Senin, 22 Februari 2010

Mosab Hassan Yousef

Sejenak sebelum makan malam, Mosab Hassan Yousef, anak dari ketua Hamas di Tepi Barat yakni Sheikh Hassan Yousef, memandang pada temannya yang menemaninya makan di restoran tempat mereka bertemu. Mereka membisikkan beberapa patah kata dan lalu mengucapkan doa syukur, berterima kasih pada Tuhan Yesus karena menyediakan makanan di meja makan mereka.

Butuh beberapa detik untuk mencerna pemandangan ini: anak dari ketua Hamas yang merupakan tokoh terkenal dari organisasi Islam ekstrimis, seorang pemuda yang membantu bapaknya selama bertahun-tahun dalam aktivitas politiknya, sekarang malah murtad dan jadi Kristen. "Sekarang aku bernama Joseph," katanya.

Masab tahu bahwa dia tidak punya banyak harapan kembali ke tanah suci (Palestina) di dalam hidupnya sekarang.

"Aku tahu kok aku membahayakan nyawaku dan bahkan kemungkinan besar aku kehilangan ayahku, tapi aku berharap dia akan mengerti hal ini dan Tuhan akan memberi dirinya dan keluargaku kesabaran dan kemauan untuk membuka mata mereka pada Yesus dan Kristen. Mungkin suatu hari nanti aku bisa kembali ke Palestina dan juga ke Ramallah bersama Yesus, di Kerajaan Tuhan.."

Dia juga tidak menutupi rasa kasihnya pada Israel, atau kebenciannya akan semua hal yang mewakili lingkungan di mana dia dibesarkan: negaranya, agamanya, organisasinya.

"Kirim salam ya kepada Israel, aku rindu padanya. Aku menghormati Israel dan mengagumi negara itu," katanya.

"Kalian para Yahudi harus waspada: Kalian tidak akan, tidak akan pernah bisa berdamai dengan Hamas. Islam, ideologi yang mereka anut itu, tidak memperbolehkan mereka mengalami perdamaian dengan kaum Yahudi. Mereka percaya pada hadis yang mengatakan Nabi Muhammad berperang melawan Yahudi sehingga mereka pun harus melanjutkan peperangan itu sampai mati."

Apakah ini sebabnya para Muslim melakukan serangan bunuh diri?

"Lebih dari sekedar itu sih. Seluruh masyarakat muslim memuliakan kematian dan teroris bunuh diri. Di dalam budaya Palestina, teroris bunuh diri jadi pahlawan syahid. Para Sheikh mengajarkan pada para muridnya tentang 'kepahlawanan dalam syahid'."

Meskipun banyak kritik datang dari tempat asalnya, California yang sekarang jadi tempat tinggalnya, tidak dapat menghilangkan kerinduan hatinya.

"Aku rindu Ramallah," katanya. "Orang-orang yang berpikiran terbuka… Aku terutama merindukan ibuku, saudara lelaki dan perempuanku, tapi aku tahu bahwa akan sulit sekali bagiku kembali ke Ramallah saat ini."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar