Selasa, 25 September 2012

Tuhan Telah Membuka Mataku


Kesaksian ini ditulis dengan harapan apa yang saya alami, kiranya bisa menjadi berkat baik bagi mereka yang telah percaya maupun yang belum percaya.

Sebelum saya percaya kepada Isa Almasih sebagai Tuhan dan Juruselamat, saya adalah seorang Muslimah, berlatar belakang dari keluarga Muslim dan dibesarkan di Pondok Pesantren Miftahul Huda, Sukabumi Jawa Barat. Dari apa yang saya yakini dan pelajari selama itu, saya tumbuh menjadi seorang Muslimah yang fanatik dan anti-Kristen, dan menjebak bahkan mendebat orang Kristen paling hobi.

Berteriak-teriak di depan gereja dengan berkata: “Maria, dipanggil Yesus cuek saja” pun pernah saya lakukan. Karena saya merasa bahwa apa yang saya yakini waktu itu, adalah paling benar dan diridhoi Allah SWT, sesuai dengan Qs. Ali Imran 19 yang berbunyi: Innaddinna indallaahil Islam (Sesungguhnya agama (yang diridhoi) di sisi Allah hanyalah Islam).

Di luar Islam semuanya saya anggap sesat, apa lagi orang Kristen, kafir, karena Allahnya ada tiga: Tuhan Bapa, Tuhan Anak dan Tuhan Roh Kudus. Tapi alhamdullilah saya tidak pernah sampai membunuh orang Kristen.

Dan mengapa saya bisa percaya kepada Isa Almasih sebagai Tuhan dan Juruselamat? Walaupun saya bangga dengan apa yang saya yakini dulu, tapi kalau bicara tentang hari penghakiman, itu hal yang paling menakutkan dan paling ngeri buat saya, karena saya tidak tahu pasti, kalau saya mati apakah mendapat rahmat Allah (masuk surga) atau laknat Allah (masuk neraka), karena saya hanyalah manusia biasa yang tidak pernah luput dari kesalahan dan dosa.

Dari Sukabumi saya hijrah ke Bandung untuk belajar ketrampilan. Di kota kembang ini saya tinggal di pondokan atau kost. Teman-teman saya kebanyakan orang Kristen dan kebiasaan saya yang dulu tidak pernah berubah, menjebak dan mendebat orang Kristen masih sering saya lakukan dan saya tetap benci pada orang Kristen.

Entah kenapa suatu hari saya ingin membaca Alkitab punya teman, dan ketika membuka kitab Kejadian ada tertulis “Allah menciptakan manusia dari tanah...” Saya heran, kok sama dengan Al Qur'an, padahal Injil itu kan sudah dipalsukan dsbnya, dan bahwa orang Kristen itu adalah orang ‘kafir’.

Berawal dari penasaran itu saya mencari teman untuk pergi ke gereja. Saya ingin tahu dan ingin menyelidiki bagaimana orang Kristen beribadah. Benar saya masuk gereja dan kali pertama itu saya tidak bisa menahan rasa haru dan sedih, saya menangis hingga kebaktian selesai. Batin saya berontak antara merasa telah melakukan dosa murtad dan percaya, murtad karena masuk gereja dan percaya kepada Tuhan.

Minggu-minggu berikutnya, saya selalu ingin dan rindu untuk datang ke gereja lagi, dan selama empat bulan saya suka ke gereja, tapi selama itu saya tidak mau berdoa dalam nama Yesus atau Isa Al-Masih. Saya percaya kepada Allah tapi tidak percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan sebagai Anak Allah karena saya punya anggapan yang menyanggah keberadaan itu, yaitu surat Al Ikhlas yang berbunyi:
Qul huwallahu ahad (Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa”)
Allaahush shamad  (Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu)
Lam yalid wa lain yuulad: (Dia tidak beranak dan tidak (pula) diperanakkan)
Wa lam yakul lahuu kufuwan ahad: (Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.)

Meskipun saya ke gereja tapi kewajiban saya selaku orang Muslim untuk shalat lima waktu tetap saya kerjakan. Hingga pada suatu hari saya jatuh sakit; sesudah dua minggu sakit dan tidak ada tanda-tanda membaik, akhimya pada hari minggu ketiga, ketika seorang harnba Tuhan mengajak berdoa melalui televisi saya spontanitas ambil Alkitab dan tiba-tiba Alkitab terbuka sendiri. Di situ, Tuhan beri ayat untuk saya dan saya ingat sekali ayat itu:
“Seorang dara yang menderita pendarahan selama 12 tahun ketika Almasih ‘Isa lewat dia menjamah jubahNya, dia percaya dengan menjamah jubahNya dia akan sembuh.”
Saya pikir itu kok sama dengan saya. Akhirnya saya tantang Yesus, saya berdoa: “Ya Rabbi 'Isa kalau memang Engkau Tuhan dan bisa menyembuhkan segala macam penyakit, sembuhkanlah saya,” dan mujizat terjadi besoknya, saya telah sembuh.

Akhirnya saya kaji lagi surat Al-Ikhlas yang menjadi sanggahan untuk percaya tentang Isa Al-Masih itu dan saya bandingkan dengan kisah kehidupan Isa Putra Maryam, dari mulai kelahiran, mujizat-mujizatNya, sampai kepada kematian dan kebangkitanNya kembali bahkan kedatanganNya yang kedua kali. Yang lebih melekat di hati saya, adalah Isa Putra Maryam bisa menghidupkan orang yang sudah mati, kalau manusia bisa seperti itu, dia pasti takabur apalagi kalau tidak ada dasar kasih dalam hatinya. Di samping itu, yang berkuasa atas hidup matinya manusia hanya Penciptanya sendiri yaitu Allah.

Dari kesemua ayat-ayat Al-Ikhlas itulah saya bisa membuktikan kalau Isa (Yesus) itu adalah Allah. Tuhan bukakan mata rohani saya, yang selama ini tertutup oleh illah-illah zaman ini dan saat itu bisa percaya bahwa Isa Almasih (Yesus Kristus) tidak hanya nabi tapi Dia juga benar-benar Tuhan Yang Maha Kuasa.

Pada suatu hari saya butuh legalisir ijazah saya di Sukabumi untuk melanjutkan sekolah di Bandung. Saya harus pergi ke sekolah saya yang dulu, di mana saya sekolah dan nyantri. Ketika saya minta legalisasi, entah kenapa surat kelakuan baik saya dari Kepolisian terbaca oleh mereka dan di situ agama saya tertulis Kristen Protestan sedangkan ijazah saya dari Tsanawiyah. Akhirnya bukan menerima legalisasi tapi malah berdebat dengan guru-guru dan Ustad saya. Akhirnya saya pulang ke Bandung dengan tangan hampa.

Setelah saya bisa percaya bahwa Isa itu Tuhan dan Rabboni, tantangan pertama malah datang dari orang Kristen sendiri. Saya dulu menilai orang-orang Kristen yang suka ke gereja itu baik-baik karena ada ajaran kasih tapi ternyata tidak. Saya pernah dimaki-maki dan diolok-olok“Kamu jadi Kristennya pura-pura, mana mungkin orang pesantren bisa masuk Kristen, dasar tukang pelet, tukang santet dll”.

Dari kesedihan itulah saya ingin pulang ke rumah untuk mengadu ke orang tua saya. Tapi apa yang saya dapatkan ketika saya sampai di rumah, semua keluarga menjauhi. Saya heran, kenapa semuanya berubah seperti ini, bahkan ketika orang tua saya bilang: “Kamu dikasih apa sih sama mereka, sampai kamu bisa menjual agama kamu dan masuk Kristen?” Saya kaget orang tua saya tahu dari mana? Dan dikiranya saya masuk Kristen dikasih supermi atau dikasih apa saja sama gereja, seperti apa yang mereka sangka selama ini, bahwa orang Islam masuk Kristen dirayu atau dikasih uang atau pula dikasih makanan.

Dan caci maki pun keluar. Ayah saya bilang: “Aku tidak pernah menyangka kamu bisa jadi kayak gini. Kalau kamu berbuat dosa kayak apapun masih bisa diampuni tapi ini dosa murtad, dosa yang tidak bisa diampuni lagi. Dulu aku bangga kamu bisa ngajar ngaji, dipakai di masyarakat tapi sekarang tidak ada artinya lagi. Aku sampai disidang oleh ketua yayasan dan guru-guru disitu dimaki-maki gara-gara kamu masuk Kristen. Kamu benar-benar telah mencemarkan nama baik Pesantren sampai bisa masuk Kristen. Entah ditaruh di mana mukaku dan nama baik keluarga ini oleh kamu. Kamu ini kalau binatang, pasti sudah dibunuh saking sudah benar-benar mencemarkan nama baik. Sampah di pinggir jalan masih ada harganya, tapi kamu tidak ada harganya sama sekali. Dan biar kamu tahu, nama kamu itu sudah ayah masukkan proposal dan dikirim ke Menteri Agama.”

Untuk apa??? Tanyaku. “Biar suatu saat kalau terjadi apa-apa sama kamu, saya sebagai orang tua sudah tidak mau bertanggung jawab lagi gara-­gara kamu masuk Kristen.” Demikian jawab ayah.

Bagaikan disambar geledek di siang bolong. Kenapa mereka tega seperti itu? Dan lengkaplah sudah penderitaan saya waktu itu, rupanya setelah kejadian legalisasi ijazah, ketua yayasan langsung memanggil orang tua saya, hingga akhirnya mereka sepakat nama saya dimasukkan proposal dan dikirim ke Departemen Agama. Setelah tahu seperti itu, saya tidak ada pilihan lain lagi selain pergi dari rumah dan bertekad dalam hati “Ya Rabboni 'Isa, saya tidak akan meninggalkan Engkau, walau pun orang tua dan saudara  saya mengabaikan saya. Hanya padamulah Tuhan aku serahkan segala bebanku ini”. Tuhan Allah telah amat baik kepada diri saya. Walau pun saya telah pergi tanpa dibekali apa-apa oleh ibu dan bapa, Tuhan Allah Bapa surgawiku tidak pernah mengabaikan saya! Halleluyah! Alhamdullilah! Sejak saat itu Allah Bapa surgawilah yang telah membekali saya setiap kali baik dari segi rohani dan fisikal, dan Dia tidak pernah mungkiri janji-janjiNya kepada setiap domba-dombanya termasuk saya!

Sehingga akhirnya tibalah waktunya bagi saya untuk menyatakan iman percaya saya kepada Al-Masih 'Isa sebagai Tuhan dan Juruselamat saya melalui Baptisan Kudus di gereja GKI Jabar di Bandung pada bulan Desember 1994, setelah selama sembilan bulan belajar katekisasi. Setelah selesai baptisan itu saya berdoa, “Tuhan, terima kasih karena Engkau telah memeteraikan saya, tetapi saya tidak ingin hanya saya saja yang selamat, saya pun ingin keluarga dan saudara-saudara saya diselamatkan, dan saya ingin menjadi Penginjil, untuk memberitakan kabar keselamatan yang berasal dari Engkau seperti yang telah saya terima.”

Dan ajaib sekali Tuhan kita itu, Dia kirim dua orang ibu dengan membawa buku-buku penginjilan banyak sekali, padahal sebelumnya saya tidak pernah mengenal dan sama sekali belum pernah bertemu dengan dua orang ibu itu, dan itu merupakan sukacita yang sangat besar sekali saya rasakan. Itu sebagai jawaban dari doa saya untuk menjadi penginjil, dan puji Tuhan saya diperkenankan belajar di Pusat Latihan 'Christian Centre Nehemia' Jakarta dan dari apa yang saya alami saya menyimpulkan:
1. Tidak ada kekuatiran dalam nama Rabbi 'Isa.
2. Kita tidak bisa bersandar pada kekuatan manusia sekalipun itu orang tua sendiri.
3. Dan keselamatan tidak bisa kita peroleh dengan amal baik kita atau dengan coba mengumpul pahala sebanyak-banyaknya, karena keselamatan itu suatu anugerah dan hanya ada di dalam nama 'Isa Al-Masih.

Demikianlah kesaksian ini saya tulis, sebagai rasa ucapan syukur saya karena Rabboni Al-Masih 'Isa Putra Maryam telah menyelamatkan saya dari lembah dosa dan kegelapan dan yang telah membawa ke dalam terang Allah yang ajaib.
Amin ya robbal alamin,
Hormat kami,
Kartini A.I.

Catatan redaksi:
Dua orang ibu tersebut menemukan alamat yang bersangkutan di suatu toko buku di Bandung. Dua orang ibu itu merasa terbeban dan mencari alamatnya sampai ketemu. Berkat Tuhan! Tuhan sendiri yang menuntun mereka, pasti ketemu.
Hodu ladonai! Puji Tuhan! Halleluya!
Tuhan memberkati mereka semua Amin

Ulasan redaksi:
Kebanyakan orang Muslim, seperti saudara Kartini A.I. banyak membenci dan mendebat orang Kristen, padahal Al Qur'an menyebutkan orang Kristen, orang Nasrani itu persahabatannya paling dekat dengan orang lslam.

1 komentar:

  1. banyak pengikut kristen tidak patuh dgn Tuhan dan kitabnya...mengkuduskan hari sabath malah hari minggu...yesus sunat...dilarang makan babi dll..apa mgkn bisa masuk surga kalau mengingkari perintah Tuhannya sendiri

    BalasHapus