Sabtu, 13 Februari 2010

POLYGAMI, KEINDAHAN RUMAH TANGGA ISLAM

Kita sering berasumsi dan sesumbar bahwa di tengah iklim poligami pun, istri-istri Rasulullah tetap bahagia dan rumah tangganya sakinah, mawaddah dan warohmah.

Namun kenyataannya ternyata tidaklah demikian;

Ayat yang cukup "kontroversial" dalam Quran mengenai Poligami adalah Surah An Nisaa ayat 3 dimana disebutkan bahwa kawinilah dua, tiga, atau empat dari wanita lain (merdeka) dengan syarat bisa berbuat adil. Jika takut tidak bisa berbuat adil maka kawini satu saja (wanita merdeka) atau kawini budak-budak yang dimiliki sebanyak mungkin. karena memang budak / pembantu hanyalah barang kepemilikan (property) untuk dinikmati.

Quran 4:3
Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.

Tetapi Al Quran juga mengatkan bahwa tidak mungkin seorang pria bisa berlaku adil pada istri-istrinya walaupun mereka sangat ingin berbuat demikian:

Quran 4:129
Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Dengan demikian menurut pemahaman kita selama ini, tentunya Nabi Muhammad pasti sudah memenuhi syarat yang ditetapkan dalam dua ayat Quran tsb di atas 4:3 dan 4:129. Jadi Nabi Muhammad berlaku sangat adil terhadap isteri-isterinya dan tidak memihak atau pilih kasih terhadap isteri-isterinya sesuai ayat tsb, bukan?

Tapi jika kita membaca hadist2 berikut dengan cermat, maka bisa dilihat bahwa Nabi Muhammad sebenarnya tidaklah adil dan malah cenderung pilih kasih, dan Muhammad pun mengakui hal itu dengan mengatakan: "Sesungguhnya wahyu tidak turun kepadaku ketika aku berada dalam kain seorang wanita (istri) kecuali Aisyah"

Terjadi persaingan antar para istri,

Sahih Bukhari, 47:755
Dikisahkan Urwa berdasarkan perkataan Aisyah: Istri-istri Rasulullah terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama terdiri atas Aisyah, Hafshah, dan Saudah. Sementara kelompok kedua terdiri atas Ummu Salamah dan istri-istri Rasulullah yang lain. Semua kaum muslimin sudah sama-sama tahu betapa cintanya Rasulullah kepada Aisyah.



Apabila ada salah seorang sahabat yang mempunyai hadiah yang akan dia berikan kepada Rasulullah, maka biasanya dia akan menangguhkan pemberian tersebut, sampai Rasulullah sedang berada di rumah Aisyah. Suatu hari ada seorang sahabat yang mengirimkan hadiah kepada Rasulullah ketika beliau sedang berada di rumah Aisyah. Rupanya hal itu diketahui oleh kelompok Ummu Salamah. Mereka berkata kepada Ummu Salamah: "Kamu bicaralah kepada Rasulullah supaya beliau mau menasihati para sahabatnya: 'Barangsiapa yang bermaksud memberikan hadiah kepada beliau, supaya dia berikan saja di rumah istri mana pun beliau berada.'

Ummu Salamah menyampaikan kepada Rasulullah apa yang diusulkan oleh kelompoknya itu. Akan tetapi beliau tidak menanggapi apa yang disampaikan Ummu Salamah itu sedikit pun. Ketika hal itu disampaikan kepada mereka, mereka tidak berputus asa. Mereka mendesak supaya Ummu Salamah mencobanya lagi. Ummu Salamah menurut saja. Sekali lagi dia sampaikan usulan kelompoknya itu kepada Rasulullah di saat beliau tengah berada di rumahnya. Namun Rasulullah juga tidak menanggapinya sedikit pun. Kelompok Ummu Salamah masih juga belum berputus asa. Mereka tetap membujuk Ummu Salamah agar mau melakukannya sekali lagi. Dan lagi-lagi Ummu Salamah menuruti kehendak mereka. Untuk ketiga kalinya Ummu Salamah nmenyampaikan hal itu kepada Rasulullah saw. pada saat beliau berada di rumahnya. Dan kali ini rupanya Rasulullah mau menanggapi. Beliau berkata kepada Ummu Salamah: 'Jangan kamu sakiti aku tentang Aisyah. Sesungguhnya wahyu tidak turun kepadaku ketika aku berada dalam kain seorang wanita (istri) kecuali Aisyah.'

Seketika itulah Ummu Salamah berkata: 'Aku bertobat kepada Allah karena telah menyakitimu, wahai Rasulullah.' Kemudian anggota kelompok Ummu Salamah tersebut memanggil Fathimah putri Rasulullah. Mereka mengutus Fathimah supaya menyampaikan pesan kepada Rasulullah yang isinya: 'Sesungguhnya istri-istrimu mendambakan supaya berlaku adil khususnya menyangkut putri Abu Bakar.' Mendengar pesan yang disampaikan putrinya itu Rasulullah berkata: 'Wahai putriku, apakah kamu tidak menyenangi akan apa yang aku senangi?' Fathimah menjawab: 'Tentu saja ayah.' Fathimah lalu pulang dan menceritakan kepada mereka tanggapan Rasulullah saw. tersebut. Ketika mereka membujuk Fathimah supaya balik lagi menghadap Rasulullah, dia menolak.

Salanjutnya mereka mendesak Zainab binti Jahasy. Meski dengan terpaksa, akhirnya Zainab mau juga menemui Rasulullah dan berkata: 'Sesungguhnya istri-istrimu mendambakanmu supaya berlaku adil dalam memperlakukan putri Abu Quhafah.' Zainab mengucapkan kata-katanya itu dengan suara yang agak keras, sehingga terdengar oleh Aisyah yang kebetulan berada tidak jauh dari tempat itu. Aisyah sempat mencaci maki dalam hati. Kemudian Rasulullah sejenak memandang Aisyah barangkali dia akan berbicara. Akhirnya Aisyah memang terpaksa berbicara untuk menangkis ucapan Zainab, sehingga Zainab terdiam dibuatnya. Selanjutnya Rasulullah kembali memandangi Aisyah dan berkata: 'Sesungguhnya dia adalah putri Abu Bakar..'"


Hadis dibawah ini menceritakan kecemburuan Aisha dan Hafsa terhadap Maria

Sahih Bukhari 43, Nomer 648:
Sang Nabi tidak mengunjungi istri2nya karena Hafsa membocorkan rahasia kepada Aisha, dan sang Nabi berkata bahwa dia tidak akan mengunjungi para istrinya selama sebulan karena dia marah pada mereka ketika Allah membatalkan sumpahnya untuk tidak menyentuh Maria lagi.” Dan akhirnya sebulan penuh hanya tidur bersama Maria.

Dan perlakuan Muhammad kepada isterinya yang kedua Sauda adalah sangat tidak adil dan sangat memojokkan Sauda.

Sauda adalah wanita yang gemuk dan sudah agak tua sehingga Muhammad enggan untuk tidur dengan wanita tersebut. Jatah malamnya terpaksa ia berikan kepada Aisha yang jauh lebih muda dan lezat.

Sahih Bukhari. Vol 3, Book 47. Hadith 766.
Diriwayatkan oleh Aisha: Manakala Rasulullah ingin berpergian, dia akan mengundi siapa isterinya yang akan menemani dia. Dia akan membawa isteri yang namanya terundi. Dia biasanya menetapkan kepada setiap dari mereka satu hari dan satu malam. Tetapi Sauda bint Zam'a melepaskan (gilirannya) siang dan malam dia kepada Aisha, isteri Nabi, demi untuk mencari kesenangan Rasulullah (dengan perbuatan demikian)

Sahih Bukhari. Vol 7, Book 62. Hadith 139.
Diriwayatkan oleh Aisha: Sauda bint Zam'a melepaskan giliranya pada saya (Aisha) dan jadi Nabi memberi saya (Aisha) kedua hari saya dan hari dari Sauda.

Sahih Bukhari. Volume 4, Book 55, Number 623:
Diriwayatkan Abu Musa: Rasulullah berkata, "Banyak di antara lelaki mencapai (level) kesempurnaan tetapi tidak ada antara wanita yang mencapai level ini kecuali Asia, isteri Pharaoh, and Maryam, anak Imran. Dan tidak ada keraguan, keunggulan Aisha dari wanita lain seperti keunggulan Tharid (i.e. masakan dari daging dan roti) daripada masakan lain."

Kata Nabi; Aisha lebih unggul dibandingkan istri2 nabi lainnya. Apanya yang lebih unggul?

Hafsa ngambek karena Muhmmad pilih kasih terhadapnya!!

Umar bin Khattab Menasehatkan Hafsah agar Tabah Bila Muhammad Lebih Menyukai Aisyah

Sahih Bukhari, Volume 3, Book 43, no 648
Dikisahkan oleh Umar bin Khatab; Jangan tergoda untuk meniru temanmu (Aisha) karena dia lebih cantik daripada kamu dan lebih dicintai Nabi.’”

dan...

Sahih al-Bukhari, Volume 7, Book 62, no 145
Dikisahkan oleh Ibn Abbas: Umar berkata pada Hafsa, " O putri ku! Jangan kau disesatkan oleh tingkah laku orang yang bangga akan kecantikannya, oleh karena cinta Rasulullah kepadanya." (maksudnya Aisha). ' Umar menambahkan, " Kemudian aku bercerita kepada Rasul Allah akan hal itu dan ia tersenyum ( karena mendengar itu)."

Ketidakpuasan Atas Poligami Muhammad

Muhammad melanggar sendiri Quran surat an-Nisaa’ 4:3 dengan poligami lebih dari empat. Menurut Qurat surat al-Ahzab 33:51, Muhammad boleh memilih semaunya kapan dan dengan istri yang mana saja ia mau menghabiskan waktu sekehendak hasratnya. Akibatnya, Aisyah, istri kanak-kanaknya, merasa tertekan atas perilaku egois Muhammad dan betapa gegabahnya si Allah memenuhi kemauan dan nafsu nabiNya:

Sahih Bukhari, Volume 6, Book 60, Number 311
Diceritakan oleh Aisha: Aku memandang rendah wanita2 yang memberikan dirinya kepada rasulullah dan aku katakan, "Dapatkah seorang wanita memberikan dirinya kepada seorang laki2 ? Tetapi ketika Allah mengungkapkan: "Kamu (Muhammad) dapat menunda giliran kepada saja yang kamu kehendaki atas istrimu, dan kamu boleh menerima siapapun yang kamu inginkan…" ( 33.51)
Aku berkata (kepada Nabi), " Aku merasakan bahwa ALLAHMU BERTINDAK CEPAT UNTUK MEMENUHI NAFSU DAN KEINGINANMU”

Para istri Muhammad tidak bahagia dengan kondisi rumah tangganya!!

Menurut muffasir Quran Abdullah Yusuf Ali, ayat s.66:1 muncul dilatarbelakangi peristiwa berikut:

Rumah tangga Nabi tidaklah sama dengan rumah tangga lain. Istri-istri nabi diharapkan untuk menjaga suatu yang standard lebih tinggi di dalam sikap, cara bicara dan perilaku dibanding wanita-wanita biasa, mereka mempunyai tugas lebih keras untuk melaksanakan… Tetapi bagaimanapun mereka adalah manusia, dan tunduk kepada kelemahan sifat wanita mereka, dan mereka kadang-kadang gagal. Komentator lain pada umumnya mengutip peristiwa berikut dalam hubungan dengan penurunan ayat2. Hal itu diceriterakan dari Aisha, isteri Nabi yang kudus oleh Bukhari, Muslim, Nasai, Abu Dawud dan yang lainnya, bahwa Nabi yang kudus pada umumnya mengunjungi semua isterinya sehari-hari. “.Suatu kali setelah salat Asr ia tinggal lebih lama dibanding umumnya di rumah Zainab bint Jash, karena dia telah menerima beberapa madu dari suatu tempat dimana Nabi yang kudus amat menyukainya. "Karena ini," Aisha berkata, " Aku merasakan cemburu, dan Hafsa, Sauda, Safiya, dan kami semua menyetujui bahwa ketika Nabi mengunjungi kami masing-masing dari kita akan menceritakan kepadanya bahwa ada suatu bau ganjil yang datang dari mulutnya sebagai hasil apa yang telah Nabi makan, karena kami mengetahui bahwa Nabi sangat sensitip ke terhadap bau yang menyengat".

Maka ketika isterinya mengisyaratkan itu, Nabi berjanji bahwa ia tidak pernah akan lagi menggunakan madu. Setelah itu diturunkan ayat bahwa Nabi tidak boleh mengharamkan apa yang sudah dihalalkan oleh Allah. (Abdullah Yusuf Ali, Holy Qur’an: Translation and Commentary, fn. 5529)
**
Allah sekali lagi menegaskan bahwa Muhammad tidak boleh mengharamkan apa yg dihalalkan baginya, alias nabi tidak perlu mematuhi janjinya kepada istrinya2. Bahwa ia tidak lagi akan berlama2 mencicipi 'madu' nya Zainab.

Aisyah Sendiri Mengatakan, bahwa Muslimah adalah Wanita yang Paling Tidak Berbahagia Dibandingkan Perempuan Manapun!!

Sahih al-Bukhari, Volume 7, Book 72, Number 715
Diceriterakan oleh Ikrima: Rifa'a menceraikan isterinya lalu sesudah itu Abdurrahman bin Az-Zubair Al-Qurazi menikahinya. Aisha berkata bahwa wanita tersebut datang, memakai kerudung hijau dan mengeluh kepadanya tentang suaminya dan menunjukkannya suatu bintik hijau pada kulitnya yang disebabkan oleh pukulan. Adalah kebiasaan wanita untuk mendukung satu sama lain, maka ketika Rasul Allah datang, ' Aisha berkata, "Aku belum melihat wanita manapun yang begitu menderita seperti yang dialami para Muslimah. Lihat! Kulitnya lebih hijau dibanding pakaiannya!"

Aisha, istri kesayangan rasul saja mengatakan demikian…

Ditempeleng Ketika Minta Uang
Abu Bakar menempeleng Aisyah dan Umar menempeleng Hafsah. Muhammad cuma tertawa:

Jabir bin Abdullah melaporkan: … Dia (Umar) berkata: Aku akan berkata sesuatu yang akan membuat Nabi tertawa, maka ia berkata: Rasulullah aku harap kamu telah melihat putri Khadija ketika dia meminta kepadaku beberapa uang, dan aku bangun DAN MENAMPARNYA. Rasulullah tertawa dan berkata: Mereka ada di sekitar aku seperti yang kau lihat, meminta uang ekstra. Abu Bakr kemudian bangun menghampiri Aisha DAN MENAMPARNYA pada leher, Umar yang diberdiri di depan Hafsa kemudian menamparnya dan berkata: Kamu minta Rasulullah yang tidak ia miliki... Mereka berkata: Demi Allah, kita tidak minta rasulullah apapun yang tidak ia miliki… (Sahih Muslim 3506)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar