Saya lahir dari keluarga Islam. Ketika masih kanak-kanak, kedua orang tua saya menyatakan menerima Isa Al-Masih sebagai Juruselamat. Setiap hari Minggu, kami beribadah ke gereja.
Dukun, Tempat Keramat, dan Kekristenan
Walaupun orang tua saya mengaku percaya pada Isa Al-Masih, tetapi mereka juga percaya pada dukun dan tempat keramat. Setiap bulan di hari Jumat, kami pergi ke makam leluhur untuk meminta berkah dan perlindungan. Saya menjadi bingung. Sehingga saya tidak mengerti tentang Kekristenan dan keselamatan kekal.
Beribadah Tanpa Mengenal Isa Al-Masih
Setelah menikah, kekristenan saya semakin terpuruk. Sebenarnya saya tidak mengenal Isa Al-Masih. Saya belum mempercayai dan menaati Dia sebagai Tuhan dan Penyelamat! Memang saya melakukan banyak kegiatan Kristiani. Pergi ke gereja setiap hari Minggu, kebaktian doa pada hari Selasa, dan pendalaman Alkitab setiap hari Jumat. Saya berusaha hidup menurut ajaran Alkitab, tetapi selalu gagal. Tetapi saya menganggap diri saya seorang yang cukup baik.
Takut Mati Karena Belum Selamat
Awal tahun 1995, dokter menyatakan saya terkena penyakit leher yang dinamakan “ankylosing spondylitis” dan belum ada obatnya. Juga gangguan pada anggota tubuh lain. Penurunan fungsi tangan dan kaki. Penyakit ini membuat saya takut. Jika suatu saat saya meninggal dunia, saya belum memiliki kepastian keselamatan.
Menerima Isa Al-Masih Setelah Mendengar Ayat Alkitab
Tahun 2002, saya mengambil keputusan untuk belajar Alkitab di sebuah sekolah penginjilan. Suatu hari seorang dosen mengajar dengan tema “hidup kekal”. Diambil dari surat 1 Yohanes 5:13, “Semuanya kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu bahwa kamu memiliki hidup yang kekal.”
Ayat tersebut mendorong saya untuk menerima Isa Al-Masih sebagai Juruselamat saya pribadi. Saya melihat waktu itu sebagai satu-satunya kesempatan bagi saya. Pada saat itu juga, saya mengundang Isa Al-Masih masuk ke hati saya.
Saya Diselamatkan
Dengan iman saya menerima Isa Al-Masih sebagai Juruselamat. Sejak itu saya mengalami Dia benar-benar nyata dalam hidup saya! Hati saya merasa damai dan tidak takut lagi akan kematian.
(Soekarno, Solo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar