From Belief to Enlightenment by Ali Sina
http://www.indonesi a.faithfreedom. org/oldforum/ viewtopic. php?t=6478
Cuplikan dari artikel Ali Sina diatas.
Seorang narsisis adalah orang yg tidak menerima cukup cinta kasih pada masa kecilnya, yg tidak mampu mencintai namun sebaliknya sangat haus akan perhatian, respek dan pengakuan. Harga dirinya diukur dari cara orang lain memandangnya. Tanpa pengakuan ini, ia kehilangan semuanya. Ia menjadi manipulatif dan seorang pembohong memalukan.
Narsisis adalah pemimpi grandios. Mereka ingin menjajah dunia dan mendominasi siappaun. Megalomania- nya menjadi sumber narsisisme-nya. (…)Tujuan mereka selalu berhubungan dgn dominasi, kekuasaan dan respek. Narsisis sering mencari alibi utk menguasai korban2nya yg naif & tidak menduga apa2. Bagi Hitler sumbernya adalah partai dan ras, bagi Mussolini, rasisme atau kesatuan bangsa melawan orang lain. Bagi Muhamad adalah agamanya. Sebab2 ini hanyalah alat mencapai kekuasaan. Ketimbang mempromosi diri sendiri, para narsisis mempromosikan sebuah sebab, ideologi, atau agama sambil tentunya menawarkan diri mereka sendiri sbg satu2nya otoritas dan wakil dari ideologi tsb. (…) Muhamad tidak dapat meminta siapapun utk menurutinya.
Tapi ia dgn mudah menuntut pengikutnya agar mematuhi Allah dan rasulNya. Tentu Allah hanyalah alter ego-nya Muhamad, karena pada akhrinya semua kepatuhan berujung pada keuntungan dirinya sendiri. (…)
Dr. Sam Vaknin, penulis “Malignant Self Love – Narcissism Revisited” explains: ‘’Setiap orang adalah seorang narsisis, dgn derajad yg berbeda2. Narsisisme adalah fenomena sehat yg bisa membantu ’survival’ (keselamatan diri).’ Bedanya antara narsisme sehat dan narsisisme tidak sehat (pathologis) adalah pada kadarnya.
Pathological narcissism dlm bentuk ekstrimnya adalah NPD (Narcissistic Pathological Disorder), yg ciri khasnya adalah tidak mampunya penderita merasakan apa yg dirasakan pihak lain (kurangnya ‘empathy’). Sang narsisis menganggap dan memperlakukan orang lain sbg obyek utk di-eksploitasi. Ia menggunakan mereka utk mendapatkan ’suplai narsistik.’
Ia percaya bahwa ia memang berhak mendapatkan perlakukan khusus karena ia memiliki mimpi2 grandios ini ttg dirinya sendiri.
Sang narsisis TIDAK sadar diri. Emosi dan daya terimanya mengalami distorsi.’
Jelas itu tadi diagnose bagi Muhamad. Ia orang biadab tanpa perasaan manusiawi. Ketika ia memutskan bahwa kaum yahudi tidak lagi berguna baginya dan ia memerlukan harta mereka utk mendukung rencananya, ia tidak lagi berbasa basi pada mereka dan menghabiskan mereka semuanya. Ia membunuhi setiap Yahudi dan Kristen di Arabia . (…)
Muhamad adalah lelaki yg sakit secara emosional yg tidak mampu menguasai diri sendiri. Ia anak yatim yg sebelum usia delapan dioper 8 kali dari satu keluarga ke keluarga lain. Begitu ia mulai dekat dgn seorang keluarganya, mereka mati dan ia segera di-oper ke rumah tangga lain. Ini pasti menyengsarakan dirinya dan sangat merusak kesehatan emosionalnya. Sbg anak kecil, ia kekurangan kasih dan perasaan memiliki (’sense of belonging’), ia tumbuh dgn perasaan takut dan kurang PD. Ia meng-kompensasinya dgn menjadi seorang narsisis. (…)
Muhamad adalah lelaki yg memiliki luka2 emosional yg sangat dalam. Dr. Vaknin menulis bahwa seorang narsisis ‘’berbohong pada dirinya sendiri dan orang lain, menunjukkan ‘’untouchability’’, imunitas emosional dan
invincibility (tidak kelihatan). Bagi seorang narsisis ‘’semua adalah lebih besar dari hidup itu sendiri. Utk bertingkah sopanpun, ia harus berlebihan. Janji2nya sangat luar biasa dan kritik2nya dilontarkan dgn keras dan bertubi2, kemurahan hatinya sangat berlebihan.’’
Bukankah ini persis kelakuan sang nabi ? (…)
———— ——— ——— -
Artikel ini merujuk ke situs2 berikut ini :
Dr. Sam Valkin: Malignant Self Love –Narcissism revisited:
Koenraad Elst: -Wahi: the Supernatural Basis of Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar