Senin, 30 Agustus 2010

KESAKSIAN Pertobatan Immanuel

Nama saya Immanuel, dan saya dari suku Uyghur di daerah barat laut China. Ketika saya masih kecil, ayah saya yang Muslim mengirimkan saya ke pondok pesantren untuk belajar Al-Quran. Bahkan sebelum saya masuk ke sekolah umum, saya sudah menghafalkan 70% dari isi Al-Quran dalam bahasa Arab. Setelah lulus SMA saya masuk ke universitas di ibukota propinsi dimana saya berada. Di sana saya belajar bahasa dan sejarah bangsa saya. Saya mendapati bahwa pada Abad Pertengahan suku saya sebagian besar memeluk agama Kristen, dan kemudian mereka menjadi tertarik kepada ajaran Islam Sufi, lebih dari mereka tertarik kepada Al-Quran. Saya menjadi sangat tertarik dengan akar Kekristenan dari suku saya. Di universitas saya bertemu dengan seorang Kristen dari bangsa asing. Saya belajar banyak dari dia mengenai Alkitab dan iman kepada Kristus. Saya mempelajari Alkitab yang ada di jaman sekarang ini dan membandingkannya dengan terjemahan dari Abad Pertengahan dalam bahasa bentuk kuno dari suku kami, yaitu Chaghatai. Saya melihat bahwa setelah berabad-abad berlalu sejak pertama kali diterjemahkan ke dalam bahasa saya Alkitab tidaklah diubah atau dipalsukan, dan hanya sekedar bahasa yang dipakai suku saya yang justru berubah. Suku Uyghur jaman sekarang, karena itu, tidak bisa lagi memahami terjemahan Alkitab dalam bahasa Chaghatai. Dalam mempelajari Alkitab itu saya merasakan ada suatu kuasa yang keluar dari dalamnya. Saya membuka diri saya kepada kuasa Allah ini dan kemudian beriman kepada Injil Yesus Kristus. Saat ini saya membantu menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Uyghur modern. Saya sangat berhati-hati untuk memastikan bahwa tidak ada satu katapun yang ditambahkan atau dikurangi dari Alkitab ketika saya menerjemahkannya.

DOA: Engkau adalah Allah yang benar dan setia dari Alkitab. Saya bersyukur kepada-Mu karena Engkau memanggil kaum pria dan wanita, yang dengan setia menuliskan firman dan perbuatan-Mu dalam tulisan yang ada di dalam Alkitab. Bukalah hati saya supaya saya bisa mengalami kebenaran firman-Mu dan kesetiaan-Mu di dalam kehidupan saya.

Kamis, 26 Agustus 2010

KESAKSIAN Pertobatan Fauzi

Nama saya Fauzi, dan saya tinggal di Maroko. Bahkan sebelum saya masuk SD, saya dikirim oleh orang tua saya ke sekolah khusus untuk belajar Al-Quran, dimana saya harus menghafalkan Al-Quran. Sebagai remaja saya shalat lima kali sehari. Saat saya wudlu sebelum Shalat Subuh, saya biasanya mendengarkan stasiun radio Islam. Suatu hari saya mendengarkan sebuah stasiun radio baru. Saya mendengarkan dan kemudian tahu bahwa siaran itu adalah siaran Kristen yang menyiarkan bacaan dari Alkitab. Itu membuat saya sangat marah. Setelah shalat saya menuliskan surat bernada serangan terhadap stasiun radio itu. Saya tidak mengharap ada jawaban. Namun, dua minggu kemudian sebuah surat datang dari stasiun radio itu. Isi suratnya tidak membalas serangan saya, tetapi menyapa saya dengan sangat bersahabat. Saya duduk dan menulis surat lagi. Dari situ kemudian dimulailah korespondens yang lama, dan saya mengikuti kursus korespondens dimana saya menerima literatur tentang Al-Quran dan Alkitab.

Saya membawa buku-buku itu kepada imam saya di masjid. Ia mengatakan bahwa di dalam tulisan Kristen itu tidak ada yang salah mengenai Islam. Yang sangat mengganggu saya adalah salah satu bukunya yang menuliskan bahwa banyak bagian di dalam Al-Quran yang bersumber dari tulisan yang ada pada masa sebelum Islam. Karena itu, saya mulai meragukan Islam. Tetapi saya masih mau berpegang kuat kepada agama saya. Saya masuk dan mengurung diri di dalam kamar selama satu bulan, dimana saya hanya makan roti dan minum air putih saja. Di sana saya menjalani ritual asketis di dalam Islam yaitu Sufi (mistisisme Islam) untuk bisa mendapatkan pengalaman langsung dengan Allah. Ketika hal ini juga tidak membawa apa-apa, saya meninggalkan Islam dan berpaling kepada Kristus. Hari ini saya percaya kepada Alkitab dan menjawab semua orang yang bertanya kepada saya mengenai hal itu dengan rendah hati di dalam kebenaran.

DOA : Tuhan Yesus, kami malu akan kesalahan banyak orang Kristen yang mengajarkan pengajaran sesat di masa sebelum Islam. Bukan hanya Muhammad yang bertanggungjawab atas isi Al-Quran, tetapi juga para pengajar ajaran Kristen sesat yang mempengaruhinya. Tolonglah saya untuk berdiam di dalam kebenaran dan kesetiaan-Mu dan tidak mengikuti dusta itu, sehingga saya juga tidak akan mengajarkan pengajaran yang sesat.

Selasa, 24 Agustus 2010

KESAKSIAN Pertobatan Aziz

Nama saya Aziz, dan saya hidup sebagai mantan Muslim di Pakistan. Pada tanggal dua April 2007, saya dalam sebuah perjalanan menggunakan sepeda motor saya. Ketika lampu lalu lintas menyala hijau, saya melanjutkan perjalanan. Tiba-tiba saya ditabrak oleh sebuah mobil putih. Ketika saya terjatuh ke tanah, pengendara mobil itu, bersama dengan penumpangnya, keluar dari mobil dan mendatangi saya. Mereka menginjak-injak saya dengan sepatu mereka, yang memiliki sol terbuat dari besi. Mereka tidak menginjak kepala, wajah atau bagian atas tubuh saya, tetapi mengarah ke lutut dan kaki saya. Ketika mereka berpikir bahwa kaki saya sudah patah, mereka meninggalkan saya, sambil berseru-seru, “Allahuakbar” (Allah maha besar). Ambulance kemudian datang dan membawa saya ke rumah sakit. Saya sudah sering mengalami penganiayaan yang demikian dari orang-orang Islam yang membenci saya di masa lalu. Jadi ini bukan hal yang baru untuk saya. Dalam tiga puluh menit polisi mendatangi saya, bersama dengan “saudara-saudara teroris yang kekasih” itu. Roh Kudus menuntun saya dan menguatkan saya untuk memakai hal itu sebagai kesempatan untuk bersaksi tentang iman Kristen saya. Karena itu ketika mereka mendekat, bahkan sebelum mereka mengatakan apa-apa, saya langsung mengatakan bahwa mereka adalah saudara-saudara saya. Saya menyatakan bahwa saya mengampuni mereka berdua. Saya mengatakan kepada mereka, “Ini bukan karena saya takut kepada anda. Bukan, tetapi ini karena iman Kristen saya.

Karena itu saya mengampuni anda. Saya mengasihi anda dan berdoa untuk anda, karena itulah yang saya pelajari dari Tuhan Yesus Kristus.” Pada tanggal empat April, dokter bedah tulang mengoperasi lutut dan kaki saya. Pada tanggal enam April saya diijinkan untuk pulang oleh tenaga medis di sana. Hari ini saya sudah sembuh sepenuhnya. Saya bersyukur kepada Tuhan Yesus karena kesempatan untuk memberitakan Injil-Nya dengan cara demikian.

DOA: Allah yang Benar dan Mahakuasa, Engkau memiliki hak untuk membuang kami semua ke dalam neraka, karena kami sudah berdosa terhadap Engkau. Engkau kudus dan benar, tetapi juga penuh dengan rahmat dan kasih. Tolonglah saya menemukan jalan kepada-Mu yang sudah Engkau bukakan kepada kami di dalam Kristus.

Jumat, 20 Agustus 2010

KESAKSIAN Pertobatan Hakim

Nama saya Hakim dan saya berasal dari Yordania. Saya dulunya adalah seorang Muslim yang taat dan belajar di sekolah-sekolah Islam yang terbaik. Kemudian, saya belajar agama Islam di Universitas al-Azhar di Kairo. Sebagai disertasi terakhir saya, saya meneliti pokok mengenai bagaimana anak Abraham, setelah ia dibunuh oleh ayahnya, kemudian ditebus oleh Allah melalui korban yang besar (Surat as-Saffat 37:99-111). Saya mempelajari semua penafsiran Islam mengenai bagian Al-Quran ini. Saya tidak menemukan satupun penjelsan yang memuaskan mengenai pertanyaan tentang penebusan (fida’). Hanya setelah saya membandingkannya dengan Torah dan tafsirannya oleh orang-orang Yahudi dan Kristen, saya bisa mulai memahami tentang penebusan melalui kematian korban penebus dosa di dalam Taurat dan kematian Kristus di kayu salib di dalam Injil. Saya memahami bahwa tanpa pencurahan darah tidak mungkin ada penebusan dosa, dan dengan itu tidak akan ada pengampunan. Saya mencantumkan penemuan yang sangat menarik itu di dalam disertasi saya. Ketika saya mempertahankannya di depan para mahasiswa Muslim dan para profesordalam sebuah ujian akhir, mereka yang mendengarkan menjadi begitu marahsampai menyerang saya dan memukuli saya sampai hampir mati. Tetapi saya tidak mati. Orang-orang Kristen menemukan saya dalam keadaan luka parah dan mengobati saya sampai sembuh. Hari ini saya percaya bahwa kematian Kristus bagi dosa-dosa saya, itulah yang membawa pengampunan bagi saya. Penjelasan di atas sudah menolong saya memahami apa yang sebenarnya dikatakan di dalam Al-Quran. Saya mau mengatakan kepada anda, sahabat, bahwa kalau anda tidak percaya kepada penebusan melalui Kristus, anda tersesat!

DOA: Ya Allah yang penuh rahmat, saya bersyukur bahwa tidak ada sesuatupun yang terjadi tanpa pengetahuan dan arahan-Mu. Engkau mengijinkan Kristus untuk disalibkan oleh tentara Romawi dan mati. Tolonglah saya memahami rahasia mengapa Engkau melakukan hal itu. Siapkanlah saya untuk menerima keselamatan yang dari-Mu.

Senin, 16 Agustus 2010

KESAKSIAN Pertobatan Barakatullah

Nama saya Barakatullah dan saya berasal dari Mesir. Saya dahulu seorang perwira tentara dan seorang pemimpin agama Islam. Suatu hari saya melihat secarik kertas yang menarik perhatian saya. Tertulis di dalam kertas itu “Tetapi Aku berkata kepadamu!” Saya lalu mengambilnya dan membaca kelanjutannya. Kristus berbicara disana dan Ia berkata, “Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” Ayat dari Injil ini (Matius 5:43-44) sangat mengejutkan saya. Sebagai seorang Muslim saya tahu tentang Kristus. Apakah Ia memiliki hak untuk mengubah perintah dari Allah? Apakah Ia punya otoritas untuk melakukannya? Untuk bisa menjawab pertanyaan ini, saya mengikuti kursus sore hari yang diadakan oleh Universitas al-Azhar di Kairo.

Selama empat tahun saya belajar ilmu perbandingan agama dari sudut pandang Islam, dan bisa mendapatkan gelar akademis. Saya harus mempelajari agama Hindu, Budha, Konghucu, Yudaisme, dan Kristen, termasuk Kitab Suci mereka. Dengan tekun saya mempelajari Al-Quran, dan membandingkannya dengan kitab-kitab itu. Melalui penyelidikan itu saya menjadi Kristen. Saya menemukan bahwa Kristus memiliki hak untuk mengubah Hukum Allah, karena Dia, seperti Allah, memiliki hak untuk memerintah manusia agar taat kepada-Nya, sebagaimana yang ditegaskan di dalam Al-Quran (Surat Al 'Imran 3:50 dan as-Zukhruf 43:63) Hari ini saya menceritakan kepada orang-orang Muslim apa yang saya pelajari pada waktu itu. Penyelidikan mengenai bagaimana anak Abraham ditebus, seperti yang anda baca dalam artikel ini, adalah penemuan yang saya dapatkan pada waktu itu. Penemuan itu menolong saya untuk percaya kepada Yesus Kristus sebagai Anak Allah yang disalibkan. Saya dan keluarga saya mengalami banyak penganiayaan sejak saat itu. Tetapi sampai hari ini, saya tetap setia kepada Kristus.

DOA: Saya bersyukur dari lubuk hati saya, ya Allah yang penuh rahmat, bahwa Engkau sudah menebus anak Abraham. Engkau benar kalau membuang saya ke neraka karena dosa saya. Tetapi Engkau menetapkan jalan yang baru, tentang cara saya bisa diselamatkan. Saya percaya kepada penebusan yang Engkau berikan, agar saya tidak harus masuk neraka.

Kamis, 12 Agustus 2010

KESAKSIAN Pertobatan Taufiq

Nama saya Taufiq dan saya berasal dari Nigeria. Kedua orangtua saya Muslim. Ketika saya masih anak-anak, orangtua saya mempercayakan saya untuk dibimbing oleh seorang Sheikh Islam. Dari beliau saya belajar banyak tentang Al-Quran dan menghafalkannya, tetapi pada saat yang sama ia memakai saya untuk berhubungan dengan setan-setan. Ia melakukan hal itu, karena ia seorang penganut mistic yang melakukan sihir. Ia memberikan kepada saya sebuah jimat yang mengikat saya secara rohani. Kemudian, setelah saya lulus SMA dan memasuki sebuah perguruan tinggi jurusan keguruan, saya bertemu dengan seorang Kristen, yang becerita kepada saya mengenai Injil Yesus.

Saya menyaksikan sebuah film tentang Kristus dan di salah satu bagian film itu sangat menyentuh hati saya, yaitu ketika Yesus mengatakan, “Akulah jalan, kebenaran, dan hidup. Tidak seorangpun sampai kepada Bapa kalau tidak melalui Aku.” (Yohanes 14:6). Saya memutuskan untuk mengikut Kristus dan dibaptiskan. Tetapi saya masih memakai jimat saya, karena saya takut bahwa kalau saya membuangnya maka akan ada hal buruk yang terjadi kepada saya. Suatu hari saya mengikuti ibadah di gereja. Pendeta itu berkhotbah mengenai “Orang Kristen dan Jimat.” Di tengah khotbah pendeta itu menunjuk kepada saya dan berkata, “Engkau tidak bisa melayani dua tuan. Kalau engkau memiliki jimat dan ingin mengikut Yesus, engkau harus menghancurkan jimat itu!” Jarinya menunjuk kepada saya.

Saya masih memegang jimat saya. Khotbah itu menusuk hati saya. Keesokan paginya saya meminta ampun kepada Yesus, dan menghancurkan jimat saya. Akhirnya saya bebas dari jimat itu dan tidak ada sesuatu yang buruk menimpa saya! Sebaliknya, Kristus sangat memberkati saya sejak saat itu. melalui kematian-Nya bagi dosa saya, Ia mematahkan kuasa jimat itu.

DOA : Yesus Kristus, saya bersyukur dari hati saya bahwa Engkau sudah mati di kayu salib bagi dosa saya. Saya mengakui dosa dan kesalahan saya di hadapan-Mu. Saya menempatkan diri saya di bawah perlindungan darah-Mu. Karena Engkau memberikan pendamaian bagi saya, saya bebas dari kuasa dosa, si jahat dan maut.

Minggu, 08 Agustus 2010

KESAKSIAN Pertobatan Hasan

Nama saya Hasan dan saya seorang Kirgiz dari Asia Tengah. Saya lahir dan dibesarkan sebagai seorang Muslim, tetapi Islam kami sanga kental bercanpur denagn praktek sihir Moldo kami. Masih di masa Sovert dulu, saya berpindah dari desa kami di pegunungan ke ibukota. Di sana saya kuliah, tetapi tidak sampai lulus ujian akhir. Karena itu akhirnya saya menjadi operator alat berat di perusahaan konstruksi. Suatu hari saat bekerja saya mengalami kecelakaan dan salah seorang teman sekerja saya meninggal karena kesalahan yang saya lakukan. Akibatnya, saya dimasukkan ke dalam penjara, tetapi saya boleh keluar dari penjara di siang hari. Karena peristiwa itu, saya banyak berpikir tentang Allah. Pada awalnya saya ingin membaca Al-Quran. Tetapi melalui salah seorang rekan di penjara, yang adalah seorang Russia yang beragama Kristen, saya justru mulai belajar Alkitab, dalam kitab itu, saya seperti melihat cermin akan dosa-dosa saya.

Melalui sahabat saya yang orang Russia itu saya bertemu dengan orang-orang Kirgiz yang beragama Kristen. Mereka menjelaskan kepada saya bahwa kematian Kristus di kayu salib sebagai pengganti itu jauh lebih kuat daripada dosa-dosa saya, dan bahwa Yesus bisa menyelamatkan saya. Saya berusaha untuk percaya kepada hal itu, tetapi tidak bisa lepas dari ikatan kuasa gelap di dalam diri saya, yang akarnya adalah dari percampuran antara Islam dengan okultisme sihir itu. Di suatu hari minggu saya bisa hadir, di siang hari, sebuah seminar Kristen tentang okultisme. Ketika saya sungguh-sungguh memahami apa arti sebenarnya dari iman Islam-okultisme kepada roh-roh itu, saya bertobat, meninggalkan semua praktek sihir saya, dan menyerahkan kehidupan saya sepenuhnya kepada Kristus. Saya bebas dari ikatan kuasa kegelapan. Hari ini saya bersaksi kepada orang-orang Kirgiz yang lain tentang bagaimana Yesus membuat hidup saya dimerdekakan.

DOA: Tuhan Yesus, kami mengucapkan syukur bahwa Engkau lebih kuat daripada kuasa kegelapan. Tolonglah saya untuk hanya mengikuti Engkau dan tidak mempedulikan setan-setan itu, sehingga tidak ada pengajaran palsu yang akan muncul dari kehidupan saya, sebagaimana yang terjadi kepada orang-orang Kristen Gnostik itu. Terima kasih bahwa Engkau sudah mati bagi kami di kayu salib.

Rabu, 04 Agustus 2010

Kisah Mualaf Aminah Assilmi: Dia Korbankan Segalanya Demi Islam

Kisah Mualaf Aminah Assilmi: Dia Korbankan Segalanya Demi Islam
Aminah Assilmi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Tak banyak orang yang mengenal Aminah Assilmi. Ia adalah Presiden Internasional Union of Muslim Women yang telah meninggal dunia pada 6 Maret 2010, dalam sebuah kecelakaan mobil di Newport, Tennesse, Amerika Serikat.

Perjalanannya menuju Islam cukup unik. Perjalanan yang patut dikenang. Semuanya berawal dari kesalahan kecil sebuah komputer. Mulanya, ia adalah seorang gadis jemaat Southern Baptist–aliran gereja Protestan terbesar di AS, seorang feminis radikal, dan jurnalis penyiaran.

Sewaktu muda, ia bukan gadis yang biasa-biasa saja, tapi cerdas dan unggul di sekolah sehingga mendapatkan beasiswa. Satu hari, sebuah kesalahan komputer terjadi. Siapa sangka, hal itu membawanya kepada misi sebagai seorang Kristen dan mengubah jalan hidupnya secara keseluruhan.

Tahun 1975 untuk pertama kali komputer dipergunakan untuk proses pra-registrasi di kampusnya. Sebenarnya, ia mendaftar ikut sebuah kelas dalam bidang terapi rekreasional, namun komputer mendatanya masuk dalam kelas teater. Kelas tidak bisa dibatalkan, karena sudah terlambat. Membatalkan kelas juga bukan pilihan, karena sebagai penerima beasiswa nilai F berarti bahaya.

Lantas, suaminya menyarankan agar Aminah menghadap dosen untuk mencari alternatif dalam kelas pertunjukan. Dan betapa terkejutnya ia, karena kelas dipenuhi dengan anak-anak Arab dan 'para penunggang unta'. Tak sanggup, ia pun pulang ke rumah dan memutuskan untuk tidak masuk kelas lagi. Tidak mungkin baginya untuk berada di tengah-tengah orang Arab. ''Tidak mungkin saya duduk di kelas yang penuh dengan orang kafir!'' ujarnya kala itu.

Suaminya coba menenangkannya dan mengatakan mungkin Tuhan punya suatu rencana dibalik kejadian itu. Selama dua hari Aminah mengurung diri untuk berpikir, hingga akhirnya ia berkesimpulan mungkin itu adalah petunjuk dari Tuhan, agar ia membimbing orang-orang Arab untuk memeluk Kristen. Jadilah ia memiliki misi yang harus ditunaikan. Di kelas ia terus mendiskusikan ajaran Kristen dengan teman-teman Arab-nya.

''Saya memulai dengan mengatakan bahwa mereka akan dibakar di neraka jika tidak menerima Yesus sebagai penyelamat. Mereka sangat sopan, tapi tidak pindah agama. Kemudian saya jelaskan betapa Yesus mencintai dan rela mati di tiang salib untuk menghapus dosa-dosa mereka.''

Tapi ajakannya tidak manjur. Teman-teman di kelasnya tak mau berpaling sehingga ia memutuskan untuk mempelajari alquran untuk menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang salah dan Muhammad bukan seorang nabi. Ia pun melakukan penelitian selama satu setengah tahun dan membaca alquran hingga tamat.

Namun secara tidak sadar, ia perlahan berubah menjadi seseorang yang berbeda, dan suaminya memperhatikan hal itu. ''Saya berubah, sedikit, tapi cukup membuat dirinya terusik. Biasanya kami pergi ke bar tiap Jumat dan Sabtu atau ke pesta. Dan saya tidak lagi mau pergi. Saya menjadi lebih pendiam dan menjauh.''

Melihat perubahan yang terjadi, suaminya menyangka ia selingkuh, karena bagi pria itulah yang membuat seorang wanita berubah. Puncaknya, ia diminta untuk meninggalkan rumah dan tinggal di apartemen yang berbeda. Ia terus mempelajari Islam, sambil tetap menjadi seorang Kristen yang taat.

Hingga akhirnya, hidayah itu datang. Akhirnya pada 21 Mei 1977, jemaat gereja yang taat itu menyatakan, ''Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya.''

Perjalanan setelah mengucapkan dua kalimat syahadat, seperti halnya mualaf lain, bukanlah perkara yang mudah. Aminah kehilangan segala yang dicintainya. Ia kehilangan hampir seluruh temannya, karena dianggap tidak menyenangkan lagi. Ibunya tidak bisa menerima dan berharap itu hanyalah semangat membara yang akan segera padam. Saudara perempuannya yang ahli jiwa mengira ia gila. Ayahnya yang lemah lembut mengokang senjata dan siap untuk membunuhnya.

Tak lama kemudian ia pun mengenakan hijab. Pada hari yang sama ia kehilangan pekerjaannya.
Lengkap sudah. Ia hidup tanpa ayah, ibu, saudara, teman dan pekerjaan. Jika dulu ia hanya hidup terpisah dengan suami, kini perceraian di depan mata. Di pengadilan ia harus membuat keputusan pahit dalam hidupnya; melepaskan Islam dan tidak akan kehilangan hak asuh atas anaknya atau tetap memegang Islam dan harus meninggalkan anak-anak. ''Itu adalah 20 menit yang paling menyakitkan dalam hidup saya,'' kenangnya.

Bertambah pedih karena dokter telah memvonisnya tidak akan lagi bisa memiliki anak akibat komplikasi yang dideritanya. ''Saya berdoa melebihi dari yang biasanya. Saya tahu, tidak ada tempat yang lebih aman bagi anak-anak saya daripada berada di tangan Allah. Jika saya mengingkari-Nya, maka di masa depan tidak mungkin bagi saya menunjukkan kepada mereka betapa menakjubkannya berada dekat dengan Allah.'' Ia pun memutuskan melepaskan anak-anaknya, sepasang putra-putri kecilnya.

Namun, Allah Maha Pengasih. Ia diberikan anugerah dengan kata-katanya yang indah sehingga membuat banyak orang tersentuh dan perilaku Islami-nya. Dia telah berubah menjadi orang yang berbeda, jauh lebih baik. Begitu baiknya sehingga keluarga, teman dan kerabat yang dulu memusuhinya, perlahan mulai menghargai pilihan hidupnya.

Dalam berbagai kesempatan ia mengirim kartu ucapan untuk mereka, yang ditulisi kalimat-kalimat bijak dari ayat Al-Quran atau hadist, tanpa menyebutkan sumbernya. Beberapa waktu kemudian ia pun menuai benih yang ditanam. Orang pertama yang menerima Islam adalah neneknya yang berusia lebih dari 100 tahun. Tak lama setelah masuk Islam sang nenek pun meninggal dunia.

''Pada hari ia mengucapkan syahadat, seluruh dosanya diampuni, dan amal-amal baiknya tetap dicatat. Sejenak setelah memeluk Islam ia meninggal dunia, saya tahu buku catatan amalnya berat di sisi kebaikan. Itu membuat saya dipenuhi suka cita!''

Selanjutnya yang menerima Islam adalah orang yang dulu ingin membunuhnya, ayah. Keislaman sang ayah mengingatkan dirinya pada kisah Umar bin Khattab. Dua tahun setelah Aminah memeluk Islam, ibunya menelepon dan sangat menghargai keyakinannya yang baru. Dan ia berharap Aminah akan tetap memeluknya.

Beberapa tahun kemudian ibu meneleponnya lagi dan bertanya apa yang harus dilakukan seseorang jika ingin menjadi Muslim. Aminah menjawab bahwa ia harus percaya bahwa hanya ada satu Tuhan dan Muhammad adalah utusan-Nya. ''Kalau itu semua orang bodoh juga tahu. Tapi apa yang harus dilakukannya?'' tanya ibunya lagi.

Dikatakan oleh Aminah, bahwa jika ibunya sudah percaya berarti ia sudah Muslim. Ibunya lantas berkata, ''OK, baiklah. Tapi jangan bilang-bilang ayahmu dulu,'' pesan ibunya. Ibunya tidak tahu bahwa suaminya (ayah tiri Aminah) telah menjadi Muslim beberapa pekan sebelumnya. Dengan demikian mereka tinggal bersama selama beberapa tahun tanpa saling mengetahui bahwa pasangannya telah memeluk Islam.

Saudara perempuannya yang dulu berjuang memasukkan Aminah ke rumah sakit jiwa, akhirnya memeluk Islam. Putra Aminah beranjak dewasa. Memasuki usia 21 tahun ia menelepon sang ibu dan berkata ingin menjadi muslim.

Enam belas tahun setelah perceraian, mantan suaminya juga memeluk Islam. Katanya, selama enam belas tahun ia mengamati Aminah dan ingin agar putri mereka memeluk agama yang sama seperti ibunya. Pria itu datang menemui dan meminta maaf atas apa yang pernah dilakukannya. Ia adalah pria yang sangat baik dan Aminah telah memaafkannya sejak dulu.

Mungkin hadiah terbesar baginya adalah apa yang ia terima selanjutnya. Aminah menikah dengan orang lain, dan meskipun dokter telah menyatakan ia tidak bisa punya anak lagi, Allah ternyata menganugerahinya seorang putra yang rupawan. Jika Allah berkehendak memberikan rahmat kepada seseorang, maka siapa yang bisa mencegahnya? Maka putranya ia beri nama Barakah.

Ia yang dulu kehilangan pekerjaan, kini menjadi Presiden Persatuan Wanita Muslim Internasional. Ia berhasil melobi Kantor Pos Amerika Serikat untuk membuat perangko Idul Fitri dan berjuang agar hari raya itu menjadi hari libur nasional AS. Pengorbanan yang yang dulu diberikan Aminah demi mempertahankan Islam seakan sudah terbalas. ''Kita semua pasti mati. Saya yakin bahwa kepedihan yang saya alami mengandung berkah.''

Aminah Assilmi kini telah tiada meninggalkan semua yang dikasihinya. Termasuk putranya yang dirawat di rumah sakit, akibat kecelakaan mobil dalam perjalanan pulang dari New York untuk mengabarkan pesan tentang Islam.

 


--
Ajaranku masih kurang, umatku. Setelah aku akan datang Nabi Lain (Yesus - Yoh 17:3)

Gema Adzan Menggetarkan Jiwaku!

Ia banyak berpikir dan membaca tentang Islam. Dan ketika mendengarkan  suara adzan, ia mengaku merasa sangat gemetar


Oleh: M. Syamsi Ali*


Senin malam lalu, bertepatan dengan hari peringatan kelahiran Dr. Martin Luther, pejuang hak-hak kesetaraan antarras di AS, dilangsungkan perhelatan akbar di Lincoln Center kota New York. Sedikitnya 2000 penonton menghadiri acara pertunjukan International Distinguished Concert of New York (IDCNY) dengan tema "The Armed for Peace".

Acara ini sendiri dikemas sebagai rangkaian memperingati hari kelahiran Martin Luther sebagai simbol  'non violence' (anti kekerasan/perang). Sedangkan acara dengan tema "The Armed Force for Peace" dimaksudkan sebagai tandingan terhadap "the Armed Force for war", yang akhir-akhir ini mendominasi berbagai peristiwa dunia kita.

Saya sendiri hadir sebagai undangan, tapi sekaligus diminta mengumandangkan adzan di selah-selah 'concert for peace' malam itu. Tentu dengan sangat senang hati saya hadir, apalagi dengan tiket gratis yang konon kabarnya dijual hingga seratusan US Dollar itu. Tapi lebih dari itu, bagi saya, yang lebih menyenangkan lagi adalah kesempatan memperdengarkan sesuatu tentang Islam, walau itu hanya dengan gema adzan.

Bukan jalannya acara itu yang ingin saya ceritakan. Tapi sesuatu yang jauh lebih menarik dari segalanya.

Ternyata, diam-diam gema adzan yang saya lantunkan malam itu menjadi penyebab hidayah bagi seseorang. Dari dua ribuan hadirin itu, Allah memilih salah seorang di antara mereka untuk dibimbing menuju ridhaNya lewat kumandang adzan itu. Orang tersebut baru pagi ini, Rabu, datang ke Islamic Center dan menyampaikan perasaannya di saat adzan dikumandangkan malam itu.

Saya baru tiba di Islamic Center ketika Sekretaris menelpon ,'"Ya syeikh, ada seseorang ingin konsultasi," begitu ujarnya. Normalnya saya tidak menerima tamu, kecuali jika sangat penting, sebelum shalat Dhuhur. "Bisakah dia menunggu Dhuhur?" tanya saya. "Dia mengatakan  sedang tergesa-gesa,"  jawab Sekretaris  saya. "Let her come to my office," kataku.

 "I am really sorry to bother you early, Imam," ujarnya mengawali pembicaraan di saat  memasuki kantor. "Oh tidak sama sekali! Aku baru saja masuk dan ingin mempersiapkan pidato singkat setelah salat Dhuhur hari ini. Tapi baik-baik saja, saya pikir saya ok untuk bertemu denganmu. Terima kasih atas kunjungannya," candaku.

Gadis itu nampak percaya diri. Tidak ada keraguan, dan terus memperlihatkan wajah yang ramah. Mungkin itulah tipe wanita-wanita Amerika, apalagi yang berpendidikan tinggi.

"Apa yang bisa aku bantu padamu hari ini?" ujarku memulai.  Sambil menarik napas, dia melihatku dan mengatakan,  "Saya yakin, Anda tak kenal saya, tetapi saya mengenal Anda." Saya sedikit terkejut dengan pernyataannya karena seolah-olah kehadirannya adalah karena mengenal saya.

"Really?" kataku lagi. "Apakah kita pernah berjumpa sebelumnya?"  tanyaku seperti nggak sabaran. "No, tapi saya pernah melihat Anda beberapa hari lalu." Saya sepertinya nggak percaya sebab memang tidak ada di benak bahwa dua hari sebelumnya saya tampil di Lincoln Center untuk mengumandangkan adzan. "Ya, dua hari lalu di  Lincoln Center," jawabnya.

Barulah saya sadar akan acara penting dua hari sebelumnya itu. "Dan apa yang bisa saya bantu kepada Anda hari ini?" tanyaku. Dengan sedikit mimik yang serius, namun dengan wajah yang ceria dia menceritakan bahwa sejak bebarapa bulan terakhir ini dia sedang mendalami Islam.

Menurutnya lagi, keinginan mendalami Islam itu terdorong oleh kenyataan bahwa Islam semakin terekspos sedemikian rupa di berbagai media massa . "Sebenarnya, pada awalnya saya  hanya ingin memastikan semua hal negatif yang telah dikatakan banyak orang tentang Islam. Tapi semakin aku belajar tentang hal itu, semakin aku tertarik padanya," katanya serius.

Karena nampaknya dia sangat tergesa-gesa, saya langsung saja ke poin penting.  "Dan apa yang Anda dapatkan tentangnya?" tanyaku memancing. "Jujur, saya percaya bahwa agama Islam luar biasa. Sungguh pun begitu saya mempunyai banyak pertanyaan, dan saya tidak bermaksud melukai perasaan mana pun," tegasnya.

"Oh not at all Miss!" kataku. "Kenyataannya, pertanyaan-pertanyaan itu mungkin jalan bagi Anda untuk mengeksplorasi lebih jauh agama ini."

Gadis baya berambut pirang ini tersenyum sambil menunduk. Mungkin masih merasa bersalah karena dalam benaknya masih ada beberapa pertanyaan tentang berbagai aspek agama ini. Barangkali karena tradisi agama lain, ketika mempertanyakan dianggap meragukan atau merupakan indikasi kelemahan iman.

"Anda tahu, dalam agama kami, menanyakan jawaban atas segala kekhawatiran yang mungkin sangat dianjurkan. Sebenarnya, itu adalah jalan menuju kebenaran," tegasku sambil memberikan contoh Ibrahim yang mempertanyakan bagaimana mungkin Allah akan menghidupkan orang yang telah mati (kaifa tuhyil mauta).

"Really? It is amazing! Kau tahu, salah satu dari banyak alasan mengapa saya belajar Islam, karena saya benar-benar ingin tahu. Aku tidak mau mengikuti sesuatu secara membabi-buta, bahkan ketika saya menolaknya rasionalitas," jelasnya.

"But don't forget," saya memotong pembicaraannya. "Dalam hal bahwa rasionalitas kami mungkin tidak di posisi untuk bergulat.  Tetapi tentu tidak ada dalam agama Islam membantah rasionalitas kami maupun sifat dasar manusiawi kami," tambah saya.

Dia tampak agak bingung. Tapi kemudian saya lanjutkan, "Ketika Anda menghitung 1 ditambah 1 ditambah 1, menurut rasionalitas kita adalah 3. Tapi kalau ada orang yang bersikeras untuk mengatakan itu adalah 1, maka itu bertentangan dengan rasionalitas kita..." jelas saya. "Tapi bila Anda mengatakan bahwa Allah akan membawa kita kembali ke kehidupan setelah kematian, rasionalitas Anda mungkin tidak dalam posisi untuk tahu detailnya. Tetapi tidak bertentangan dengan pikiran kita. Mengapa? Bagi Tuhan, Yang menciptakan kami dari tidak ada, akan lebih mudah mengembalikan kami, membandingkan hingga awal penciptaan manusia."

Tak terasa waktu berjalan hampir sejam kami mengobrol. "I am sorry to talk that much. I know you are in a hurry," kataku sambil tersenyum. "Oh no! I am okay... but need to go back to my work," jawabnya.

"Di mana Anda bekerja? Dan siapa nama Anda," tanyaku. Dari awal kami mengobrol, ternyata lupa saling menanyakan nama. "Hai, nama saya Nicole dan aku seorang akuntan bekerja di perusahaan akuntansi di Kota. Dan kau tahu hari-hari ini sangat sibuk bagi kami," jawabnya.

Saya teringat kalau hari-hari ini adalah waktu pengurusan tax bagi warga Amerika. Dan sudah tentu dia sangat sibuk.

'Ngomong-ngomong, saya berharap percakapan kita telah menarik Anda," kataku.

"Tentu," jawabnya sambil kelihatan serius.

"Syeikh, saya rasa…" katanya terpotong.

"Mengapa dengan perasaan Anda?" tanyaku.

Sambil membalik posisi duduknya, sang gadis itu melihat saya dengan wajah serius. "Saya berpikir, lebih baik bagi saya untuk mengejar impian saya," katanya lebih serius.

"Impian tentang apa?" tanyaku.

"Saya ingin menjadi seorang Muslim sekarang," tegasnya. "Dan Anda tahu? Saya datang karena lagu yang Anda nyanyikan (adzan, red) di Lincoln Center Senin yang lalu.  Jujur, setelah membaca banyak tentang Islam, banyak berpikir tentang hal itu, dan ketika saya mendengarkan Anda bernyanyi (melantunkan adzan, red), saya mendengar itu dengan gemetar, dan aku tidak tahu mengapa itu begitu kuat!"

"Nicole, saya yakin itu Anda tulus dalam cara itu untuk menemukan kebenaran. Dan Anda telah menemukannya!"

"Jadi apa yang aku lakukan?" tanyanya.

"Ini sangat sederhana,"  jawabku.

Saya kemudian memanggil dua jama'ah yang sudah mulai datang ke Islamic Center, terutama para sopir taksi yang memang menjadikan masjid 96th Street itu sebagai station untuk shalat dan keperluan kamar mandi.

Setelah keduanya hadir di kantor, saya memulai membimbing Nicole dengan linangan airmata: "Asy-hadu anlaa ilaah illa Allah. Wa asy-hadu anna Muhammadan Rasulullah," diikuti takbir kedua saksi.

Sebelum meninggalkan Islamic Center Nicole sempat belajar wudhu dan shalat Dhuha. Tapi dia berjanji untuk shalat Dhuhur di kantornya, yang menurutnya cukup private.

Selamat Nicole, semoga Nicole Friedman ini bisa menjadi inspirasi bagi Nicole Kidman menemukan hidayahNya!. [New York , 20 Januari 2010/www.hidayatullah.com]

ilustrasi: Najlah Feanny/CORBIS SABA

Penulis adalah imam Masjid Islamic Cultural Center of New York dan penulis rubrik "Kabar Dari New York" di www.hidayatullah.com



--
Ajaranku masih kurang, umatku. Setelah aku akan datang Nabi Lain (Yesus - Yoh 17:3)

Kebencian itu Awal dari Hidayah

Ia marah dengan Islam. "Aku merasa agama dan para pengikutnya telah menyerbu negara saya, " ujarnya

Oleh: M. Syamsi Ali
 
Rabu, 10 Pebruari, kota New York sedang dilanda badai salju. Sejak tengah malam lalu, salju turun tiada henti membuat jalanan menjadi sepi dan licin. Kebanyakan warga memilih tinggal di rumah, berbagai institusi ditutup sementara, termasuk sekolah-sekolah dan bahkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). 
 
Aku sendiri cukup malas untuk meninggalkan rumah pagi. Tapi entah apa, rasanya aku tetap terpanggil untuk melangkahkan kaki menuju kantor PTRI, dan selanjutnya ke Islamic Center. Ternyata kantor PTRI juga pagi ini hanya dibuka hingga pukul 12 siang.
 
Aku segera menuju Islamic Cultural Center of New York dengan tujuan sekedar shalat dzuhur dan asar sekalian. Lazimnya, ketika ada badai salju atau hujan lebat, jama'ah meminta untuk menjama' shalat. Setiba di Islamic Center aku segera menuju ruang shalat, selain untuk melihat apakah pemanas ruangan telah dinyalakan atau belum, juga untuk shalat sunnah.
 
Tiba-tiba saja Sekretaris memanggil, "Some one is waiting for you!".  "Let me do my sunnah and will be there!," jawabku.
 
Setelah shalat sunnah, segera aku menuju ke ruang perkantoran Islamic Center. Di ruang tamu sudah ada seseorang yang relatif berumur, tapi nampak elegan dalam berpakaian. "Hi, good morning!,"  sapaku. "Good morning!," jawabnya dengan sangat sopan dan ramah. "Waiting for me?,"  tanyaku sambil menjabat tangan. "Yes, and I am sorry to bother you at this early time," katanya sambil tersenyum.
 
Aku mengajak pria berkulit putih tersebut ke ruangan kantor aku. Dengan berbasa-basi aku katakan "Wah mudah-mudahan Anda diberikan pahala atas perjuangan mengunjungi Islamic Center dalam suasana cuaca seperti ini," kataku. "Oh not at all!. We used to this kind of weather," jawabnya.
 
"So, what I can do for you this morning," tanyaku memulai pembicaraan. Tanpa aku sadari orang tersebut masih berdiri di depan pintu. Barangkali dia tidak ingin lancang duduk tanpa dipersilahkan. Memang dia nampak sopan, tapi dari kata-katanya dapat dipahami bahwa dia cukup terdidik.
 
"Please do have your sit!," kataku. "Thanks sir!," jawabnya singkat.
 
Setelah duduk Aku ulangi lagi, pertanyaan sebelumnya "what I can do for you this morning?."  Sambil membalik posisi duduknya, dia melihat ke arahku dengan sedikit serius, tapi tetap dengan senyumnya. "I am here for….,' seolah terhenti.."for some clarifications!," jawabnya. Intinya, ia mengaku telah banyak membaca, mengamati dan belajar agama.  "Harus jujur Aku tahu tentang hal itu banyak," jelasnya.
 
"That's great!," selaku. Dia mengaku, dari waktu ke waktu, pertanyaan tentang agamanya terus bertambah. Sementara perasaan terhadap Islam justru makin tumbuh.
 
Pria itu, merubah posisi duduknya dan bercerita. "Aku dulu sangat marah. Aku benar-benar membenci agama ini!, jelasnya. "Aku merasa agama dan para pengikutnya telah menyerbu negara saya, " tambahnya dengan sangat serius. "Jadi, apa yang terjadi?, pancingku menyambung ceritanya. 
 
Singkatnya, aku menuliskan beberapa catatan ceritanya, bagaimana kebenciannya kepada agama Islam menjadi awal 'kehausan' untuk mencari tahu. Suatu hari dia membeli makanan di pinggir jalan (Halal Food) di kota Manhattan. Sekedar untuk  diketahui, mayoritas mereka yang jual makanan di pinggir jalan di kota New York adalah Muslim. Lalu menurutnya, di gerobak penjual makanan itu tertulis "Laa ilaaha illa Allah-Muhammad Rasul Allah"  dalam bahasa Arab. Kebenciannya yang amat sangat kepada Islam, membuatnya tidak bisa menahan diri untuk mengata-ngatai penjual makanan itu dengan kalimat,  "don't turn people away from buying your food with that ….(bad word)', katanya sinis!.
 
Tapi menurutnya lagi, sang penjual itu tidak menjawab dan hanya tersenyum, bahkan merespon dengan "Thank you for coming my friend!."
 
Singkatnya, menurut dia lagi, sikap ramah si penjual makanan itu selalu teringat dalam pikirannya. Bahkan sikap itu menjadikannya merasa bersalah, tapi pantang untuk datang meminta maaf. Ketidak inginannya meminta maaf itu, katanya sekali lagi, karena kebenciannya kepada agama ini (Islam, red). "Itu benar-benar membuat saya marah kepada diri saya, namun di saat yang sama, saya benar-benar ingin tahu," sambungnya.
 
"Awalnya, aku hanya googling beberapa informasi mengenai agama. Kemudian mendengarkan beberapa ceramah di Youtube (terutama ceramah Hamzah Yusuf), " ujarnya. Setelah itu kemudian membeli beberapa buku karangan non Muslim, termasuk sejarah Rasul oleh Karen Amstrong, Syari'ah oleh John Esposito, dll.
 
"Semakin saya pelajari, semakin aku merasa menjadi curiga dan bingung," akunya.  "Tapi apakah Anda pernah berpikir sebelumnya, mengapa begitu?," ujarku. "Saya tidak tahu, saya kira faktor media, katanya. Yang jelas,  setiap kali dia melihat pemboman, pembunuhan, pengrusakan, dan bahkan beberapa aksi film, ada-ada saja Muslim yang terkait. "Saya benar-benar tidak tahu dan bingung, apa yang sedang dipraktikkan orang-orang Islam ini?."
 
Dia kembali berbicara panjang, seolah menyampaikan ceramah kepadaku tentang "jurang besar" antara ilmu tentang Islam yang dia pahami dan berbagai perangai yang dia lihat dari beberapa Muslim selama ini. Di satu sisi, dia kagum dengan sikap penjual makanan tadi. Tapi di satu sisi, dia marah dengan sikap beberapa orang Islam yang justru melakukan  apa yang disebutnya sebagai "kejahatan atas nama Islam." "Dan demikian, aku pada pihak mana? Apakah suatu hari nanti aku akan menjadi seorang Muslim?, tanyanya pada dirinya sendiri.
 
Setelah selesai, aku kemudian memulai mengambil kendali. "Pertama, saya ucapkan selamat!," kataku singkat. Tapi justu nampak bingung dengan ucapanku itu.
 
Segera aku sambung 'You have been a real American!'. Dia tersenyum tapi masih belum paham.
 
"Kemarahan Anda dapat dimengerti," kataku. Pertama-tama, karena Anda tidak tahu dan akan mencari serta bertanya tetang itu.  Kedua, faktor media dan obat untuk itu adalah memperjelas. Dan saya pikir Anda melakukan yang kedua, " tambahku
 
Aku mengajaknya mendiskusikan berbagai hal. Mulai dari sejarah peperangan, terorisme, pembunuhan, pengrusakan, dari dulu hingga sekarang. Dan sebaliknya, bagaimana Islam telah memainkan peranan besar dalam membangun peradaban manusia.
 
"Sepanjang sejarah manusia, apa yang Anda lihat sekarang ini tidaklah terlalu mengejutkan dan hal baru. Berapa banyak nyawa telah diambil, properti dihancurkan dan rumah rusak?," tanyaku. "Dan dari awal Nabi Muhammad mengajarkan agama ini pada abad ke-7 di Arabia, hingga hari ini, berapa banyak perang dan pembunuhan yang telah melibatkan Muslim sebagai pelaku?," pancingku lagi.
 
Dia nampak hanya geleng-geleng kepala dengan contoh-contoh yang aku berikan. Dari Hitler, Stalin, Perang Dunia I dan II, Hiroshima dan Nagasaki , dst. Berapa diantara mereka yang terbunuh, dan siapa yang melakukan? Peperangan di Iraq, berapa yang terbunuh ketika jet-jet Amerika mendrop boms di perkampungan- perkampungan? Siapa mayoritas tentara Amerika?
 
Kemudian, pernahkan dilakukan studi secara dekat, untuk mengetahui apakah benar bahwa pemboman, pembunuhan, pengrusakan yang dilakukan oleh beberapa Muslim selama ini, walau atas nama Islam, memang dibenarkan oleh Islam? Dan benarkah bahwa memang motifnya karena memperjuangkan Islam dan Muslim, atau karena memang Islam dan Muslim adalah jembatan menuju kepada 'interest' tertentu?, ceritaku panjang lebar.
 
Tak terasa, waktu adzan dhuhur telah tiba. "Sorry, that is what we call adzan  or the call to pray," jelasku. Aku diam sejenak, dia juga nampak diam mendengarkan adzan dari Sheikh Farahat, muadzin yang baru diterima sebagai pegawai di Islamic Center. Suara tammatan Al-Azhar ini memang sangat indah.
 
Setelah adzan, aku kembali menyambung pembicaraan. Saat ini kita membicarakan berbagai ketidakadilan yang terjadi di berbagai belahan dunia, dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Secara ekonomi hanya segelintir yang menikmati kue alam, secara politik ada pemaksaan sistemik kepada negara lain, dst.
 
"Dengan semua ini, dan tidak ada cara untuk mengatakan bahwa pembunuhan, terutama ketika kita sampai pada kehidupan dan warga sipil tak berdosa, adalah dibenarkan atas nama berjuang untuk keadilan," lanjutku.
 
Tapi karena waktu sangat singkat, aku bertanya "Apa pendapatmu? Apakah ada hal yang membuat Anda berkeberatan?, " pancingku. Dia nampak diam, tapi tersenyum dan mencoba berbicara.
 
"You are right!," katanya singkat. "Aku sudah tidak adil untuk diri saya sendiri! Asosiasi saya terhadap Islam dan perilaku sebagian kaum Muslim benar-benar tidak adil."
 
"You got the point, sir!", jawabku singkat. "Sekarang, saya meminta izin sesaat untuk shalat." Tiba-tiba saja dia melihatku dengan sedikit serius. Kali ini tanpa senyum dan berkata "Apa yang harus aku lakukan untuk menjadi seorang Muslim?" tanyanya. "Are you serious?" tanyaku. "Yes!" , jawabnya singkat. "Follow me!", ajakku.
 
Aku ajak dia ke ruang wudhu, mengajarinya berwudhu, lalu ke ruang shalat. Sambil menunggu waktu iqamah, aku menyampaikan kepadanya. "Apa yang akan saya lakukan adalah membawa Anda untuk menyatakan iman Anda yang baru dengan apa yang kita sebut syahadat. Dan itu adalah untuk bersaksi bahwa tiada Tuhan yang layak untuk disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah Rasul-Nya," jelasku seraya mengingatkan apa yang pernah dia lihat dahulu di gerobak penjual makanan itu.
 
Sebelum iqamah dimulai aku ajak, Peter Scott, begitu nama pria tersebut, ke depan jama'ah dan menuntunnya mengucapkan "Asy-hadu anlaa ilaaha illa Allah wa asy-hadu anna Muhammadan Rasul Allah," seraya diikuti gema takbir sekitar 200-an jama'ah shalat Dhuhr hari ini.
 
"Peter, Anda seorang Muslim sekarang, seperti orang lain di sini hari ini. Tidak ada diantara Anda yang kurang. Sebenarnya, Anda lebih baik dari kami karena Anda dipilih untuk menjadi, bukan hanya dilahirkan ke dalamnya dan mengikutinya," jelasku sambil meminta untuk mengikuti gerakan-gerakan shalat sebisanya, tapi dengan konsentrasi.
 
Allahu Akbar! Semoga Peter selalu dijaga dan dijadikan pejuang di jalanNya! [New York, 10 Pebruari 2010/www.hidayatullah.com]
 
Penulis adalah imam Masjid Islamic Cultural Center of New York dan penulis rubrik "Kabar Dari New York" di www.hidayatullah.com

 

--
Ajaranku masih kurang, umatku. Setelah aku akan datang Nabi Lain (Yesus - Yoh 17:3)

KESAKSIAN Pertobatan Aliyu

Nama saya Aliyu dan saya berasal dari Nigeria. Ketika masih seorang Muslim, saya berusaha menghancurkan Kekristenan di negara saya. Saya berhak menggunakan banyak uang, memiliki banyak pasukan, dan hubungan yang baik dengan pejabat-pejabat pemerintah serta sultan-sultan setempat. Kami berjuang untuk mengalahkan agama Yesus yang kami benci. Namun rencana kami tidak pernah berhasil. Saya merasa bahwa ada tangan yang tak nampak yang menaungi orang-orang Kristen di Nigeria yang menghalangi kami melakukan pengrusakan yang serius atas mereka. – Saya menghafal Al-Quran, dan sudah berulangkali melihat bahwa di dalam Al-Quran Kristus memang lebih tinggi dibandingkan Muhammad. – Karena saya takut kepada orang-orang Muslim lain yang mungkin melawan pandangan saya, saya membuka diri kepada kuasa yang gelap dan tersembunyi untuk melindungi saya. Saya tahu bahwa saya sedang menuju ke neraka, karena saya memakai kuasa setan dari kegelapan itu. – Pada akhirnya, saya menjadi sangat putus asa. Saya mencari seorang pendeta Kristen dimana saya bisa mengakui dosa saya dan menerima keselamatan dari Yesus. Kebanyakan pendeta itu, takut kepada saya, karena mereka tahu bahwa saya memusuhi mereka. Ketika akhirnya ada yang mau menerima saya dan kemudian saya menyerahkan kehidupan saya kepada Yesus, saya merasa gunung kesalahan yang sangat besar dilepaskan dari pundak saya. Untuk pertama kali di dalam hidup saya, saya mengalami Kristus sebagai sumber terang. “Kekuatan terang mengalahkan kuasa kegelapan,” menjadi motto di dalam kehidupan saya. Banyak orang Muslim mencoba membunuh saya, tetapi saya masih hidup sampai sekarang dan saya mengajak mereka dimanapun mereka berada untuk mengikuti Pribadi yang lebih kuat daripada Muhammad.

DOA:
Ya Allah terang dan keselamatan, saya percaya bahwa Engkau lebih kuat dibandingkan kekuatan kegelapan. Engkau sudah mengutus Kristus ke dunia ini sehingga kami bisa mengenal Engkau dan diselamatkan. Tunjukkanlah kepadaku jalan kepada-Mu, dan biarlah saya mengalami terang dan keselamatan dari-Mu.

Minggu, 01 Agustus 2010

KESAKSIAN Pertobatan Uthman

Nama saya Uthman dan istri saya bernama Modina. Kami berdua tinggal di India Utara di dekat perbatasan dengan Bangladesh. Dahulu kami berdua adalah orang-orang Muslim. Saya bekerja sebagai nelayan. Untuk tambahan, saya dan istri saya mengelola sebidang tanah dan mendapatkan penghasilan dari sana. Suatu hari saya berlayar di laut untuk menangkap ikan bersama dengan enam belas teman saya sesama nelayan, ketika tiba-tiba badai yang sangat berbahaya menyerang. Kami berada sangat jauh dari pantai yang aman. Ketakutan oleh badai itu, semua berteriak meminta pertolongan kepada Tuhan dan dewa mereka, karena bukan hanya orang-orang Muslim, tetapi juga ada orang-orang Hindu di sana. Pada saat itu saya ingat sebuah kisah dari kitab Injil yang diceritakan oleh Ibu Anwara kepada saya—tentang bagaimana Kristus pernah menenangkan badai di laut. Saya mendorong teman-teman saya untuk meminta pertolongan kepada Kristus. Karena itu kami semua berdoa kepada Kristus, dan badai itu berhenti, laut menjadi tenang. Saya kembali ke rumah dan menceritakan kepada Ibu Anwara pengalaman yang sangat luar biasa itu. Saya mengatakan kepadanya bagaimana Kristus sungguh-sungguh secara langsung menyelamatkan saya dari air yang dalam. Saya mengakui dosa-dosa saya kepada Tuhan dan pergi ke gereja, dimana saya menerima baptisan, setelah saya memberikan kesaksian akan iman saya kepada Yesus. Ketika istri saya, yang sudah secara rahasia mengikut Kristus selama beberapa waktu, melihat iman yang demikian, lalu ia, juga, mendapatkan keberanian untuk meminta dibaptiskan. Hari ini kami secara teratur datang ke sebuah gereja Kristen di tempat saya, dan mengingat bahwa Allah, melalui iman kepada Yesus Kristus, menyelamatkan saya dari kematian yang sebenarnya sudah pasti dalam badai di lautan luas.

DOA: Allah yang benar dan setia, kami memuliakan nama-Mu yang agung. Kami bersyukur bahwa Engkau, dalam kesatuan yang sempurna dengan Kristus dan Roh Kudus-Mu, sudah melakukan dan terus melakukan mujizat. Engkau melakukan ini bukan hanya untuk menolong kami manusia, tetapi juga untuk menyatakan diri-Mu kepada kami. Bukalah telinga dan hati kami sehingga kami bisa mendengar dan menerima Engkau, sebagaimana adanya Engkau.