Saya dilahirkan dari keluarga yang beragama Islam. Dari tujuh bersaudara, saya anak keenam. Karena kondisi ekonomi keluarga yang serba kurang, maka semasa kecil kami semua tidak mendapat perhatian dari orang tua. Kami seperti dibiarkan begitu saja. Dan sifat keras kedua orang tua kami sangat mempengaruhi kehidupan anak-anaknya.
Keluarga Muslim Yang Suka Ke Dukun
Meskipun memeluk agama Islam, kedua orang tua saya juga menekuni aliran kepercayaan “Pangestu”. Mereka biasa pergi ke dukun-dukun. Hal itu membuat saya juga mengikuti ajaran Pangestu. Namun ketika masih di sekolah dasar, saya belajar agama Islam.
Jadi masa kanak-kanak saya diisi dengan dua macam “iman”. Iman agama Islam dan perdukunan. Sekarang saya heran bagaimana kedua macam “iman” itu bisa berdampingan dengan “rukun.”
Praktek Perdukunan
Saya ingat betul suatu hari orang tua saya pergi ke dukun. Tujuannya untuk meminta rejeki tambahan.
Sang dukun memberi sebuah kotak kayu kecil. Dan setiap minggu orang tua saya diminta mengadakan semacam ritual. Mereka harus memberi bunga pada kotak itu sambil membakar kemenyan.
Saya ikut-ikutan membakar kemenyan. Minggu demi minggu kami melakukan itu. Tetapi apa hasilnya?
Neraka Dalam Keluarga
Walaupun kemenyan dibakar terus, tetapi kondisi ekonomi orang tua saya tidak mengalami kemajuan. Bahkan dalam keluarga sering timbul pertengkaran. Ayah bertengkar dengan ibu. Orang tua bertengkar dengan anak-anak.
Di rumah tidak ada damai. Setiap hari rumah kami terasa begitu panas karena penuh dengan ketegangan. Saya jadi tidak betah tinggal di rumah. Akibatnya saya lebih senang tinggal di rumah teman-teman saya.
Al-Quran Menyebut-Nya Isa Al-Masih
Sekitar waktu itu, kakak laki-laki saya mempunyai beberapa teman Kristen. Mereka mengajak kakak saya ke gereja. Dan di sana kakak saya mengenal Isa Al-Masih. Lalu dia memperkenalkan Isa Al-Masih kepada kami sekeluarga. Kedua orang tua saya bertobat dan menerima Isa sebagai Juruselamat.
Mulai saat itu saya pun diajak ke gereja. Tetapi tidak ada yang membimbing saya pada Isa. Persoalan saya ialah, saya orang berdosa tetapi saya membiarkan Isa Al-Masih berada di luar hati saya. Ini membuat saya tidak mengerti, mengapa saya sering merasa kecewa. Saya berpikir Tuhan tidak mengasihi dan mengabaikan saya.
Keputusan Yang Mengubah Hidup Saya
Ketika kuliah saya di universitas hampir selesai, saya berteman dengan seorang Kristen. Dia menolong menyadarkan saya, bahwa Isa Al-Masih benar-benar mengasihi saya. Segera saya mengambil keputusan terpenting dalam hidup saya. Dengan iman saya menempatkan Isa dalam hati saya.
Rasanya seperti saya hidup kembali dan mulai berjalan dengan tujuan baru. Hidup jadi dipenuhi sukacita karena beban dosa telah terlepas selamanya!
Melayani Isa Al-Masih
Beberapa tahun kemudian, setelah menikah saya masuk sebuah sekolah khusus untuk melayani Tuhan. Di sana saya belajar Alkitab, firman Tuhan yang tertulis. Saya jadi semakin mengenal Isa Al-Masih. Ternyata Dia tidak pernah mengabaikan saya.
Saya orang berdosa, tapi Isa telah menghapus dosa saya. Dia juga mengijinkan saya untuk melayani orang lain. Ini sebuah kehormatan besar yang Isa Al-Masih berikan. Hidup saya sekarang sangat berbeda dengan dulu. Bagi saya hidup tidak berarti sama sekali tanpa Isa Al-Masih!
[Staff, Isa dan Islam – Apakah saudara bergumul dengan perdukunan? Dan belum mengalami hidup baru yang dinikmati oleh Penulis? Kami menyediakan kesaksian tambahan dari orang-orang yang menerima hidup baru dari Isa Al-Masih.]
(Sri Lestari, Ponorogo)
Sumber: ISA dan ISLAM
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silahkan menghubungi kami dengan cara klik link ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar