ‘kehormatan’ belaka tapi juga menyangkut kehormatan orang tua dan keluarga dan masyarakat serta seluruh umat manusia.

Disini kita akan menelaah tentang sunat. Tak pernah ada perbedaan yang besar antara teori dan praktek mengenai masalah sunat ini, dan kali ini praktek muslim tuntutannya jauh lebih besar dari hukum islam itu sendiri. Karena bagi mayoritas muslim utk menjadi islam harus disunat. Di jawa “disunat’ kadang artinya adalah ‘menerima seseorang kedalam pelukan islam.” Ini sama seperti baptisan di kristen. Dalam kisah Shakeaspeare Othello, si orang Turki Aleppo disebut “anjing sunat.” Tapi dalam hukum islam sunat ini tidak wajib. Malah tidak ada sama sekali disebutkan dlm Quran. Meski demikian hal ini didasarkan pada Sunnah Nabi. Tapi muslim awal sepertinya tidak begitu menganggap serius hal ini: Umar sang Kalifah pernah berkata bahwa Muhammad dikirim kedunia utk mengislamkan bukan utk menyunat.

Di masyarakat muslim modern, sunat adalah sebuah kebiasaan universal yang diikuti oleh muslim liberal dan bahkan keluarga2 barat sekalipun. Sunat anak adalah sebuah acara besar bagi keluarga dan diselenggarakan dengan meriah, kemeriahannya hanya kalah oleh perkawinan. Apakah sunat itu perlu atau hanya sebuah tradisi barbar yang tertinggal dari jaman pra islam? Disini Bouhdiba mengkarakterisasi sbb:[20]

Sedangkan bagi sang anak satu-satunya yang bisa dia lakukan hanya berteriak kesakitan dan menangis karena kekejian yang dilakukan pada tubuhnya. Lebam pada ototnya, para wanita dan lelaki yang menyiksanya, pisau tajam yang berkilat, racauan wanita2 tua, penis yang dikorbankan… para lelaki dan wanita itu semua mengucapkan selamat pada sang pasien “selamat!” – itulah arti sunat bagi sang bocah.. Ditambah lagi dengan luka yang menyakitkan, yang lama sembuh (kadang berminggu-minggu dg rasa sakit yg menyiksa), kadang terjadi komplikasi serius: infeksi, pendarahan, penis yang terpotong, arteri yang terpotong… Tak ada hal apapun yang membenarkan praktek sunat khususnya jika dilihat dari kerusakan psikologis dan fisik yg diakibatkannya. Bukan tanpa alasan ada yang bilang ini adalah operasi barbar dan traumatis.

Ini membawa kita pada sunat wanita. Menurut Dictionary of Islam abad 19 dan Burton, kebiasaan ini menyebar luas di Arab, dimana “pemotong clitoris” menjadi profesi yang resmi dipraktekkan oleh para wanita tua, dan mungkin banyak lagi dinegara2 islam lainnya. Bousquet pikir ini jarang terjadi di Afrika Utara. Tulisan Bouhdiba tahun 1978 berpendapat bahwa hal ini jarang terjadi di Maroko, Tunisia, Aljazair, Turki dan Iran tapi dipraktekkan dinegara2 lainnya. Menurut Laporan Kelompok Hak2 Minoritas “Female Genital Mutilation: Proposals for Change,” yang diterbitkan tahun 1992, praktek ini masih terjadi dan menyebar luas di Afrika Barat, Sahara dan Afrika Timur, juga di Yaman dan Oman, oleh para muslim, kristen, yahudi dan animis. “Puluhan juta wanita jadi korban setiap tahun.” Tidak seperti sunat lelaki yang berlaku terang-terangan dimuka umum, sunat perempuan dilakukan dengan diam-diam, dan tidak punya kepentingan simbolis apapun – keperawanan dimalam pertama perkawinan mereka jauh lebih berarti daripada pemotongan clitorisnya.

Juga sunat wanita tidak disebut-sebut dalam Quran dan para doktor teologi terpelajar, ketika mereka diminta pendapatnya tentang hal ini, mereka menghabiskan waktu sedikit saja utk itu, mereka hanya berkata itu adalah tindakan yang saleh. Tepatnya apa saja yang dilibatkan dalam operasi ini? Menurut Burton si Maha tahu,[21] dipotong “pada bagian clitoris yang menonjol melebihi bibir vagina dan pemotongan ini adalah sunat wanita.” “Pemotongan,” lanjut Burton,

Biasa dilakukan diantara orang2 negro Nil Hulu, Somalia dan suku2 lainnya. Sang pemotong, nenek2, mengeluarkan alatnya, pisau atau silet yang diikat pada gagang kayu, dan dengan tiga kali sapuan memotong sebagian kecil bibir vagina dan kepala dari clitoris. Bagian itu lalu dijahit dengan benang dari kulit domba; di Darfur sebuah selongsong atau tube kecil dimasukkan kelubang air kencing. Sebelum menikah, sang mempelai pria berlatih selama sebulan dg makan daging, madu dan susu; dan jika dia bisa ‘menembus’ si mempelai wanita dengan senjatanya dia dianggap ‘jago pedang’ yang diakui oleh para wanita sesukunya. Jika gagal, dia mencoba dulu memasukkan jarinya dan melebarkannya hingga terbuka lebar. Penderitaan beberapa hari pertama bagi sang wanita mestilah sangat mengerikan.

Di jaman modern sekarang sedikit sekali yang berubah; tulisan pada the Economist menjelaskan situasi tahun 1992: “prosedurnya bermacam-macam mulai dari yang sakitnya sedikit sampai yang luar biasa, dan bisa melibatkan pemotongan clitoris dan organ2 lain memakai pisau, pecahan kaca dan silet – tapi jarang memakai anestesi (pembiusan). Biasanya berujung pada masalah2 akut yang berhubungan dengan menstruasi, persetubuhan dan kelahiran anak, gangguan psikologi bahkan kematian.” Dalam tindakan ‘sunat wanita’ yang mengerikan ini tertanam semua ketakutan muslim pria akan seksualitas wanita. Sunat wanita adalah “tambahan bagi sunat pria, utk menyamakan rasa sensitif organ kelamin dengan mengurangi organ sensitif kedua seks tersebut: wanita yang tidak disunat bisa mendapat orgasme jauh lebih cepat dan sering daripada lelaki yg disunat dan persetubuhan yang sering akan merusak kesehatan siwanita,” Burton meyakinkan kita. Dengan pengurangan kesensitifan bagian seksual wanita, lelaki harus melipat gandakan usahanya utk memuaskan dia; dan jika clitoris wanita telah sepenuhnya dibuang, pemuasan ini mustahil bisa dilakukan. Fakta terakhir ini menjadi sumber banyaknya sakit syaraf psychosexual diantara lelaki Arab. “Anatomi adalah takdir,” kata Freud, dalam hal ini anatomi yang dipotong-potong adalah takdir yang dipotong-potong pula. Saya akan kembali pada subjek sunat wanita ini pada bagian tentang “Assimilasi dan Multi Budaya” dimana akan didiskusikan usaha2 utk memusnahkan kebiasaan barbar ini.

“Ketika orang beriman menyetubuhi istrinya, para malaikat mengelilingi mereka dari bumi hingga surga, kenikmatan dan hasratnya bagai kecantikan gunung2. Setiap kali kau bersetubuh, kalian telah memanjatkan doa.” Kata Muhammad kepada para pengikutnya. Quran menguatkan hal ini pada Surah 5.89: “janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu;” Sura 24.32. “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu,” Dikesempatan lain Muhammad berkata, “Aku menikah banyak kali dan mereka yang tidak mengikuti tauladanku tidaklah bersamaku. Mereka yang sudah mampu mendirikan rumah harus menikah.” Muhammad juga melarang pengikutnya utk membujang. Dan tentu saja, Muhammad sendiri punya kehidupan seks yang sangat aktif, bagi sejarawan kristen kelakuan Muhammad adalah hobby yang diresmikan belaka.

Dg demikian nyata bahwa Islam benar memuja kenikmatan daging – khususnya utk kaum lelaki – kenikmatan yang juga akan ada disurga. Tapi ada apa sih tepatnya disurga islam yg begitu nikmatnya hingga Karl Popper berpendapat ngga tahan? Surga penuh dengan orgasme seksual – kaum lelaki. Para bidadari cantik yang khusus diciptakan oleh Tuhan utk diberikan sebagai pahala bagi orang2 muslim lelaki penghuni surga:

[78.31-34] Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa mendapat kemenangan, (yaitu) kebun-kebun dan buah anggur, dan gadis-gadis remaja dg dada montok, dan gelas-gelas yang penuh (berisi minuman).

[55.54-58] Mereka bertelekan di atas permadani yang sebelah dalamnya dari sutra. Dan buah-buahan kedua surga itu dapat (dipetik) dari dekat. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka tidak pula oleh jin. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan.

[55.54-77] Mereka bertelekan di atas permadani yang sebelah dalamnya dari sutra. Dan buah-buahan kedua surga itu dapat (dipetik) dari dekat. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula). Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Dan selain dari dua surga itu ada dua surga lagi. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?, kedua surga itu (kelihatan) hijau tua warnanya. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Di dalam kedua surga itu ada dua mata air yang memancar. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Di dalam keduanya ada (macam-macam) buah-buahan dan kurma serta delima. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih dipingit dalam rumah. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Mereka tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka dan tidak pula oleh jin. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Mereka bertelekan pada bantal-bantal yang hijau dan permadani-permadani yang indah. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

[37.43-49] di dalam surga-surga yang penuh nikmat, di atas takhta-takhta kebesaran berhadap-hadapan. Diedarkan kepada mereka gelas yang berisi khamar dari sungai yang mengalir. (Warnanya) putih bersih, sedap rasanya bagi orang-orang yang minum. Tidak ada dalam khamar itu alkohol dan mereka tiada mabuk karenanya. Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya dan jelita matanya, seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik.

[56.36-38] dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya, (Kami ciptakan mereka) untuk golongan kanan,

[52.19-20] (Dikatakan kepada mereka): “Makan dan minumlah dengan enak sebagai balasan dari apa yang telah kamu kerjakan”, mereka bertelekan di atas dipan-dipan berderetan dan Kami kawinkan mereka dengan bidadari-bidadari yang cantik bermata jeli.

[37.48] Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya dan jelita matanya, seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik.

[44.51-55] Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam tempat yang aman, (yaitu) di dalam taman-taman dan mata-air-mata- air; mereka memakai sutera yang halus dan sutera yang tebal, (duduk) berhadap-hadapan, demikianlah. Dan Kami berikan kepada mereka bidadari. Di dalamnya mereka meminta segala macam buah-buahan dengan aman (dari segala kekhawatiran) ,

[38.49-53] Ini adalah kehormatan (bagi mereka). Dan sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa benar-benar (disediakan) tempat kembali yang baik, (yaitu) surga `Adn yang pintu-pintunya terbuka bagi mereka, di dalamnya mereka bertelekan (di atas dipan-dipan) sambil meminta buah-buahan yang banyak dan minuman di surga itu. Dan pada sisi mereka (ada bidadari-bidadari) yang tidak liar pandangannya dan sebaya umurnya. Inilah apa yang dijanjikan kepadamu pada hari berhisab.

[2.25] Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.

Tidak percuma apa yang dikatakan Muhammad, “Tidak akan ada bujangan disurga.” Dalam dongeng fantasi seks ini, wanita sekali lagi diciptakan hanya utk melayani kaum pria – tidak ada fantasi akan gigolo bermata jeli yang bertelekan dipan-dipan melayani para wanita. Surganya Quran yg penuh dengan kenikmatan2 dipertegas lagi oleh Ahli Tafsir Muslim, Suyuti[22]:

“Setiap kali kami bersetubuh dengan seorang bidadari, ia akan perawan lagi. Lagipula penis mereka yg terpilih masuk surga tidak akan pernah mengendur. Ereksinya abadi. Sensasi yang kalian rasakan setiap bersetubuh akan sangat nikmat dan luar biasa, kalau saja kalian nikmati itu didunia sekarang, kalian akan pingsan. Masing2 mendapat tujuh puluh bidadari, selain juga mendapat wanita2 yang kalian nikahi dibumi, dan semuanya akan punya vagina yang sangat legit.”

Dg demikian kita perlu merubah pernyataan bahwa “Islam positif dalam hal seks.” Kita sudah merubahnya dalam satu hal – yaitu positif dalam hal seks lewat sudut pandang lelaki belaka: Seluruh sistem hukum etika yang dibesar-besarkan oleh para ulama didapatkan utk kepentingan kaum pria belaka. Kita perlu mengubah nya dalam dua cara lagi. Islam mungkin seks positif tapi bukan tanpa batasan yang mana pelanggaran terhadap batasan tsb bisa mendapat hukuman mati. Kita akan melihat aspek ini belakangan. Terakhir, dalam sikapnya akan kesucian dan kenajisan kita temukan sebuah fobia yang sangat negatif; dan utk inilah sekarang kita telaah.

“Jika kamu kotor maka bersihkan dirimu,” kata Quran 5.6. Perasaan kotor yang ringan dihasilkan dari, contoh, menyentuh penis sendiri perlu melakukan wudhu. Yang berat termasuk membersihkan seluruh tubuh, dan seperti sang nabi katakan, “Mereka yang membiarkan satu rambut saja tidak tercuci akan sama-sama dihukum di neraka.” Kenajisan berat ini bisa berasal dari kontak yang berhubungan dengan unsur seksual; terkena sperma (pria atau wanita – muslim percaya wanita juga mengeluarkan sperma atau cairan ketika orgasme); bersetubuh; sodomi; anu dg binatang; mens; demam setelah melahirkan; emisi malam hari. Tidak ada masalah moral terlibatkan, fakta sederhana seperti bersetubuh dianggap najis – baik yang halal ataupun haram tidak masalah. Contoh, ulama mengeluarkan pertanyaan: Apakah puasa seseorang yang bersetubuh ditengah hari dengan anak lelaki atau wanita asing itu sah? Jawaban: Jika tidak terjadi orgasme ketika puasa maka puasanya masih sah. Tentang dosa sama sekali tidak disinggung. Juga tentang kesehatan. Najis ringan artinya membuat orang itu tidak bisa sholat, tidak boleh keliling kabah atau menyentuh Quran. Orang yang dianggap kotor selain dilarang hal2 diatas juga tidak boleh membaca Quran atau masuk ke Mesjid. Semua fungsi2 tubuh yang alami sepertinya menjadi sumber kenajisan. Hukum islam penuh dengan rincian2 omong kosong yang hanya bisa dijelaksan sebagai obsesional dan mungkin termasuk sakit syaraf. Seperti Bouhdiba nyatakan[23] Masyarakat muslim telah menghasilkan pria dan wanita yang dibuat sakit akan kebersihan; seluruh masyarakatnya merasa demikian. Menghubungkan seks dengan kenajisan hanya bisa dijelaskan sebagai hal negatif, meski tentu saja kita sadar bahwa hukum2 najis ini menjadi bagian penting dalam masuknya individu kedalam sebuah masyarakatnya.

Kita sudah tahu bagaimana seorang wanita yang sedang mens dianggap kotor dan dilarang puasa, sholat, mengelilingi kabah, membaca atau bahkan menyentuh Quran, masuk mesjid atau seks dengan suaminya. Ini bukan semata karena kondisi rawan sang wanita seperti para pembela muslim modern jelaskan agar kita percaya – tapi lebih karena si wanita dianggap najis makanya dilarang ini semua.

Quran lagi dan lagi memerintahkan para wanita agar saleh dan paling utama patuh – pada tuhan dan suami: surah 4.34. Wanita saleh itu patuh. Wanita diharapkan utk tunduk, pada tuhan, pada agama, agama yang diucapkan, dikembangkan dan ditafsirkan oleh kaum pria. Wanita secara total dikeluarkan dari pertimbangan religius apapun: Surah 16.43 “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui,”

Para pembela muslim modern telah membesar-besarkan klaim tentang peran istri2 nabi dalam penyebaran agama. Dalam kenyataannya peran ini dibatasi atau tidak ada sama sekali. Quran hanya meminta istri nabi utk tinggal dirumah. Tamu2 Muhammad dilarang bicara langsung pada sang istri.

Surah 33.32-33 “Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik, dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya.”

[33.53] Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah-rumah Nabi kecuali bila kamu diizinkan untuk makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak (makanannya) , tetapi jika kamu diundang maka masuklah dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi lalu Nabi malu kepadamu (untuk menyuruh kamu ke luar), dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar. Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak (pula) mengawini istri-istrinya selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan itu adalah amat besar (dosanya) di sisi Allah.

Kapan dan bagaimana bisa istri2 ini mengajar dalam kondisi demikian? Pastinya tidak ada disebutkan dalam Quran yang membatasi mereka hanya utk mematuhi Tuhan dan Rasulnya utk bertindak sopan dan mengancam mereka jika tidak patuh.

[33.30-31] Hai istri-istri Nabi, siapa-siapa di antaramu yang mengerjakan perbuatan keji yang nyata, niscaya akan dilipat gandakan siksaan kepada mereka dua kali lipat. Dan adalah yang demikian itu mudah bagi Allah. Dan barang siapa di antara kamu sekalian (istri-istri Nabi) tetap taat pada Allah dan Rasul-Nya dan mengerjakan amal yang saleh, niscaya Kami memberikan kepadanya pahala dua kali lipat dan Kami sediakan baginya rezeki yang mulia.

Bisa dibilang bahwa wanita tidak berperan dalam perkembangan dogma muslim.

Ketidaksetaraan antara wanita dan pria[24] dalam masalah memberi kesaksian atau bukti; atau menjadi seorang saksi yang dinyatakan dalam Quran surah 2.282 (dikutip diatas).

Gimana bisa para pembela muslim membenarkan ayat diatas? Para penulis baik pria maupun yang wanita menunjuk pada dugaan perbedaan psikologis yang ada antara wanita dan pria. Quran (alias Tuhan) dalam kebijakannya sudah tahu bahwa wanita lebih sensitif, emosional, sentimental, mudah terharu, mudah dipengaruhi karena ritme biologis mereka dan kurang bisa menilai. Tapi selain itu mereka juga punya ingatan yang kurang. Dengan kata lain para wanita itu secara psikologis lebih rendah. Argumen yang demikianlah yang dipakai oleh para akademisi muslim – pria dan, herannya, akademisi muslim wanita seperti Mrs. Ahmad Jamal, Ms. Zahya Kaddoura, Ms. Ghada al-Kharsa dan Ms. Madiha Khamis. Seperti yang ditunjukkan oleh Ghassan Ascha, absurditas dari argumen mereka sudah jelas.

Kesaksian dari dua orang yang dianggap cacat tidak sama dengan kesaksian dari satu orang yang kepandaiannya berfungsi dengan sempurna – Itulah matematikanya islam! Dengan logika ini, jika kesaksian dari dua orang wanita sama harganya dengan kesaksian satu lelaki, maka kesaksian dari empat wanita harusnya seharga dengan dua lelaki, yang mana dengan demikian bisa kita pakai utk menggantikan kesaksian kaum pria. Tapi tidak! Dalam islam aturannya adalah jangan menerima kesaksian dari wanita saja dalam hal2 yang secara teoritis dipakai juga oleh kaum lelaki. Dikatakan bahwa Nabi tidak menerima kesaksian para wanita dalam hal2 seperti pernikahan, perceraian dan hudud.


Hudud adalah hukuman yang diterapkan oleh Muhammad dalam Quran dan Hadits utk:

(1) Zinah pertama (melibatkan dua orang yang sudah menikah) – dirajam sampai mati;
(2) Zinah kedua (yg melibatkan orang yang belum menikah) – Cambuk 100 kali;
(3) tuduhan palsu akan zinah thd orang yang sudah menikah – delapan puluh kali cambukan
(4) Murtad – Mati!
(5) Minum arak – delapan puluh kali cambukan
(6) Pencurian – potong tangan
(7) Perampokan dijalan – potong tangan dan kaki; perampokan dg pembunuhan – mati, pakai pedang atau disalib.

———— –
[13] Ibid., hal.38f
[14] Ibid., hal.41
[15] Dikutip dalam Tannahill, hal.233-234
[16] Ascha, Ghassan. Du Status inferieur de la Femme en Islam. Paris, 1989, hal.49f
[17] Bousquet, G.H. L’Ethique sexuelle de l’Islam. Paris, 1966. hal.118
[18] Ibid., hal.156
[19] Ascha, Ghassan. Du Status inferieur de la Femme en Islam. Paris, 1989, hal.58
[20] Bouhdiba, Abdelwahab. La Sexualite en Islam. Paris, 1975. Hal.217-218
[21] Burton, Richard. The Book of the Thousand Nights and a Night. 17 vols. London, n.d. Hal.279, vol. v
[22] Dikutip dalam karya Bouhdiba, hal.95-96
[23] Bouhdiba, Abdelwahab. La Sexualite en Islam. Paris, 1975. Hal.59-74
[24] Ascha, Ghassan. Du Status inferieur de la Femme en Islam. Paris, 1989, hal.63f

____________ _____
Para Muslim tidaklah bodoh. Mereka bisa melihat bahwa Islam adalah salah. Mereka tahu ayat2 Quran bertentangan satu sama lain. Mereka tahu Islam bertentangan dengan kecerdasan manusia dan tidak masuk akal, tapi mereka begitu terjebak di dalamnya sehingga mereka tidak bisa meninggalkannya. Mereka memaksa diri mereka untuk percaya, karena tanpa itu, mereka bagaikan tersesat.
- Ali Sina

Tidak ada komentar:

Posting Komentar