Oleh : Fakta 30 Jul, 08 - 3:00 am Sejak 1991 kampus SETIA diprotes warga Manipulasi Izin Bangunan, malah mendatangi DPR, Ancam Dirikan Negara BaruBerikut ini kronologi bentrok warga Pinang Ranti dan Mahasiswa Sekolah Theologi Injil Arastamar seperti yang diceritakan oleh tokoh masyarakat Risman Hadi kepada Suara Islam, Ahad (27/7) kemarin.
Jum'at malam (25/7), diawali dari tertangkapnya mahasiswa yang berada di mess gang melinjo bernama Julius, dipergoki warga karena berusaha mencuri pompa air. Dari rumah warga dia diamankan ke rumah Ketua RW. Kemudian diserahkan ke petugas dan dibawa ke Polsek Pinangranti. Tiba-tiba dari gang melinjo, ada warga melapor ke masjid kalau rumahnya dilempari oleh mahasiswa SETIA. Kemudian, warga ingin mengecek ke mess mahasiswa, ingin tahu alasan mengapa melempari rumah warga. "Ada maling dari pihak mereka, kok seolah-olah mereka nggak terima," ujar Risman.
Pada saat ingin mengecek, ternyata warga sudah disambut dengan batu bata dan balok (di atas balok ada paku tajam). Ini seolah ada desain dimana ada pemicu awal. Kemungkinan maling itu sebagai pemicu.
Warga yang merasa terserang akhirnya mundur. Menunggu petugas datang. Begitu petugas datang, Massa yang ada ingin mengecek lagi kenapa mahasiswa melempari warga, tapi justru dari pihak mahasiswa lebih beringas akhirnya warga melayani. Terjadilah perang timpuk-timpukan. Walhasil warga yang kalah karena warga dari bawah, sementara mereka berada di tingkat 2 mess.
Hari Sabtu (26/7) pukul 1 pagi, massa dari warga kembali ke masjid. Kemudian dari arah bawah datang 6 orang berbaju hitam dan berkulit gelap, memancing kisruh kembali dan dikejar oleh warga. Bentrok kembali terjadi. Mereka mengaku dari polisi, tetapi saat diminta ditunjukkan KTA tidak mau. Hal itu membuat curiga warga, bahwa mereka itu provokator. Mereka pun dikejar oleh warga.
Keenam orang tak dikenal tersebut diduga bersembunyi di asrama mahasiswa putri.Dari dalam asrama, terdengar provokasi dengan kata-kata kasar, maka akhirnya warga spontanitas menyerang asrama. Penyerangan tersebut semata-mata akibat provokasi.
Sabtu siang kondisi aman seperti keseharian biasa. Namun malamnya, bentrok terjadi lagi. Sekitar 8 yang diduga preman dari pihak SETIA terlihat petantang-petenteng bolak-balik di depan Masjid, sedangkan di dalam Masjid ada pengajian. Salah satu dari mereka melempar masjid. Warga pun mengejar mereka.
Delapan orang tersebut masuk kembali ke dalam asrama putri. Ternyata di dalam asrama sudah ada sekitar seratusan orang. Melihat tersebut, warga agresif lagi ingin menangkap orang tersebut. Kemudian terjadi saling menyerang. Warga pada saat itu hanya membawa alat sekadarnya, seperti gagang sapu dan pentungan. Sementara pihak mahasiswa Kristen tampak lebih siap. Hal ini terbukti dengan adanya anak panah yang diarahkan pada warga.
Walhasil 15 orang warga terluka, 2 orang terkena panah (panah tersebut diduga berasal dari kupang). Panah tersebut berbau anyir, dan begitu luka keluar darah hitam. 3 orang petugas terkena batu yang kebanyakan terkena dari belakang. Karena posisi petugas dan warga berhadap-hadapan.
Pihak yayasan kemudian memohon pihak kepolisian mengevakuasi mahasiswa yang berada di sana. "Jadi, selesai bikin masalah, mereka minta evakuasi," kata Risman. Dia pun sempat bersitegang dengan kepolisian, menuntut preman yang berada di dalam asrama mahasiswi tersebut untuk ditangkap.
Bentrok masih terjadi. Akhirnya polisi mengeluarkan gas airmata. Evakuasi dilakukan, dan diduga ada sekitar 100 orang di dalam karena petugas membawa mereka dengan menggunakan 3 truk.
Pantauan Suara Islam langsung dari lapangan di hari Ahad (27/7) siang, kondisi kembali tegang setelah tertangkapnya 2 pemuda berkulit hitam oleh warga. Mereka berusaha masuk ke dalam kampus SETIA. Sementara itu, beredar isu akan datang preman Ambon dan Tanah Abang yang sengaja dipanggil oleh pihak yayasan untuk mengamankan kampus.
Sorenya, Walikota bersama jajaran aparat setempat menggelar rapat. Hasilnya, Walikota berjanji akan mengevaluasi keberadaan kampus SETIA dan jika dimunginkan akan direlokasi dari Pinangranti. Malamnya, pihak kepolisian mengevakuasi sekitar 1300 mahasiswa dari dalam kampus SETIA. [ihsan/www.suara-islam.com]
Kasus Tawuran di Pinang Ranti : SETIA Manipulasi Izin Bangunan Ditengah pemukiman padat, kampus SETIA Manipulasi Izin Bangunan
Jakarta - Izin pembangunan Sekolah Tinggi Theologi Injili Arastamar (SETIA) dinilai bermasalah. SETIA semula izin membuat pagar. Tetapi berubah menjadi bangunan. Warga Kampung Pulo pun komplain.
"Dari tahun 1991-1992, SETIA telah memanipulasi data. Yang berawal dari perizinan pagar berubah menjadi bangunan. Ketika dikomplain warga, dia selalu bilang intimidasi pemerintah," kata Ketua Forum Komunikasi Muslim Kampung Pulo Risman Hadi saat ditemui wartawan di Masjid Baiturrahman, Kampung Pulo, Pinang Ranti, Kecamatan Makassar, Jakarta Timur, Sabtu (26/7/2008).
Menurut dia, warga tidak pernah menerima SETIA untuk berkepentingan bisnis. Alasannya, tidak memungkinkan mendirikan yayasan di tengah pemukiman padat dan mayoritas muslim.
"Lalu dengan banyaknya jumlah mereka sampai 7.400 orang berdasarkan data tahun 2007, ini memancing kerawanan sosial. Terbukti, dari tadi malam kejadian tindak pencurian," ujarnya.
Selain itu, kata Risman, mahasiswa SETIA sering terlibat bentrok antarsuku.
"Mereka melakukan suka-suka mereka. Ini dilakukan di tengah warga saya. Dari awal, sesepuh masyarakat di sini sudah menolak. Karena akan menimbulkan konflik yang lebih global," tutur pria yang mengenakan kaos lengan panjang warna hitam dan sorban warna hitam putih ini.
SETIA didirikan pada 11 Mei 1987. SETIA punya fasilitas yang mampu menampung 1.500 orang. SETIA memiliki 6 program studi yakni Teologi, Pendidikan Agama Kristen, Pendidikan Guru TK/SD (PGTK/PGSD), PGSLTP jurusan matematika dan bahasa Inggris, D3 Akademi Perawatan, dan Sekolah Menengah Teologi Kristen.
Pada tahun 2007, Front Pembela Islam (FPI) pernah demo menuntut SETIA ditutup.(aan/djo/detik)
Mahasiswa SETIA ke DPR, Ancam Dirikan Negara BaruMahasiswa Sekolah Tinggi Theologi Injili Arastamar atau SETIA mengadu ke DPR demi bisa kuliah lagi di kampusnya. Jika tidak dipenuhi, mereka mengancam akan mendirikan negara baru. "Kita minta ada kepastian, kita ingin kembali belajar dengan tenang di sana. Memang di sini kami ini minoritas, tetapi di daerah kami, kami mayoritas. Kami siap mendirikan negara baru," kata salah satu perwakilan dari SETIA dalam audiensi di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (29/7/2008). Sekitar 200 mahasiswa SETIA yang didampingi perwakilan dosen, rektor dan pimpinan Aras Gereja Nasional ditemui perwakilan Fraksi PDIP dan Fraksi PDS di ruang rapat Komisi VII DPR. Menurut koordinator tim Advokasi STT SETIA, Lubis, mahasiswa menuntut kembali ke kampus dan asramanya di Kampung Pulo, Pinang Ranti, Jakarta Timur. Mereka juga meminta DPR menjamin keamanan mereka. "Kami meminta perlindungan keamanan terhadap mahasiswa dan meminta kepastian hukum terhadap kasus ini," kata Lubis. Seorang perwakilan mahasiswa, Maruli, juga mengancam akan bertahan di DPR jika keinginan mereka tidak dipenuhi. "Kami berencana akan tetap bertahan di DPR selama mahasiswa tidak dipulangkan," ujar Maruli. Curhat mereka disimak baik-baik oleh sejumlah anggota FPDIP dan FPDS. Antara lain Ketua Umum PDS Ruyandi Hutasoit dan Ketua FPDS Carol Daniel Kadang. "Masukan ini akan saya teruskan kepada Kapolri, karena saat ini masih membuat langkah-langkah penanganan," kata anggota FPDIP, Gayus Lumbuun.(fiq/gah/detik) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar