REPUBLIKA.CO.ID, Pada usia 14 tahun, krisis keyakinan dalam diri Webb menjelma pada ketidakpercayaan pada agama yang dipeluknya, dan mulai terlibat kenakalan dan bergabung dengan sebuah geng lokal. Ia juga menjadi seorang DJ hip-hop dan produser lokal yang sukses, serta melakukan rekaman bersama sejumlah artis.
Namun demikian, dengan semua itu, Webb mengaku tak bahagia. "Aku sukses secara materiil, namun secara interal merasa kosong," katanya. Kekosongan itu membuatnya kerap merasa tertekan dan sedih. "Padahal hidupku dikelilingi uang, perempuan, klub, dan geng yang hebat. Semua berjalan dengan baik,' katanya.
Setelah masuk Islam, Webb meninggalkan karirnya di dunia musik yang telah menghidupinya itu. Ia mengikuti gairahnya menyelami dunia pendidikan. Setelah memperoleh gelar sarjananya di University of Central Oklahoma, ia berguru intensif mengenai ilmu-ilmu Islam dari seorang ulama terkenal berdarah Senegal.
Lalu, sejak 2004 hingga 2010, Webb mendalami Islam di Fakultas Syariah Universitas Al-Azhar Kairo. Selama periode tersebut, setelah beberapa tahun belajar bahasa Arab dan hukum Islam di sana, ia menjadi kepala Departemen Penerjemahan Inggris di Darul Iftah al-Misriyyah. Di luar disiplin ilmu yang ditekuninya, Suhaib menyelesaikan hafalan Alqurannya di Makkah, dan telah mendapatkan sejumlah ijazah (lisensi yang menunjukkan standar keulamaan yang tinggi).
Kini, Suhaib Webb adalah Muslim Amerika yang juga dikenal sebagai pendidik, aktivis, dan dosen. Karya-karyanya menjembatani pemikiran Islam klasik dan kontemporer. Ia membidik isu-isu relevansi budaya, sosial, dan politik bagi kelangsungan Muslim di Barat.
Webb juga diminta menjadi imam di Komunitas Islam Oklahoma, di mana ia rutin memberikan khutbah, mengajar kelas-kelas agama, dan menjadi konselor bagi keluarga dan pemuda Muslim di sana. Di luar itu, ia menjadi imam dan pemuka agama bagi komunitas-komunitas di seluruh penjuru AS.
Webb pernah menggalang dana sebesar 20.000 dollar AS untuk janda dan anak-anak pemadam kebakaran yang tewas dalam serangan 11 September. Sebagai mualaf, Webb mengaku hidup di tengah masyarakat non-Muslim di AS bukan hal yang mudah. Di tengah kecurigaan dan islamofobia di kalangan masyarakat AS, ia bertekad untuk terus menunjukkan citra Islam yang sesungguhnya dan menciptakan kehidupan beragama yang harmonis.
Selain itu, Webb telah memberikan kuliah di berbagai belahan dunia termasuk Timur Tengah, Asia Timur, Eropa, Afrika Selatan, dan Amerika Utara. Sepulangnya dari Mesir, ia tinggal di wilayah Teluk, Kalifornia, di mana ia bekerja bersama Komunitas Muslim Amerika sejak musim gugur 2010 hingga musim dingin 2011.
Belum lama ini, ia menerima sebuah posisi sebagai imam Pusat Budaya Komunitas Islam Boston (masjid terbesar di wilayah New England) hingga ia memutuskan untuk membawa keluarganya ke Boston dan menetap di sana.
Pada 2010, Royal Islamic Strategic Studies Center memasukkannya ke dalam daftar 500 Muslim Paling Berpengaruh di Dunia. Dan laman situs internetnya, www.suhaibwebb.com, terpilih sebagai "Blog of The Year" terbaik setahun sebelumnya.
Selasa, 22 Mei 2012
William Suhaib Webb: Mualaf yang Menjadi 500 Muslim Berpengaruh di Dunia (2)
Senin, 21 Mei 2012, 20:46 WIB
.
William Suhaib Webb
Redaktur: Heri Ruslan
Reporter: Devi Anggraini Oktavika
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar